Skip to main content

Silver City


Seseorang muncul dari balik pagar sebuah rumah kayu.

“Kau penyihir ?”, tanya orang tersebut kepada Kira.“Ya begitulah adanya, bisa kami tinggal beberapa hari disini ?”“Oh ya, tentu saja, mari mari …”, ajak orang itu dengan sangat ramah.
Orang itu mengajak mereka ke sebuah rumah besar tua yang terbuat dari tanah liat, dengan beberapa pintu beraneka macam ukuran.
“Kalian bisa tinggal disini, kau bisa membuka semua pintu, kecuali yang itu …”, kata orang itu, sambil menunjuk sebuah pintu super besar yang terbuat dari kayu, tak ada lubang sama sekali, jadi Trabes tak bisa melihat apa yang ada didalamnya, hanya ada kertas dengan coretan di atasnya.
Setelah melihat lihat sebentar Kira segera pergi, Kira bilang ia mau ‘berbaur’ dengan para tetangga barunya, dan Trabes tinggal di rumah itu.
“Halo ?”, tiba tiba sebuah suara datang dari belakang punggung Trabes.“Eh, halo .. siapa kau ?”“Aku… aku Hoam, aku tinggal disebelah rumah ini.”“Oh, benarkah ?”“He-eh.”
Trabes hanya mengangguk melihat teman barunya yang sangat kumuh, dengan bekas luka di sekitar perutnya yang terbuka, dan rambut hitam menghiasi kepala lonjong kecilnya, hidungnya sangat mancung, dan matanya mengkilap, laksana ruang diantara bintang di angkasa.
Tiba tiba Trabes ingat akan sesuatu, pintu besar itu ! Iya, Trabes ingin mengetahui isinya.
“Hoam.. kau tau apa yang ada dibalik pintu itu ?”“Apa,, emm,, aku tidak pernah membukanya, kata orang orang siapapun yang membuka pintu itu tidak akan selamat. Suatu hari saat orang orang jaman dulu tidak sengaja membuka pintu itu, seluruh warga kota binasa. Tak ada yang selamat.”, kata Hoam, sambil menirukan adegan yang baru saja diceritakannya.
“Tak ada yang selamat yah ?”“Sama sekali …”“Lalu bagaimana kau tau cerita ini ?”“Hemm… oh iya ibuku berkata aku harus menyerahkan ini kepadamu.”, kata Hoam sambil menyerahkan sebuah sendok kecil yang terbuat dari perak alsli.
“Apa ini ? Kau memberikanku sendok, lalu mana makanannya ?”“Ini bukan sendok biasa, sendok ini diciptakan oleh para dewa di langit.”“Yakin ?”“He-eh, percayalah”
“Oh iya, ngomong ngomong Hoam, aku lapar, kau mau memberiku makanan ? Apa saja deh, yang penting bisa dimakan.”

Comments

Popular posts from this blog

My Acne Story

Hai semua, langsung aja ya aku mau share ke kalian skin care aku selama ini. Fyi, semenjak SMP kelas 3 aku sudah kena masalah kulit yaitu jerawat, walaupun masih kecil-kecil jadi gak begitu ganggu makanya aku biarin aja, nah baru deh SMA baru kotar katir kebingungan hehe. Ini foto waktu awal Februari 2018, jerawat lagi parah parahnya. Jerawatnya besar, merah, meradang, lama banget kempesnya, dan waktu kempes jadi item banget. Jelek gitu ish. Sudah lumayan banyak produk yang sudah aku pakai dan hasilnya kurang memuaskan :( dan akhirnya di akhir tahun 2018 akhirnya kulitku bisa sangat jauh mendingan dan jerawat cuman muncul saat lagi menjelang haid atau lagi stress berat, itupun cuman 1 atau 2. Trus sekarang aku pakai apa aja untuk merawat wajah unyuku ini? Pagi hari, biasanya aku langsung minum air putih segelas biar bener bener bangun, trus kalau misalnya hari sabtu atau hari libur atau misalnya ga ngapa ngapain seharian, biasanya aku gak cuci muka pakai sabun, bila...

Mobil Baru, ya Pacar Baru (ending)

Hari ini harus udah bisa pegang stir, gumam Shane, mengingat pelajaran konyol yang diberikan Jodi kemarin. Kian seoerti biasa menyisir rambutnya serapi mungkin, dan hari ini kian menambahkan sejenis gel rambut di rambut pirangnya, pelan pelan sekali sampai mata shane mulai terkatup. “Ki, uda belom.??”, jerit Shane dari depan teras, tangannya sudah membawa helm kesayangannya. “Bellomm, dikit lagi … “, balas suara dari dalam kamar. Shane terus menunggu, dilihatnya jam kecil terlilit di tangannya, jam tiga lebih limapuluh Sembilan menit. Wah gawat, Mark dan adiknya akan meninggalkan mereka kalau mereka tidak segera berangkat. Shane menjerit sekali lagi, “Cepetannn kii!!!”, dan jawaban yang sama pun terdengar, “belom, dikit lagi.” Shane sudah tidak sabar lagi, diambilnya kunci sepeda motor di dekat kursi teras, dimasukkannya pada lubang kunci dan dinyalakannlah mesin motor, “jreeennggg….”, suaranya menggelegar, membuat Kian yang sedang berdandan terkejut. Kian langs...

Re-Hi!

Halo. Aku Ajeng. Sudah 4 tahun berlalu, 900 keturunan tikus berlalu, dan dunia masih belum kiamat semenjak aku terakhir kali buat entri baru di blog ini. Syukurlah masih ada orang yang mau mengunjungi, walau sedetik kemudian mereka langsung tutup tab nya. Aku maklum, sangat maklum. Maka dari itu, setelah menimbang nimbang apakah aku akan melanjutkan menulis di blog atau tidak, setelah aku bilang ke diri aku sendiri, "oke Ajeng, menulis ataupun tidak, tidak ada yang benar benar akan lihat blog kamu." Lalu suara lain berkata, "semua hal yang telah kamu tinggalkan disini, kamu lupa?" Sial, aku jadi terharu. Blog ini bisa dibilang adalah gudang dari seluruh ide dalam kepalaku yang kuubah menjadi bentuk kalimat, menjadi paragraf abstrak kemudian berkembang menjadi sebuah cerita utuh, dengan plot yang berbeda beda. Aku hampir menulis semuanya. Unek unek yang tidak berujung, cerita fiksi yang manis, dan semuanya. Apresiasi tertinggi saat menulis blog ini adalah ...