Skip to main content

Sometime in the 11th century : Westlife FanFiction


Crossover Westlife ,Mongol ,and Condor Heroes
1162 M
Lembah Dataran China Barat

“Apa yang kau pikirkan kawan? Apa ada hal yang mengganjal hatimu?”, tanya Sim hati hati.
Thian mendongak ke atas, “sepertinya awan menunjukkan hal buruk Sim.”
Awan putih keabu abuan menghiasi cakrawala di siang hari, awan besar, super besar bahkan. Bergerak sesuai rotasi bumi. Tapi ada satu awan yang tidak. Awan itu bergerak berlawanan, warnanya abu abu kelam. Semakin lama semakin melebar. Hingga awan itu menangis, meneteskan air. Hujan datang, dengan angin yang keras.

Satu demi satu pohon ambruk, dengan ujung daun yang runcing berterbangan ke mana mana. Rumput rumput mulai tercabut dari tanah, mengikuti arah angin badai yang datang menuju timur.
Thian sempat tersandung, kepalanya terantuk tanah keras berbulu rumput, hingga akhirnya sebuah daun runcing menembus dadanya yang bidang.
Disaat saat terakhir, dengan segenap kekuatannya Thian berkata, “saudaraku, jika aku mati, kaulah yang akan menggantikanku untuk menjadi raja di Mongol.”

Sim mengubur jenazah Thian di lembah itu, dengan batu nisan yang besar bertuliskan namanya.

Saat Sim berhasil menapakkan kaki di Mongol. Mencari sebuah penginapan yang bagus, dan bekerja di sana beberapa waktu untuk mengumpulkan uang.
Bangsa mongol adalah bangsa yang tentram. Bangsa yang dikelilingin oleh lembah lembah yang hijau dan dingin. Dimana kerajaan Jing yang mengatur semua.
Sampai suatu hari, Sim jatuh cinta dengan seorang wanita. Namanya Liamci, anak dari sang pemilik penginapan. Dan akhirnya mereka menikah dan memiliki anak.


Keiv, tanah bangsa Skandivania

Langkah kaki kecil terdengar dari lantai atas. Beberapa suara dentungan lonceng terdengar dari seluruh penjuru. Dan juga suara tawa dari teras. Kian kecil mengitari pohon ‘adam dan hawa’ beberapa kali, sampai akhirnya memeluk ibunya.

Wanita itu tersenyum, mencoba mendekatkan telinga Kian kecil ke perut besarnya, “dengarlah nak, ini adikmu.”
Kian menutup matanya, berkonsentrasi dengan apa yang akan didengarnya, “Halo adikku, apa kabar?”

Setelah beberapa saat terkikik, wanita itu menjauh. Tersenyum, kemudian menyuruh Nicky kecil untuk duduk di kursi kayu ukir. Yang dibeli ayahnya sebulan yang lalu, di Mongol.
Setelah menggoyang goyangkan kursinya, Kian kecil teringat akan sesuatu. Satu hal yang ia dengar dari ayahnya kemarin malam. Akan ada perkelahian.

“Ibu …”, kata Kian perlahan. Segera memegang tangan ibunya yang besar, “apakah akan terjadi perkelahian di sini?”

“Itu tidak akan terjadi Kinny.”, sahut sebuah suara dari balik pohon ‘adam dan hawa’, seseorang dengan baju mirip St. Nicholas, dengan jenggot palsu tentunya.

Kian segera bangkit dari kursinya, “sinterklass!”
“Ho ho ho, halo anak muda, apakah kau berbuat nakal tahun ini?”, sahut suara itu.

Ibu Kian tersenyum, “ayolah Nicky kau sudah terlalu banyak memberikan hadiah pada Kian, lagipula ia berbuat nakal tahun ini, percayalah.”
“Jangan percaya dengan ibu, sinterklass.”, bisik Kian, “ia anak buah dari Zwarte Piet!”
Nicky tertawa, melihat tingkah adiknya yang menggemaskan, “benarkah itu Nonya Sisykaya?”

Shane muncul dari balik cerobong asap, “Akulah Zwarte Piet! Aku akan memasukkanmu ke dalam karung!”
“Aku tidak nakal!”, jerit Kian, kemudian berlari lari menjaui sang Zwarte.
“Siapa ingin dinyanyikan lagu?”, Shane berteriak. Kian menganggkat tangannya tinggi tinggi, seolah olah ia sedang berada di kerumunan banyak orang.
Beberapa menit kemudian Nicky membawakan sebuah gitar tua milik ayahnya. Dipetiknya senar putih tersebut, sehingga memunculkan suara yang merdu.

“When the world was crasing down.”, sebuah kalimat keluar dari mulut Nicky, menggetarkan seluruh ruangan, “pulling you to sorrow”
I will sail you back to shore when there are no more heroes”, lanjut Shane.
Kian merengut, “kenapa harus lagu sedih?”
“Entahlah, aku suka lagunya.”, sahut Nicky, “tapi kau benar”

I wanna Thank You very much.”, kali ini Shane yang memulai, “Thank you for lending me a love.”
Semua ikut menyanyi, tak terkecuali Ny. Kaya yang menghentak hentakkan kakinya.
Kian dan yang lainnya senang sekali saat itu, “mungkin aku akan membuat banyak lagu hebat dan menjadi terkenal.”
“Bagus sekali Kinny.”, sahut Shane.
Semua orang tertawa di ruangan itu, tanpa menyadari apa yang terjadi di luar.

Beberapa ratus kilometer dari tempat itu, dimana taman bunga telah menjadi abu. Terjadilah perang saudara. Bangsa Keiv tidak menyetujui Rusia. Kabarnya rusia ingin memperluas daerah kekuasaan. Mencoba berperang dengan bangsa Mongol. Kemudian Bangsa Tiongkok. Hanya masalah sepele, tapi karena suap yang merajalela, tak ada lagi harapan.
Satu persatu prajurit ambruk, saling menancapkan pisau tajam ke dada. Suara tembakan terdengar seperti irama. Langit berubah menjadi kelam, tanah coklat telah berubah warna. Nyonya Sisykaya tidak berani menyatakan hal ini pada kedua putranya. Takut kalau mereka akan khawatir, kelak ayahnya akan mati karna perang.

“Sisykaya!”, Thomas menjerit, “awas dibelakangmu!”

Sisykaya berputar, kemudian berguling. Melompat beberapa meter dari tempat itu dan membiarkan tubuhnya penuh dengan lumpur.
Sebelum akhirnya ia berterimakasih pada pria yang sempat menolongnya tadi, ia berlindung di antara tumpukan jerami dengan topi perang yang sudah pecah di beberapa bagian.

Tiba tiba ia merasakan sesuatu. Mungkin karena efek bom dimana mana. Tapi kali ini berbeda, ia merasa seperti ada yang memberitahukannya akan masa depan. Dan akhirnya ia menutup mata. Ia melihata seseorang, berbaju seragam. Tangannya membawa senapan, ada tanda pangkat Jendral di lengan kirinya. Dan kemudian ia melihat dirinya sendiri, membawa belati, dan belati itu berhasil membuat jendral itu mati.

