Anak itu pun terus berkata tidak tau, dan wanita it uterus
memukuli anak itu. Mereka melakukan hal itu seharian penuh. Tangannya yang dari
tadi dipukul sapu sekarang membengkak, tetapi ia tidak menangis. “Baiklah kalau
begitu, aku akan bertanya yang lainnya. Bagaimana kau melakukan hal itu ?”,
tanyanya.
“Melakukan apa ?”, jawabnya .
Wanita itu memukulnya sekali lagi. “Kabut itu , bagaimana kau
mengeluarkannya sedangkan hari ini cuaca sedang cerah ?”
“Aku hanya melakukan apa yang seharusnya kulakukan !”, jawabnya
dengan singkat.
Wanita itu sempat melongo mendengar kata anak kecil itu. “Kau
tau apa yang seharusnya kau lakukan ? Kau harusnya duduk di kursi kecil di
rumahmu yang kecil, menunggu kematianmu , dan akhirnya kau akan tinggal di
kuburan kecilmu ! Tidakkah kau sadar apa yang kau lakukan ? kau akan membunuh
kita semua ! Kerajaan akan mengirim banyak lagi tentara !”
“Aku bisa menghentikannya.”, katanya dengan berani.
“Apakah kau pikir kau bisa mengalahkan mereka dengan kabut ?
Mereka lebih pintar dari kau, bocah. “, katanya.
“Lalu apa yang harus aku lakukan ?”, tanyanya dengan mata
memelas.
“Sudah terlambat untuk mencegahmu, nak. Kau harus mengalahkan
mereka …”
“Aku kan sudah bilang padamu !”, katanya memotong kalimat wanita
tadi.
“Diam kau , bocah. Kau harus ikut denganku, aku akan mengajarimu
sesuatu.”, kata wanita itu.
“Kau ingin mengajariku bagaimana bisa sihir ?”, tanyanya.
“Siapa namamu ,nak ?”
“Aku Trabes. Kata ibuku itu berarti sinar.”
“Aku tidak peduli apa arti manamu, kau bisa memanggilku Kira.
Sekarang bersiaplah dan kita akan pergi jauh.”
“Kira ? Kupikir nama mu Mandas . “
“Oh,, Mandas berarti Nyonya, nak.”
“Bolehkah kupanggil kau Man….”
“Kau boleh panggil aku Mandas dengan syarat tak ada makanan 1
tahun ini untukmu.”, katanya memotong kalimat Trabes.
Anak itu sepertinya memahami betul apa arti kalimat itu, karna
ia berpura pura menutup mulutnya seperti resleting , menguncinya , dan
membuangnya sembarangan.
Merekapun memulai perjalanan melewati jalan setapak di dekat
pasar, mereka bisa melihat keramaina pasar dai sana, ada yang sedang menjual,
membeli, menawar, bahkan mereka bisa melihat banyak pencuri pencuri kecil
berkeliaran di pasar itu.
“Kau tidak akan melakukan hal semacam itu, bukan ?”, tanya Kira
sambil melihat para pencuri.
“Mungkin aku akan melakukannya jika kau tidak mengajakku untuk
belajar sihir. Omong omong, bisa kita mulai sekarang pelajaran sihirnya ?”,
jawab Trabes dengan tergesa gesa.
Kira tetap berjalan tanpa mempedulikan kata kata Trabes, yang
sedari tadi berlari lari kecil untuk menyamakan jalannya dengan Kira. Melihat
hal itu Trabes pun mulai diam, melanjutkan pertanyaannya di dalam hati.
Sampailah mereka pada sebuah air terjun yang sangat tinggi dan
jernih. Tak ada tumbuhan besar disana , hanya ada rerumputan dan semak belukar.
Trabes yang dari tadi sudah sangat lelah , langsung membuka baju kumuhnya dan
langsung masuk ke dalam kolam di bawah air tejun itu.
“Kalau kau mandi disitu kau akan mati !”, tiba – tiba Kira
berteriak dari atas.
“Apa ?”, sepertinya Trabes sama sekali tidak mendengar teriakan
Kira. Ia terus saja menyelam dan menikmati segarnya air disana.
“Dasar keras kepala.”, kata Kira lirih.
Tiba
tiba air mulai bergoncang, awalnya Trabes berpikir bahwa gelombang itu hanyalah
dari air terjun, tetapi gelembung gelembung halus pun muncul dari dasar kolam.
Makin lama makin banyak. Tiba tiba sesosok mahkluk muncul dari dasar kolam,
tunggu, itu, itu piranha raksasa ! Trabes pun langsung berenang ke darat, tapi
apa boleh
Comments
Post a Comment
Komentar anda adalah suatu yang berharga ...