Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2012

Tragedi Duaratus Rupiah

Minggu, 25 November 2012 Kalau bukan karena Fani yang ajak aku ke bioskop satu satunya di kotaku, mungkin aku ngga bakal jantungan cuman gara gara uang koin. Waktu itu musim hujan, walau tidak hujan, awan hitam bagai atap rumah dunia, pekat sekali. Dan bikin aku sukses mandi keringat, belum lagi aku harus mengayuh sepedah beserta beban seorang Fani di belakang, sudah begitu jarak antara rumah dan bioskop kurang lebih, hhmm... yah sekitar dua kilometer.  Sampai ditengah jalan, atau lebih tepatnya seperempat perjalanan, aku baru ingat sesuatu, ini hari Minggu kan?? Nah, masalahnya jalan raya persis depan gedung bioskop ditutup, karena seperti biasa H**da mengadakan event balap motor di area tersebut. Ngga mau nyerah, aku masih lanjut kesana, walau sambil mikir sih.  Ta daaa!! Sampailah kami pada ujung jalan yang tertutup banner idiot yang kebalik tulisannya. Kurang lebih isinya adalah tiket masuk nonton balapan. Setelah (akhirnya) Fani turun dari sepedaku, kami coba ca

Suck Bagung!

     Rintik rintik air hujan masih menetes deras di atas atap rumahku, dengan beralaskan kasur empuk dan KTT ku bersama Mark. Jam di dinding masih menunjukkan hari masih siang, tapi langit di luar sangat gelap gulita. Dengan rasa malas sedunia aku bangkit dan duduk di depan komputer.      Awalnya sih aku ingin mengerjakan tugas dari guru TIK-ku Pak Chabib. Editing Blog! Fyuh, blog-ku memang rada error, entah mengapa koneksinya lambat sekali. Aku jadi bingung mana yang harus disalahkan, blognya, atau modemnya?      Kubuka blog yang kubuat lebih dari setahun yang lalu, masih hancur hancuran, seperti dulu.       Dan tiba tiba ....      Tingting! Pesan dari sahabat terbaikku sepanjang masa, Fani.       "Cut, besok sore kamu apa ada acara?"      Dan karena pulsa yang tinggal Rp.8, akhirnya dengan terpaksa aku ngga bales sms-nya. I'm sorry Fani!!      Tapi sepertinya cewek satu ini ngga menyerah, dan dia kirim pesan lagi      "Ngga punya pulsa ya?

Keliling Dunia?

Umm, well ... tadi ngga sengaja, waktu bersih bersih ... Aku nemu sebuah buku, kata kakak itu Novel, tapi lihat isinya itu pasti bukan novel (yang bego aku ato kakaku ya?) Disitu dijelaskan seorang wanita backpaker keliling dunia ... Wuiiihhh, kayaknya seru banget bisa melakukan kegiatan seru diluar sana ... Ngga cuman duduk di depan komputer, bengong nunggu e-mail dari temen masuk, ato sekedar maen game, ya kaya aku sekarang. Yah, just says ... Bye!

Mimpiku tadi malem :/

Aku tidak tau sudah berapa lama aku menangis. Detik demi detik kulalui di kantorku yang sempit, bersama beberapa teman sekantorku yang lainnya. Sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing, tanpa mempedulikan diriku. Tapi, benar juga, siapasih yang mau mempedulikan gadis muda jelek, gendut, dan tak berbakat sepertiku? Kulihat lagi agendaku. Tepat tengah hari aku harus pergi ke suatu tempat. Dulu tempat itu adalah idamanku, sejak pertama kali aku kerja disini. Tapi sekarang, tempat itu bagaikan neraka bagiku. Aku tidak berani membayangkan apa reaksi boss nanti. Aku hanya bisa pasrah, dan mulai melangkah ke tempat itu. “Tok tok”, aku mulai mengetuk pintu ragu ragu, menunggu jawaban sang pemilik tempat. “Masuk.”, terdengar suara dari dalam. Langkahku terasa berat saat itu, aku menunduk menatap lantai putih yang mengkilat, menampakkan mataku yang lebam karna terlalu banyak menangis. Kulihat dua kursi berhadapan satu sama lain, seseorang duduk di salah satu kursi tersebut. Te

Forgive Me, please ...