“Aku akan maju.”, sahut Kaya, “lindungi aku dari belakang!”
Pria itu menggeleng, mulutnya terbuka lebar, “kau gila?”
Kaya tidak bisa berfikir. Memang, hal itu mustahil, jarak antara dirinya dan musuh sangatlah jauh, apalagi dengan ranjau tersembunyi di setiap sudut tanah.

“Memang gila kan?”, Kaya terkikik. Mungkin otak lambannya mengatakan itu mustahil. Tapi hati tak bisa berbohong, ia akan maju.
Dengan bermodalkan keberanian luar biasa, ia berlari.
“Kaya! Aku dibelakangmu!”, dor dor dor .. suara senapan berbunyi dari belakang. Seraya mengepung Kaya dengan perlindungan.

Hanya senapan biasa, bertengger di tangan kasarnya, mencari cari target yang tepat. Sang jendral. Kaya berhenti sejenak, mengambil posisi yang tepat. Dapat! Tanpa pikir panjang Kaya langsung menarik pelatuknya. Tetapi sebelum benar benar menariknya, seseorang menabraknya dari samping. Bukan seseorang, itu kereta kuda. Senapan api milik Kaya terlempar ke udara, sebelum akhirnya jatuh di antara kobaran api.
Kaya tak punya apa apa lagi, dirinya terkepung dengan rasa cemas. Tapi ia mulai berlari lagi, mencari cari alat untuk bertarung. Seekor anjing datang melewati Kaya, meletakkan sebuah belati tajam ke tanah merah. Itu edgar, anjing milik Kaya.

Ia langsung mengambil belati itu. Dan berlari lagi, dengan peluru berterbangan di sekitarnya, mencoba berkonsentrasi agar peluru itu tak masuk ke tubuhnya.
Itu jendral, bersembunyi di balik jerami, dengan senapan api di tangannya.

Jendral melihat Kaya, dengan sergap ia langsung mengarahkan senapannya kea rah Kaya. Dor! Sebuah peluru dengan sukses menembus kaki Kaya. Ia menjerit kesakitan, tubuhnya lengah dan akhirnya ia terjatuh.
Masih dalam kesakitan, Kaya berusaha bangkit. Dengan sisa kekuatannya ia merangkak, kemudian berdiri dan berlari dengan pincang. Jendral itu berusaha menembaknya sekali lagi, tapi belati tajam milik Kaya sudah tertancap di dadanya.
“Tuhan memberkatimu, Jendral.”, bisik Kaya.
Setelah menghabisi Jendral, Kaya berbalik menuju temannya. Masih dalam perlindungannya, memang. Kaya berlari, kali ini lebih cepat. Suasana hatinya sedang gembira saat ini.
“Jendral sudah mati. Keiv menang!”, jerit Kaya.

Semua orang bersorak sorai. “Yaaa!! Bagus bagus!”
Perang mulai memudar, bangsa Rusia kembali ke markas mereka. Sedangkan Keiv dengan hati bergenjolak, menari nari mengelilingi mayat mayat bangsa Rusia.
“Bagus Kaya! Kau tau saja, peluruku sudah habis.”, kata Thom.
Kaya tersenyum, “benarkah? Haha, buktikan padaku.”

Benar saja, orang itu mengarahkan senapannya kea rah kepala Kaya, dan menarik pelatuknya.
Orang orang disekitar mereka menjerit.

Nyonya Kaya tergopoh gopoh mencapai pintu, membukanya perlahan dan melihat seorang pria besar menghadapnya.
“Nyonya Sisykaya?”, sahut lelaki itu, “maafkan aku, tapi … ia sudah meninggal. Seorang mata mata membunuhnya. Kumohon nyonya maafkan aku, aku tidak bisa menjaga suamimu.”

“Itu seragam ayah. Apa yang terjadi? Apakah ayah telanjang?”, sahut Kian tangannya masih memegang mainan kayu miliknya.
“Tidak ayah tidak telanjang, sayang. Ayah hanya pergi, memakai mahkota emas dan jubah emas, dan tentu saja ia mempunyai sayap.”
“Ayah jadi raja malaikat?”
Ny. Kaya tersenyum dan mengangguk.

Keluarga Sisykaya sangat bersedih atas kejadian itu. Tak mudah melupakan sosok yang paling disayangi. Bagi mereka Albert Sisykaya, ayah mereka, adalah sosok yang hebat. Ia memberikan apa yang telah ia berikan, semuanya.
Bahkan kematian ini tak terduga. Tn. Kaya telah memberi pesan pada anak anaknya, bahwa ia akan menemani mereka sampai mereka bekerja dan menikah. Tapi sekarang janji itu telah musnah, diiringi kematian sang ayah.

Beberapa bulan  setelah kejadian itu, Ny. Kaya melahirkan 2 anak kembar. Satu perempuan dan yang satu laki laki. Mereka memiliki hidung yang sama, tapi bola matanya berbeda. Anak kembar pertama memiliki mata hijau terang, mirip seperti ayahnya, dan yang satu lagi memiliki mata coklat gelap, mirip seperti ibunya.
Disamping itu juga, bangsa Rusia diam diam menculik semua anak laki laki di daerah Keiv. Semuanya, tak peduli besar atau kecil, muda atau tua, bahkan yang lumpuh sekalipun. Mereka akan diajari teknik berperang, dijadikan budak, dan yang parahnya lagi, dibantai.
“Kita akan pindah”, sahut si sulung Shane, “mungkin ke Mongol atau ke Jerman”
“Disini sudah taka man lagi, aku tak ingin kehilangan kalian anak anak.”, tambah Kaya.
Kemudian Kaya berkemas kemas, mengunci pintu rapat rapat, kemudian pergi dengan kereta kuda.
Kereta kuda yang mengangkut kel. Kaya itu tidak boleh diketahui oleh siapapun. Oleh sebab itu, mereka harus menunggu malam tiba terlebih dahulu, kemudian melanjutkan perjalanan. Belum lagi jalan yang berliku dan penuh semak semak, menyulitkan mereka untuk mengendalikan kereta kuda itu.

Dua minggu lamanya setelah pergi dari rumah, mereka sudah sampai di aerah Mongol. Disamping itu, prajurit rusia mengetahui keberadaan mereka.
“Kejar mereka!”, jerit seorang prajurit Rusia. Prajurit lainnya, dengan senapan api yang canggih dan kuda , sibuk mengejar kereta kuda milik kel. Kaya.
Jalanan semakin menyempit, batu kerikil berserakan di mana mana. Dan duri duri dari pohon sekitar juga membuat roda kereta anjlok. Kereta kudanya masih bisa terus berjalan memang, tetapi ranjang Bayi perempuan yang digendong oleh Kaya terlempar ke luar.

