Minggu, 25 November
2012
Kalau
bukan karena Fani yang ajak aku ke bioskop satu satunya di kotaku, mungkin aku
ngga bakal jantungan cuman gara gara uang koin.
Waktu
itu musim hujan, walau tidak hujan, awan hitam bagai atap rumah dunia, pekat
sekali. Dan bikin aku sukses mandi keringat, belum lagi aku harus mengayuh
sepedah beserta beban seorang Fani di belakang, sudah begitu jarak antara rumah
dan bioskop kurang lebih, hhmm... yah sekitar dua kilometer.
Sampai
ditengah jalan, atau lebih tepatnya seperempat perjalanan, aku baru ingat
sesuatu, ini hari Minggu kan?? Nah, masalahnya jalan raya persis depan gedung
bioskop ditutup, karena seperti biasa H**da mengadakan event balap motor di
area tersebut.
Ngga
mau nyerah, aku masih lanjut kesana, walau sambil mikir sih.
Ta
daaa!! Sampailah kami pada ujung jalan yang tertutup banner idiot yang kebalik
tulisannya. Kurang lebih isinya adalah tiket masuk nonton balapan. Setelah
(akhirnya) Fani turun dari sepedaku, kami coba cari cara untuk masuk ke gedung
bioskop tersebut. Arah memutar, malah ke alun-alun, mau nerobos masuk, dikira
mau balapan juga.
Dan
akhirnya Castiel muncul di balik punggungku, dan berbisik "lewat samping
neng, kan sepi noh", kemudian menghilang entah kemana.
"Terimakasih
Cas!", bisikku.
Dan
sesuai petunjuk Cas, kami beserta sepeda bututku menerobos masuk lewat samping,
dan masuk dengan selamat sentosa.
Tapi,
belum sampai di tepat parkir, sekitar 5 orang berseragam membuatku kembali
berkeringat. Secepat kilat kuraba raba kantong celanaku, hanya ada uang
duapuluh ribu ruupiah, dan uang itu untuk bayar tiket masuk bioskop! Kutatap
mata Fani lekat lekat, "kamu bawa koin 200-an?"
Dan
yang bikin aku (sedikit) jantungan adalah kalimatyang diucapkan olehnya,
"ngga."
JEDDDUUUEERRR!!!!
ini baru pertama kalinya dalam hidupku, aku panik karna ngga bawa uang
koinn!!!!
"Jeng
jeng!!! ini gimanaaa..??", akhirnya Fani panik juga.
Dan
dengan santai, aku berjalan pelan pelan di depan mereka, "maaf mba, ngga
punya receh, bayar parkirnya nanti aja ya?"
Mereka
hanya menggangguk!!! Kyyyaaa!!! (now playing Senangnya Hatiku - Tasya)
Kuparkir
sepedaku dan segeralah aku masuk ke gedung bioskop, gedungnya masih sangat
sepi, suara decit-an motor masih meraja lela, tapi semua sedikit bisa diredam
oleh postur keren twilight yang terpampang jelas di belakang loket. Yang
kulihat bukanlah si tampan Rob, tetapi orang yang berlari jauh di
belakangnya, Carlisle Cullen. Dia udah tua, jelas, tapi dia masih punya
tampang kharisma yang tinggi, menurutku. Aku jatuh hati padanya, aahhh ngga
ngga ... Mark masih tetap dihatiku. *bahhh
Layaknya
permainan "666", seorang wanita muncul dari bawah loket penjualan
tiket. Hahaha ... makasih mba, bikin aku jantungen lagi.
Dua
tiket, sold!
"Nih.",
kata Fani, memberiku secarik kertas, "aku tidak ingin menyimpan sampah ini
sendirian."
Kulihat
lagi tiket dengan background putih dengan tulisan The Twilight Saga : Breaking
Dawn Part 2
Sebenernya
sih, film ini buat remaja (gitu kok tulisannya ... ), tapi tenang, selama ada
jaket abu abu milik Fani, semua aman.
Tepat
jam 3 sore, filmnya akan tayang sebentar lagi, aku dan Fani cari tempat duduk,
awalnya sih aku mau duduk di kursi paling belakang, karna hanya ada sekitar 7
atau 8 orang yang ada di gedung ini, tapi karna Fani yang punya sedikit tekanan
sosial (mungin), kita duduk di kursi tengah. Mungkin Fani sangat menyukai
kursinya, karna ia terus menerus menggoyang goyangkan badannya, membuat decitan
dari kursi membahana ke seluruh ruangan. Dan parahnya, ia terus menerut
mendecitkan kursi sialan itu.
Semua
berjalan lancar, efeknya keren, oh ya dong Summit Production gitu lohh ...
tapi, ada sebuah adegan dimana Bella Swan memasukkan beberapa tumpukan dollar
ke tas Remmesme Cullen, aku teringat sesuatu ...
Uang
parkir belum dibayar.
Jangan
panik .. jangan panik....
Aku
coba berbisik pada Fani, "Fan, nanti gimana koinnya?"
"Gini
aja, kamu, aku, pulang dulu, ke rumahmu, trus ngambil uang, trus balik ke sini,
bayar. Trus pulang deh ...", ucapnya.
Sumpah
deh, bukannya aku ngga menghargai ide cemerlangmu ya Fani cantik, tapi beneran
deh, apa kita benar benar harus bolak balik?
Ide
Fani sedikit tidak membantu, aku coba pikir pikir lagi. Semenjak saat itu, aku
tidak terlalu berkonsentrasi pada filmnya, tapi pada koin sialan
tersebut.
Kutarik
nafasku dalam dalam, setelah melihat bagian akhir film, saat semua tokoh di
film tampil beserta nama aktor/aktris yang memerankannya.
Kulihat
kana kiri, moga nemu koin dua ratus rupiah, atau kalau boleh Ya Tuhan, uang
merah alias seratus ribuan yang jatuh dari tas seorang cowok kaya.
Semua
terlambat, kami sudah berada di tempat parkir, dan anehnya aku sudah mengambil
sepeda bututku.
"Jeng,
ini gimana? Pulang dulu yuk ..."
Aku
coba diam sebentar, dan castiel lagi lagi memberikanku ide cemerlang. Selang
beberapa detik Cas berbisik, "bilang aja kertas parkirnya ilang."
Ya,
aku coba.
"Ngga
jeng, ngga ..... jangan bohong, kita pulang."
"Udahlah
Fan, kamu kan beriman, aku kan ngga terlalu, percaya deh sama aku ..."
Dan,
kalian bisa tebak sendiri kelanjutannya, sementara aku mengayuh sepedaku,
sambil menahan gairah memasukkan sandalku ke mulut Fani, yang dari tadi tertawa
terbahak bahak.
Aku
cuman seneng, akhirnya semua berakhir bahagia ....
*note : bagi semua orang yang mau nonton bioskop bawa kendaraan, jangan lupa bawa uang receh :)
ini yg pernah km ceritain ke aku to Jeng?
ReplyDeleteemang pernah...??? :/
Deleteeh iya sih kayaknya