     Ola, Mishamigos!      Entah kenapa ya, beberapa waktu ini aku ngerasa kaya 'alone'  disekolah, misalnya : Harusnya aku duduk sama yang namanya Ali, lah dalah, dia pindah. Oke, dia laki laki, aku perempuan. Aku pikir ya emang sih, malu sama yang laennya. But, helooo?? What's wrong with me? Apa aku kurang cantik? Apa aku kurang pake parfum?      Ok, Ali termaafkan. Dan setelah beberapa saat sendirian di meja dua bangku, akhirnya seseorang rela duduk sama aku. Krisda. Panggil aja dia Dana. Si Dana nih ya, *maaf* agak lola, tapi dia pinter banget, kalo aku ngga bisa kadang aku nyontek ke dia *oke, dilarang keras meniru*, tapi suatu hari, waktu temen sekelas aku absen. Lahh Krisda pindah, dan akhirnya aku sendiri lagi.      What the hell??!! Sebenernya kenapa sih anak anak cowok ngga mau duduk sama aku? Perasaan semua di kelas itu punya pasangannya masing masing ... Aku?! Mana punyaku? Apakah aku ditakdirkan untuk sendirian?      Aku coba untuk tenang, aku coba tan

Bestfriend Forever? (2)

Bagian 2 : Rencana Gila! Seminggu lagi Michelle berulang tahun. Betapa senangnya Jodi saat ini, ia sudah menyiapkan kotak besar berisi boneka Doraemon kesukaannya, dengan bunga mawar merah dan sepucuk surat berwarna pink. Jodi tersenyum puas dengan kotak berpita lucu di depannya itu. Besoknya, disaat semua orang bernafas lega karna bel istirahat berbunyi, Jodi tiba tiba ditarik mundur oleh seseorang. “Olin, apaan sih.”, jerit Jodi sambil mengusap usap tangannya yang tadi ditarik oleh Olin. “eh, kamu tau minggu depan hari apa? Sahabatmu itu kan ultah tu, kita kasi kejutan yuk!”, katanya penuh semangat. Jodi saking semangatnya sampai lompat lompat kegirangan dan menjerit jerit, “IDE BAGUS IDE BAGUUSSS!!!”, jeritnya penuh semangat, “tapi kejutan apa?” “Kejutan yang original dong.”, kata Olin sambil mengedipkan matanya ;) “Maksudmu?” “Ya, kita kerjain, tapi jangan sampai dia kesakitan. Jadi gini ya … eheemm,,”, gumam Olin mengetes suaranya, “kita buat hari itu b

Bestfriend Forever? (1)

  Bagian 1 : Rumor “Kalau dia bener bener ‘gitu’ perutnya pasti besar”, gadis itu mengintip dari balik pintu. “Lihat kan, dia pegangin perutnya mulu.” “Jangan ngaco ah, Gill dia baru kelas tujuh smp, mana mungkin?”, kali ini Jodi angkat suara, ia tidk bisa membiarkan sahabatnya itu diejek. Seorang gadis sibuk memainkan rambutnya di kelas, rambutnya lurus kebawah, berwarna pirang kecoklatan. Memang benar perutnya besar, tapi itu tidak mungkin. Sudah beberapa hari ini, berita yang membuat kuping Jodi panas, membuatnya sedikit frustasi dengan hal itu. Sahabat baiknya Michelle, diduga hamil muda. Jodi sempat terkejut selama beberapa waktu, seingatnya Michelle adalah gadis yang baik, gadis yang patuh, dan pintar. Tapi entah mengapa, hatinya serasa remuk mendengar berita itu. “Aku akan mengecek nya.”, kata Jodi menunduk. Ia mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Suara decitan sepatu membuat Michelle mendongak, tangannya melambai disertai senyuman hangat.