“Tidak! Shane balik keretanya!”, kata Kaya memberi perintah.
“Tidak mungkin, berbalik sama saja seperti bunuh diri. Kita harus terus melaju.”
Dan sengan seribu penyesalan, mereka meninggalkannya.

Prajurit prajurit Rusia tidak berhasil mengejar kereta kel. Kaya, dan akhirnya kel. Kaya aman sekarang. Mereka sampai di bagian mongol timur sebulan kemudian, dan tinggal disana untuk beberapa waktu sampai perang saudara usai.

Hutan Xiang Jiang, perbatasan Mongol dengan Keiv Rusia.
“dasar kuda bodoh, entah sudah berapa lama, dan aku masih di Mongol? Aku tidak percaya ini, kupikir kau bisa lebih cepat.”, gerutu Sim. Memang benar sejak dia pergi dari penginapan hingga di hutan, kuda miliknya ini terasa sangat lambat. Mungkin karna factor usia.

Sim berhenti sebentar, melepaskan dahaga, dan beristirahat sejenak. Hingga ia mendengar suara tangisan dari arah barat. “Apa itu.”, desis Sim.
Dengan cepat Sim mengikuti suara itu, sampai akhirnya ia bertemu sebuah ranjang jerami dan seorang bayi di dalamnya.
“Anak malang.”, desisnya, “aku harus membawanya pulang.”
Benar saja, Sim dengan hati yang iba membawa bayi itu pulang.
“Aku sengaja melakukannya, lagipula diantar atau tidak surat ini, aka nada peperangan bukan? Ayolah ini dunia! Tak ada yang namanya perdamaian. Tunggu, mungkin aku akan mencobanya. Tidak tidak, bagaimana aku mengurus bayi ini?”, kata Sim yang berbicara pada dirinya sendiri. Melihat bayi perempuan yang lemah tak berdaya.
“Aku akan menamaimu Xiang Er, sesuai nama hutan ini. Aku akan mengangkatmu jadi anakku.”, kata Sim melanjutkan perkataannya tadi.

1180 M

Bulgan
Mongol Utara

“Happy birthday Markus! Selamat ulang tahun ke18 sayang, I love you.”, ucapan demi ucapan seakan akan seperti hujan turun di malam hari. Mark tampak kewalahan dibuatnya.
Dengan muka penuh krim Mark menggerutu, “ayolah aku bukan anak kecil lagi!”
“Kau masih adik kecilku, Marky.”, sahut si sulung, mencium kening adik kecilnya tersebut.
Ting ting ting … “Perhatian semuanya!”, sahut Nyonya Kaya, sendok peraknya dipukul pukulkan ke gelas kaca. Semua orang di ruangan tampak tenang, perhatian mereka tertuju pada wanita yang bediri di atas meja kayu.
“Kau tau perang saudara di Keiv telah berakhir.”, desisnya perlahan. “Itu bagus aku tau, tapi kalian tau siapa yang menang?”
“Rusia.”, sahut Mark, “Aku memimpikannya tadi malam.”

Nyonya Keiv menarik nafas panjang. Memang benar Rusia menang dalam pertempuran kali ini. Itu artinya, Rusia akan berperang melawan Mongol. Rusia bahkan sudah mempersiapkan banyak prajurit. Lima ratus membawa senapan, lima ratus membawa panah, dan dua ratus penjaga di hutan hutan Mongol.
“Kita akan pergi ke dinasti Han, kita bisa berlindung di sana.”, usul Ny. Kaya.

Akhirnya, mereka menyiapkan kebutuhan mereka, dan malam itu juga mereka berangkat dari Bulgan, menuju Onon, tempat dinasti Han didirikan. Mereka menyiapkan dua kereta kuda, satu mengangkut makanan, dan yang lainnya untuk mereka.
“Aku punya firasat baik.”, sahut Mark tiba tiba. Saat itu tengah malam, saat semua tampak kelelahan dan beristirahat di tengah padang rumput.

Kian, dengan tatapan keingintahuannya segera mendekati adiknya tersebut, “katakan padaku Marky. Apa kita semua akan selamat?”
“Lebih baik dari itu.”, jawab Mark,  “aku akan bertemu seseorang yang harusnya dekat denganku.”
Ny. Kaya tersentak, ia teringat sesuatu.

“apakah ia wanita, Mark?”, kata Ny. Kaya.
“Ya, dan namanya lucu, tapi aku tidak bisa mengingatnya. Dia cantik sekali, dan dia mirip seperti ibu.”, jelas Mark. Matanya mengarah ke depan, seolah olah ada wanita di depannya, “kaupikir siapa itu bu?”
“Mana kutau.”, sahut Ny. Kaya.

Keesokan harinya, mereka melanjutkan perjalanan. Melewati beberapa padang rumput yang luas, dan akhirnya ia masuk ke dalam dinasti Han. Dimana semua akan selalu aman.
Banyak orang orang berbaju panjang disana. Dikelilingi oleh toko toko yang menjual berbagai macam kebutuhan. Diujung jalan, terdapat sebuah penginapan besar. Terbuat dari kayu memang, tetapi kokoh, tertulis di depan penginapan, “1140” sudah lebih dari 35 tahun penginapan ini berdiri. Dan masih terlihat cantik dengan hiasan ukiran di sekitar penginapan.

Mereka masuk ke dalam penginapan tersebut dan bertemu banyak orang yang sedang minum arak. Beberapa sedang berbincang, dan yang lainnya hanya duduk duduk. Ny. Kaya berada di barisan terdepan, berbincang sebentar pada pemilik penginapan. Sedangkan Shane masih di kereta kuda, siap mengangkat barang barang bawaan bersama Nicky. Sedangkan Kian dan si bungsu, masuk ke dalam penginapan dan menunggu.

“Aku suka disini.”, sahut Kian tiba tiba. Memperhatikan para pelayan wanita yang berlalu lalang.
Mark juga ikut melihat sekitar, dilihatnya seseorang. Mirip di benaknya.
Kian yang memperhatikan Mark dari tadi mulai mengejek, “kau suka dengannya? Seleramu bagus juga.”
“Dan mereka kebanyakan sudah tua, mungkin Shane akan menemukan pasangannya disini.”, jelas Mark kemudian. Berjalan menuju ibunya, “ibu kau sudah selesai.”

“Apa? Ya tentu, kamar kita ada di atas. Aku akan suruh Shane dan Nicky membawa barang barang ke atas. Kau boleh jalan jalan dulu. Dan yah. Ini Tuan Sim, pemilik penginapan, kau bisa berbincang bincang dengannya.”, kata Ny. Kaya. Langsung memberi aba aba Shane dan Nicky untuk membawakan barang barang mereka ke atas.

“Bersenang senanglah sayang.”, pamit Ny. Kaya.
Setelah ia pergi, Mark langsung menghadap ke Tn. Sim yang sedang duduk dengan kipas di tangannya.
“Halo Tn. Sim.”, sapa Mark.

“Halo anak muda, kau pasti bukan dari China, maupun Mongol. Kau pasti dari Rusia. Jangan dekat dekat denganku, aku tak begitu menyukai orang Rusia. Mereka keji.”
“Aku dari Keiv.”, sela Mark.
Sim melirik sebentar anak di depannya tersebut, “baiklah kalau begitu, siapa namamu?”
“Mark, dan margaku Sisykaya.”

“Baiklah Morka. Apa yang bisa kau ketahui dariku?”
“Sekali lagi namaku Mark. Aku melihat seorang wanita disana, berbaju kuning dengan selendang hijau. Siapa dia? Dia bukan dari Mongol, kan?”, tanya Mark cepat cepat. Ditunjuknya seorang wanita yang sedang mengantarkan makanan ke meja. Ia memakai baju kuning memang, dengan selendang hijau dan rambut yang dikelabang. Sangat cantik dengan pipi dan bibir yang merah merona.

Sim mengamati wanita tersebut, “yah .. dia anak angkatku. Aku menemukannya di hutan Xiang Jiang. Aku kasihan dengannya, sepertinya orang tuanya tidak menginginkannya. Memangnya ada apa?”
Mark diam saja mendengar penjelasan Sim. Dilihatnya sekali lagi wanita berambut merah itu, warna yang sama dengan miliknya. Dan matanya itu, berwarna hijau terang, sama seperti mata ibu Mark. Dia cantik. Cantik sekali.

Ny. Kaya turun ke lantai bawah, menginsyaratkan Kian dan saudara saudaranya untuk ke atas.
“Kita bicara lagi nanti Tn. Sim. Terimakasih banyak.”
“Ya ya pergi sana orang pucat.”, kata Sim singkat.

Sekali lagi Mark melihat kea rah wanita itu, tersenyum beberapa saat kemudian mengikuti kakaknya ke atas. Penginapan yang mereka tempati cukup luas. Ada banyak kasur yang berjajar. Sebuah meja bundar, dan beberapa kursi. Tirai jendela yang tipis, membuat angin menggoyang goyangkan tirainya. Tampak sangat indah. Ada beberapa tanaman kaktus disana. Dan hiasan bamboo sebagai diantara kasur kasur. Shane dan Nicky, setelah mengantarkan barang barang, duduk di kasur mereka.
“Aku suka disini!”, sahut Nicky.

Keesokan harinya mereka mulai bekerja. Untuk membayar biaya penginapan tentunya. Shane memilih untuk menjadi koki di penginapan, ia sangat berbakat dalam hal tersebut. Lalu Nicky menjadi seorang pemusik di biro music dinasti Han. Kian, bekerja di biro music juga, tetapi ia menjadi pelayan pemusik. Dan Mark, menjadi pelayan di penginapan, bekerja bersama wanita misteriusnya itu.

Siang hari saat matahari sudah berada di atas, Mark memulai mengerjakan pekerjaannya saat ruangan sepi. Diambilnya kain basah dari baskom kayu. Mulai dari ujung ruangan, dimana pot bunga berjajar dengan rapih.
Beberapa saat kemudian, ia datang. Seorang wanita yang gemulai, datang dengan bahan makanan di pundaknya. Rambutnya penuh riasan, mulai dari pita, pernak pernik, dan hiasan kembang lainnya. Dipadu dengan matanya yang menawan, bagai bidadari surga mungkin.

Tak terasa, Mark kehilangan konsentrasi, bukannya mengelap lantai, ia malah mengelap badan Sim.
“Hai Morka, aku sudah mandi.”, sapanya dengan tatapan tajam.
Mark menghentikan pekerjaannya sebentar, kemudian berdiri, “maaf Tuan Sim”

Di balik penginapan megah, dibalik tembok kayu yang kokoh Shane berdiri. Hanya ada tungku api dan kuali raksasa. Dengan sayuran di dalamnya. Shane sangat ahli di bidang ini, ia hafal betul apa yang membuat sebuah masakan menjadi sangat nikmat.
Apalagi Mongol terkenal akan bunga bunganya yang harum, dan sedikit beracun. Ia akan terus menciptakan masakan baru, dan ramuan ramuan baru tentunya.

Di biro music, tempat Nicky bekerja. Banyak orang orang berseragam disana. Nicky suka tempat ini, banyak alat music yang bisa dimainkan. Ada gitar china yang punya 3 senar yang panjang. Sebuah rebana yang luar biasa berat, karna dibuat dari kulit lembu muda yang tebal. Tapi mengeluarkan suara yang merdu saat ditepuk.
Bekerja dengan Kian tentunya. Kian menjadi pelayan di biro music. Mengantarkan barang bawaan dan kertas kertas lagu. Memijat para pemusik bila mereka capai. Dan memoles alat alat music agar selalu terlihat baru.

“Kau bukan dari Mongol.”, sahut seseorang di belakang Nicky.
Nicky berbalik dan mundur beberapa langkah. Ia mengamati setiap lekuk tubuh pria di depannya tersebut. Pria pendek, tetapi kekar. Kumis hitamnya menjulang ke bawah, rambutnya panjang dan diikat ke atas. Ia memakai topi biru, menandakan ia juga bekerja di biro music.
“Aku dari Keiv.”, jawab Nicky, “Namaku Nicky, dan ini adikku Kian.”
“Hmm, nama yang aneh. Baiklah selamat datang ni .. ni, apalah …. Apa yang membuatmu kemari?”

“Kami pemusik, kami akan bekerja disini. Tuan Thian mengutus kami untuk kemari, beliau bilang kita bisa bekerja disini. Aku bisa main gitar china, mahir sekali bahkan, aku bisa memainkannya sejak kecil bahkan. Dan ini adikku, akan menjadi pelayan … jadi, bagaimana?”, jelas Nicky.
“Tuan Thian pemilik penginapan tua itu. Yakinlah kalian tak berbuat kejahatan dan kalian akan diterima. Oh, satu hal lagi.”, kata pria itu, “kalian harus suka gossip kalau kalian bekerja disini. Kami mungkin lelaki tapi kami punya keingintahuan yang luar biasa.”
Nicky dan Kian tersenyum dan mengangguk, segera mengambil posisi mereka dan mendengarkan intruksi dari sang Shouling.

Lagi lagi Mark bertemu dengan wanita misterius itu. Kali ini di kolam Anggrek, disebutkan seperti itu karna bunga anggrek yang langka tumbuh baik disana, dengan hiasan warna ungu dan putih, mempercantik kolam. Mark duduk di tepi, dan wanita itu ada di seberang.
Segera saja Mark berdiri dan mendekati wanita ntersebut. Wanita itu tidak bereaksi, dia diam saja, seolah olah Mark hanyalah angin yang berhembus.
Mark tak bisa berkata apa apa, ia terlalu gugup. Berhadapan dengan wanita cantik selain ibunya itu memang susah.

“Ha … hai.”, sapa Mark hati hati.
Wanita itu menoleh, “Kau pasti Mark dari Keiv.”
Dia bisa menlafalkan nama Mark dengan benar, tak seperti orang orang Mongol lainnya.
“Ya kau benar. Dan kau?”,kali ini Mark sudah tidak terlalu gugup. Sambil memain mainkan jarinya Mark menunggu jawaban dari wanita itu.
“Xiang Er, sesuai nama hutan.”, jawab Xiang er, “ayah angkatku menemukanku disana. Ia bilang padaku orang tuaku tak menginginkanku lagi karna aku jelek. Haha, aku tak percaya itu. Kemudian aku dibawa ke sini.”

Mark mengalihkan pandangannya ke kolam, “dia pasti sangat berjasa.”
“Cukup tentangku, bagaimana denganmu? Kau kesini bersama keluargamu kan? Dimana ayahmu?”
“Ayahku telah meninggal dunia”, kata Mark, sambil mengarahkan pandangannya ke Xiang Er, “karena perang saudara di Keiv. Memang Keiv akhirnya menang, tapi seorang mata mata dari Rusia membunuhnya pada saat saat terakhir. Dan mata mata itu berhasil kabur. Aku tak pernah melihat wajah ayahku, kau tau. Aku ada di dalam kandungan ibuku saat hal itu terjadi.”
“Aku turut bersedih atas kematian ayahmu.”

Mark tersenyum, Xiang er gadis yang baik, walau ia tidak tau kedua orang tuanya, ia tetap tegar. Mark harus mencontoh wanita yang ada di depannya itu.
“Apakah ayahmu pernah ikut berperang?”, tanya Mark.
Xiang Er terkikik,“Bahkan dia terlalu bodoh untuk mengangkat panah.”

“Ha ha ha … beruntung sekali kau punya ayah sepertinya. Aku akan masuk ke penginapan dulu. Sampai jumpa.”, sahut Mark, kemudian bangkit, mengucapkan salam  pada Xiang Er, dan pergi masuk ke penginapan.
Xiang Er melambai, mengucapkan salam juga, selendang hijau yang selalu dikenakannya juga ikut melambai tertiup angin.
Di penginapan sudah sepi, tak banyak orang yang ada di sana. Hanya ada Tn. Sim, pria kekar yang sedang minum arak, dan seorang wanita di kursi kayu.
“Ibu, hari sudah sore, kenapa kau tak masuk ke kamarmu?”,tanya Mark, sambil duduk di sebelah ibunya.
“Shane akan masak buat kita, jadi duduklah disini dan tunggu kakakmu.”

Beberapa menit berlalu, seorang pria datang dari arah dapur, membawa piring bathok, dan kain serbet. Ditaruhnya itu semua, kemudian ia duduk di samping Mark.
“Aku tidak tau nama masakannya, tapi Tn. Sim bilang ini enak. Makanlah.”
Mereka makan dengan lahapnya, mengingat tak ada makanan yang layak di Keiv saat ini. Shane tiba tiba mengekuarkan botol kecil berisi cairan kuning keemasan. Diberikannyalah pada Mark.
“Ini racun bunga, kubuat untuk berjaga jaga … bagaimana menurutmu?”

“Kecuali kau tidak menumpahkannya pada minumanku, aku setuju kau menyimpannya.”, jawab Mark tenang.
“Bagaimana dengan Nicky dan Kian? Mereka sudah pulang?”, tanya Mark kemudian.
Shane mendongak, “Mereka sudah tidur, besok mereka harus pergi pagi pagi sekali.”
“Aku ingin pergi ke kerajaan, pasti disana banyak makanan yang enak.”
“Aku takut orang orang akan menganggapmu seorang budak. Ya ampun! Kau jelek sekali!”, ejek Shane.
Mark memukul lengan Shane, segera menghabiskan makanannya dan pegi tidur.

Matahari bersinar cerah keesokan harinya. Nicky dan Kian telah siap dengan seragam mereka. Pergi ke istana pagi pagi sekali dan segera mengoles alat alat music. Setelah beberapa alat music terpoles, seseorang datang, orang yang sama seperti kemarin, kecil tetapi gagah.
“Hei orang pucat.”, sapanya, “pagi sekali?”
Nicky menoleh, “aku hanya ingin semua berjalan dengan cepat.”
“Biarlah adikmu yang mengerjakannya, aku ada berita untukmu.”, kata pria itu.
Mereka meninggalkan tempat pemolesan, dan duduk di pinngir ruang poles. Nicky tak terbiasa duduk ala orang mongol, jadi ia hanya menyilangkan kakinya kedepan.

“Aku Lam, margaku Khio dan aku dari Bulgan.”, katanya, “aku belum sempat berkenalan denganmu kemarin.”
“Ya kau sudah tau namaku kan? Lalu, ada berita apa?”
“Teman dari temanku adalah seorang pelayan Kaisar. Temanku bilang dia mendengar bahwa Mongol akan berperang dengan negri tetangga.”, katanya.
Nicky mencoba mengingat ingat, ibunya sudah berkata tentang hal itu beberapa minggu yang lalu, “aku sudah tau akan hal itu.”

“Menurutmu siapa yang akan menang?”, tanya Lam.
“Kalau dilihat dari kecanggihan senjata sepertinya Rusia akan menang.”
“Aku tak setuju denganmu, Mongol pasti menang. Mongol punya strategi perang yang bagus. Taukah kau tak pernah ada perpecahan Negara di Mongol. Hanya ada ketenagan dan kedamaian. Para Pejabat tinggi tak berani korupsi dan rakyat jelata hidup tentram.”, jelas pemuda itu dengan mantap.
“Baiklah aku percaya padamu.”
Tiba tiba suara nyaring terdengar, semua orang yang berada di biro music mendekati suara tersebut, tak terkecuali Nicky dan Kian. Sambil mengira ngira mereka menunggu, hingga seseorang berjubah coklat datang. Orang itu membawa sebuah gulungan surat yang besar. Sambil mengatur janggut putih panjangnya, ia membuka gulungan surat tersebut.
“Pengumuman!”, teriaknya, “barang siapa yang tau keadaan prajurit prajurit Rusia silahkan beritahukan kepada saya!”

Mendengar pengumuman tersebut Nicky teringat Mark. Ia bisa meramal kedatangan seseorang. Ingat tentang Xiang Er?
Kemudian Nicky langsung berlari ke penginapan bersama Kian. Ia ingin segera membawa Mark ke kerajaan. Semoga Mark bisa menjadi orang yang berguna di sana, kata Nicky dalam hati.
Sesampainya di penginapan, dengan seragam berat yang masih tertempel di badannya, Nicky dan Kian mengajak Mark pergi ke kerajaan.
“Kalian akan membawaku kemana?”, tanya Mark dalam perjalanan.
“Suatu tempat yang akan kau sukai.”, jawab Kian singkat.
Berada beberapa meter lagi mencapai kerajaan Nicky menambahkan, “setibanya disana, ceritakanlah tentang mimpimu tadi malam. Mimpi tentang tentara tentara rusia.”
“Aku tak memimpikan tentara rusia tadi malam.”, timpal Mark, “aku memimpikannya lusa.”

Setibanya di kerajaan, Kian melesat pergi ke tempat pria berjanggut itu berdiri, “Tuan!”, jeritnya.
“Saya menemukan orang yang bisa melihat masa depan Tuan.”, katanya hati hati.
Setelah diizinkan Mark berkata, “Bolehkah hambamu ini berkata jujur?”
“Ceritakanlah yang sebenarnya anakku.”

“Mereka bahkan sudah berada di hutan Xiang. Mereka membawa 200 prajurit ke sana. Sebaiknya anda berhati hati bila melewati hutan tersebut tuan. Mereka membawa senjata yang lebih canggih dari milik kita. Kemudian saya melihat seseorang, Tuan. Beliau memakai jubah emas, dan ada mahkota di atas kepalanya. Beliau terkena peluru dari senjata prajurit Rusia, dan akhirnya beliau diracuni.”, jelas Mark.
Semua orang disana tercengang, tak pernah ada orang yang bisa tau banyak hal, padahal ia tak ada di tempat kejadian. “Siapa yang kau maksud itu, anakku? Apakah orang itu adalah sang raja?”
Mark menggelengkan kepalanya, “Hamba tak tahu Tuan.”
Beberapa orang menyangkal bahwa hal itu akan terjadi. Yang memakai mahkota ya pasti raja, pikir mereka. Setelah cerita sedih Mark tadi, semua meninggalkan tempat itu, terkecuali Mark Nicky Kian dan pria berjanggut itu.
“Kapan hal itu terjadi?”, tanya orang itu.
Mark menjawab, “Hamba tidak yakin Tuan.”
“lalu apa yang kita akan lakukan? Raja tak boleh mati, siapa yang akan memimpin perang?”, bisik Kian.
“Yang perlu kita lakukan adalah selalu memperhatikan apa yang akan dikonsumsi Raja.”, Xiang Er tiba tiba muncul di belakang Mark. Membuat mereka terkejut.
“Bagaimana kau bisa ada di sini?”, sahut Nicky.
“Aku mengikutimu dari tadi.”, jawab gadis itu, kemudian menoleh pada kian dan tersenyum malu, “ sebenarnya mengikuti Kian”

“Ide yang bagus gadis muda, aku akan beritahu para pelayan. Dan kau, orang-pucat-yang-kukira-orang-gypsy, pertahankan pengelihatanmu itu, Dewa sudah banyak memberimu kelebihan, jika ada berita lain segera temui aku. Dan, pergilah kalian berlima, aku sudah muak melihat tampang pucat kalian.”, kata orang tua tersebut, melambaikan tangannya kemudian masuk ke dalam sebuah ruangan, diiringi oleh pria pria kekar yang membawa pedang.
“Gypsy?”, bisik Mark, salah satu alisnya terangkat ke atas.
Xiang Er menepuk pundak Mark, “Orang orang yang bisa meramal. Mereka ras pengembara, dan aku mendengar kabar mereka juga bisa membunuh orang hanya dengan mengucapkan beberapa kata.”
“Ah, kau benar benar pintar gadis muda.”, sahut Nicky.
“dan juga cantik.”, tambah Kian.

Hari demi hari berlalu, belum ada tanda tanda makanan yang diracuni. Mark sering mendapat pengelihatan, kali ini lebih jelas dari sebelumnya. Mark melihat banyak  wanita dan anak anak, menangisi para pria yang kebanyakan masih muda, ditarik paksa oleh orang orang yang membawa senapan. Itu pasti tentara Rusia, memaksa para anak anak lelaki dibawah umur ikut berperang. Mark tidak tega dengan semua itu, Shane dulu juga pernah hampir di tangkap. Untung saja kandang sapi milik Tn. Yulqaya sangatlah kotor, jadi Shane bersembunyi disana, dan para tentara tak berani masuk ke dalamnya.

Sampai suatu hari di musim dingin. Ramalan Mark benar. Raja diracuni. Mulanya Raja memerintahkan para koki untuk memasak gingseng dari China, dan memasukkannya ke dalam mangkok dari perak. Para dayang pencicip bahkan sudah mencicipinya. Tak ada apa apa. Sampai akhirnya Xiang Er menemukan pelakunya.
Dayang Penciciplah yang melakukannya, namanya Chia Hong, ia mengaku dibayar oleh Rusia, dengan peternakan sapi dan tanah yang luas. Dayang tersebut, setelah mencicipi ginseng China, memasukkan racun yang tak ada penawarnya. Dan sayangnya, orang itu tak berhasil ditemukan.

Pemerintahan sekarang kacau, tak ada yang memimpin. Dan berita tersebut, sampai di telinga Sim. Sim teringat sesuatu, dulu Thian pernah berkata bahwa jika ia meninggal, Sim akan menggantikannya sebagai pangeran. Dengan segala uring uringan dari pikirannya. Berangkatlah ia ke kerajaan.
“Shane.”, katanya, “jika Thian, anakku, sudah pulang, beritahukan dia, penginapan ini sekarang jadi milikmu, dan suruhlah dia pergi ke kerajaan. Dia dan aku akan memimpin Negara ini.”
“Tuan Sim, tapi ini bukanlah hakku.”
“Jangan panggil aku Tuan Sim lagi, anakku. Panggil aku Yang Mulia Raja, aku lebih menyukainya.”
Shane tersenyum dan menggangguk, “Yang Mulia, semoga para dewa menyertaimu.”

Setibanya di kerajaan, Sim memberitahukan segalanya, tentang sahabatnya Pangeran Thian dari China. Tentang surat itu, dan penginapannya. Diperkuat dengan tak adanya pangeran mahkota, Sim, menjadi raja di Mongol.
Di minggu pertama, ia mempersiapkan banyak sekali pasukan, mulai dari pemanah, algojo, prajurit berkuda, semua lengkap, dan totalnya hampir mencapai tiga ribu orang.
Mark sekarang tinggal di kerajaan. Dirinya ditugaskan untuk melihat kejadian kejadian yang akan datang. Mark sangat membantu akan hal ini, terlebih lagi ia didampingi oleh Xiang Er yang sangat pintar dalam taktik perang. Mereka bekerja sama untuk mencari cara agar menang atas Rusia.
Shane, yang ada di penginapan, mencoba meramu banyak obat. Barangkali banyak prajurit Mongol yang sakit dan perlu obat. Ia juga membuat racun, yang nantinya akan dioleskan kepada semua senjata tajam.
Nicky, menemukan sebuah seruling tua, yang bilamana ditiup akan menghasilkan bunyi yang sangat luar biasa bagusnya. Saking bagusnya hingga dapat membuat orang orang tertidur.
Dan Kian, sang pelayan biro music, ikut mengangkat senjata di area pertempuran, kemampuan memanahnya lumayan, ia akan ditempatkan di tempat yang tinggi, jauh lebih aman dari pada para pemegang pedang di area pertempuran nanti.

Musim dingin berlalu, belum ada tanda tanda penyerangan dari Rusia dengan jelas. Tetapi perbudakan  mulai diadakan di sekitar perbatasan. Anak anak kecil dan para wanita ditangkap, dan dijadikan buronan. Para pria di perbatasan, dikirim ke kerajaan untuk dijadikan mata mata, dan berhasil membunuh sekitar lusinan pejabat, dan para guru diculik untuk dipaksa mengajari denah denah kerajaan.
Raja Sim semakin bingung, padahal beliau sudah mempersiapkan banyak sekali pasukan perlindungan. Rusia memang licik, tapi mereka tidak membuat Raja Sim mundur. Beliau memperkuat perlindungan. Benteng benteng didirikan lagi, semua pasukan digerakkan. Dan keempat saudara tersebut semakin banyak berlatih.

“Kita butuh rencana.”, sahut Raja Sim.
Semua orang terdiam, sampai Xiang Er berteriak dari belakang.
“Batalkan serangan!”, jeritnya, “saya punya sesuatu yang hebat, Yang Mulia.”

“Jelaskan padaku anakku.”
“Begini, jangan salah paham dulu, bukannya saya merendahkan prajurit anda, Yang Mulia. Tapi mereka sungguh kuat, mereka punya senjata yang lebih canggih dari kepunyaan kita. Kalau Yang Mulia ingin menghajar mereka, jika anda setuju, bagaimana jika kita pura pura mundur. Biarlah mereka mengepung kita dari segala arah. Setelah mereka tau kita tak berani terhadap mereka, kita jamu mereka. Saya sudah berbicara pada Shane, ia akan mengurus perjamuannya. Saat mereka sudah teracuni, kita serang mereka habis habisan.”, kata Xiang Er dengan cepat.
“Kau benar Xiang Er.”, sahut Sim akhirnya, “semuanya kembali ke kerajaan kita akan kedatangan tamu yang sangat banyak!”

Shane bertindak cepat, ia menyuruh ratusan koki di seluruh Mongol mempersiapkan perjamuan besar itu. Dan segeralah ia memasak.
Malam itu juga, Xiang Er dengan otak briliannya, beserta keempat saudara Sisykaya merundingkan rencana rencana untuk menggagalkan aksi Russia.
“Kalau saja perjamuan ini tak berhasil.”, Xiang Er memulai, “kita pakai stategi Win Sun keempat.”
 “Bagaimana kalau itu semua tidak berhasil?”, sahut Mark bebarengan saat Yang Mulia Sim berkata, “tepat sekali.”
Xiang Er, “kau tak yakin dengan rencanaku?”
“Bukan begitu, tapi”, Mark menatap mata Sim lekat lekat, “Yang Mulia Sim … hamba melihat anda dibunuh.”

Keesokan harinya bangsa Rusia datang, beserta semua tawanan perbatasan Mongol, dan prajurit paksaan mereka.
“Selamat datang di Negara kami, para prajurit Rusia.”
“Tak usah berbasa basi lagi yang mulia, maksud kedatangan hamba kemari adalah untuk memperluas kerajaan. Bolehkah?”, sahut seorang jendral.
Raja Sim menyisir janggutnya, “kupikir kita bisa bicara baik baik, kau mau masuk, hanya kau saja, Jendral dan orang orang terbaikmu.”
“Ramah sekali kau Yang Mulia. Aku terima jamuanmu. Tapi kita akan bicara, tanpa pengawalmu”
Jendral dan prajurit-prajurit terbaik Rusia masuk kedalam kerajaan. Dan segera disambut oleh Shane beserta koki koki lainnya.
“Yang Mulia, jangan makan ataupun minum segala sesuatu yang ada di meja. Hamba sudah siapkan milik Yang Mulia di meja bagian kanan, tempat arak dan bubur, hanya itulah yang bisa Yang Mulia konsumsi.”, bisik Shane saat ia menuang minuman ke gelas perak, “dan jika ini tak berhasil Nicky-lah yang akan ambil alih.”
Raja Sim mengangguk pelan dan matanya diarahkan kedepan, takut kedoknya akan ketahuan.

“Baiklah.”, sang Jendral berkata, “apa yang ingin Anda bicarakan, Yang Mulia?”
“Kami akan mundur.”, kata Sim gelagapan.
Semua tampak hening, kecuali suara music dari sudut ruangan, tertutup selambu tipis dari serat ulat bulu. Nicky hanya bisa mengintip dari samping.

Jendral dan para prajuritnya tertawa, “Semudah itukah? Baiklah Yang Mulia. Tunggu, dengar dengar mongol china memiliki peribahasa yang bagus. Kalau tidak salah, ‘kalahkan pasukan dengan membunuh pemimpinnya.’”
Jendral itu segera bangkit dan mengarahkan senapan itu ke kepala Sim. Sebelum ia melontarkan peluru di dalamnya, Sim segera bertindak, “kenapa kau tidak minum dulu araknya, Tuan?”

Jendral itu tertawa terbahak bahak, “aku tau arak itu mengandung racun.. jangan coba coba memepermainkanku Yang Mulia.”
Nicky tak bisa membiarkan hal ini, dengan ahlinya ia memperkeras bunyi serulingnya, dan segeralah para kawan kawan jendral tertidur. Tapi ajaibnya, sang Jendral Russia tidak tertidur.

“Aku sudah ribuan kali mendengar bunyi ini ..”, kata Jendral itu, sambil menutup telinganya dengan lembut, “kau juga memakai nya kan Yang Mulia? Penutup telinga?”
Dada Sim kembang kempis, ia menutup mata. Seketika itu juga sebuah peluru masuk ke dalam perutnya, meninggalkan beberapa tetes darah di sekitarnya.
“Serang wilayah ini!”, perintahnya.

Prajurit Russia menyerang secara membabi buta, tak mempedulikan siapapun juga.
Benteng benteng diserang, gudang senjata dan lumbung dibakar. Semua luluh lantah, rata dengan tanah.
“Bangsa Skandivilania memang punya kemampuan meramal yang buruk. Lihat ini! Mudah sekali menaklukkan Mongol. Mongol memang sangatlah bodoh.”, kata Jendral Rusia dengan nada penuh kemenangan.

“Peribahasa MongolChina mengatakan, ‘Jadilah Babi untuk membunuh Macan’”, itu Raja Sim, dengan memegang pedang legendaris Mongol yang tajam.
Dengan cepat ia mengibaskan pedangnya, dan seketika, Jendral Rusia mati. Dan tentu saja, para prajurit prajurit Rusia ketakutan.
Sambil mempertahankan posisi mereka, tentara Mongol menyerang. Mulai dari prajurit pemanah, dan para prajurit yang sedari tadi bersembunyi di bawah tanah.
Sampai akhirnya Rusia kalah. Tawanan dilepaskan, dan semua kembali seperti semula. Aman dan tentram.

Di dalam kerajaan, di tempat perjamuan. Musik sudah tak terdengar, diganti oleh suara tangisan dari dalam.
“Kau sangat berani Kian, aku tak percaya kau memang sangat berani, aku berhutang nyawa padamu.”, Raja Sim berkata, tangannya memegang pipi merah Kian.
Dengan sisa sisa kekuatannya Kian menjawab, “apapun demi Negara ini, Yang Mulia. Hamba senang sudah menggantikan Yang Mulia pada saat ini.”

“Maafkan aku Kian.”, kata Xiang er, sambil menangis sejadi jadinya, “kau yang paling mirip dengan Raja Sim, aku tau kau terkena penyakit itu. Maafkan aku Kian, ini satu satunya cara yang aku pikirkan.”
“Tenanglah Xiang Er, dia akan baik baik saja.”, kata mark menenangkan.


“Xiang Er?”, Mark memulai pembicaraan mereka, setelah beberapa jam duduk du pinggir danau, “aku …  aku ..”
“Mark, aku ingin bertanya sesuatu padamu.”, kata Xiang er cepat cepat, sambil memegang tangan Mark dengan erat.
“Apapun itu akan kujawab sepenuh hatiku, Xiang Er.”
“Menurutmu, apakah aku akan cocok dengan kakakmu Kian?”

Dada mark serasa ditempa oleh baja besi, mulutnya menganga lebar, dan hatinya remuk, “kau akan bahagia selamanya dengan Kian.”

“Benarkah?”, Xiang er tersenyum lebar, dan segera berlari menghampiri Kian yang sedang mengoles batang seruling.

-

“Apakah kita akan memberitahukannya sekarang?”, kata Shane yang sedang duduk dengan ibunya.
“Bahwa dia kembar? Jangan dulu, biarkan ia merasakan cinta. Itu akan membuatnya tegar suatu hari nanti.”, jawab ibunya dengan nada kasihan.
“dan sebelum hal itu terjadi aku akan menjadi koki terkenal, dan segera membuka restoran.”
“Aku tak setuju denganmu.”, sahut Nicky, “kita akan menjadi sekelompok pemuda yang suka menari dan menyanyi.”
Shane mengangkat alisnya.
“aku akan menamainya … westlife. Indah bukan? Suatu hari nanti, orang orang akan menyebut kita legenda.”

“Kehidupan orang orang barat yang terjun ke dunia politik di wilayah timur, seseorang dari mereka mempunyai ide gila, dan sedikit kurang ajar, untuk membuat sebuah kelompok menyanyi dan menari. Terdengar seperti roman, aku akan membuatnya.”, kata ibu mereka.
“Oh iya ibu.”, sahut Nicky, “aku diberi ini oleh Yang Mulia Sim”
Dibukanya gulungan kertas yang masih baru, tintanya berwarna Hitam pekat, dengan huruf huruf MOngolChina tentunya.

“Kau tau artinya?”
“Kata Xiang Er, ini artinya terimakasih.”
“Hanya itu? Tak ada hadiah atau sejenisnya?”
“Hmm, entahlah … maka dari itu, kita harus membentuk nama, ibu akan menulis cerita tentang kita, dan kita akan jadi legenda. Ide yang cemerlang bukan?”
Shane memukul pelan kepala adiknya.

Disambi semua itu, terlihat Mark yang menatap sedih dua orang manusia yang sedang duduk jongkok sambil berbincang bincang.
Kakaknya Shane hanya bisa geleng geleng kepala, “anak yang malang.”

Comments

Popular posts from this blog

Suck Bagung!

     Rintik rintik air hujan masih menetes deras di atas atap rumahku, dengan beralaskan kasur empuk dan KTT ku bersama Mark. Jam di dinding masih menunjukkan hari masih siang, tapi langit di luar sangat gelap gulita. Dengan rasa malas sedunia aku bangkit dan duduk di depan komputer.      Awalnya sih aku ingin mengerjakan tugas dari guru TIK-ku Pak Chabib. Editing Blog! Fyuh, blog-ku memang rada error, entah mengapa koneksinya lambat sekali. Aku jadi bingung mana yang harus disalahkan, blognya, atau modemnya?      Kubuka blog yang kubuat lebih dari setahun yang lalu, masih hancur hancuran, seperti dulu.       Dan tiba tiba ....      Tingting! Pesan dari sahabat terbaikku sepanjang masa, Fani.       "Cut, besok sore kamu apa ada acara?"      Dan karena pulsa yang tinggal Rp.8, akhirnya dengan terpaksa aku ngga bales sms-nya. I'm sorry Fani!!      Tapi sepertinya cewek satu ini ngga menyerah, dan dia kirim pesan lagi      "Ngga punya pulsa ya?

Lirik Lagu Westlife - En Ti De Je Mi Amor

Cuando ries veo salir el sol es algo increible yeah! Hay un angel que esta junto a mi por mi corazon Cuando ries ya no hay marcha atras es algo increible yeah! hoy tengo un angel frente a mi  por mi corazon (Hoy se) que estoy bien a tu lado tu amor es mio En ti deje mi amor y todo lo que soy te di mi corazon sin saber llegaste a mi interior y yo en ti deje mi amor Me salve cuando te encontre  es algo increible yeah! ya no vivo en el ayer hoy tengo amor (Hoy se) que estoy bien a tu lado tu amor es mio En ti deje mi amor  y todo lo que soy te entregaste a mi sin condicion te di mi corazon  si saber llegaste a mi interior y yo en ti deje mi amor Mi gran amor soñe que fueras tu cuando entraste en mi vida todo cambio En ti deje mi amor (Hoy) un hombre nuevo soy por fin estas en mi interior oh yeah! y yo en ti deje mi amor.

Jalan jalan

Ola Mishamigos! Biasanya kalo hari Sabtu pulang sekolah orang orang pada bobo siang, ntar malemnya sama pacar jalan jalan ke alun alun kota, atau yang paling parah ke kuburan mau .... oke jangan dibahas. Ini nih kerjaanku, abis pulang sekolah, kita (aku dan para serdadu Troll ku) pergi ke Nail Art deeket sekolah ... Nah, udah tau kan fungsinya Nail Art? Aku mau jadi feminim dikit, siapa bilang cewe ban Kuning Taekwondo kaya aku ini ngga feminim hehe ... Dan tadda! hasilnya kaya gini .... Alay dikit lah heheh .... Tangan kanan aku kasih motif Hitam Putih, Hitam buat backgroundnya dan ada huruf W yang artinya westlife ... kalo yang kanan aku kasi motif bunga perak, backgroundnya hitam tua ... Oke, setelah selesai di Nail Art, langsung deh bablas pulang nonton Supernatural yang season 6 ... Lompat lompat sih hehe ... Disini Cas (malaikat tanpa sayap yang selalu pake jas hujan dan suka makan burger) berhasil mengalahkan Rafael si malaikat 'Pure From God', buka