Skip to main content

Mobil Baru ya Pacar baru (part 3)


"Lihat apa yang telah kamu lakukan, rossie ngga jadi ke sini.", ucap Kian kesal. "Udah, aku laper, bikinin mie sana."


"Kok aku?", Shane bengong, mengingat apa yang telah ia perbuat. "Ini kan salahmu ki.""Jangan sampe kita tengkar lagi, udah sono."


Walau Shane merasa kesal, ia mulai bangkit dan segera menuju dapur, baru setengah perjalanan, Shane bertanya pada Kian.


"Ki, mau yang rebus ato yang goreng ?"


"Semuanya direbus dulu kan?"


"Iya, maksud aku yang pake kuah ato yang ngga pake kuah?"


"Yang pake kuah aja deh"


Shane menggangguk kemudian pergi ke dapur, dilihatnya lemari kecil di atas kompor, hanya ada mie goreng. Melihat hal itu Shane langsung balik ke kamar.


"Adanya yang goreng Ki.", ucap Shane dengan nada melas, kepalanya dibengkokkan sedikit.


"Ya udah itu aja", jawab Kian acuh, matanya masih tertuju dengan majalah bobo milik Shane.


Shane berbalik lagi ke dapur, di ambilnya mie goreng dari lemari. Disiapkannya kompor berisi air dan dinyalakannya kompor gas tersebut.
Shane lupa akan sesuatu. Biasanya kan kalau masak mie pake telur, Kian mau ngga ya?, batin Shane.


Spontan Shane balik menuju kamar lagi.
"Ki, pake telur ngga?""Pake.""Berapa?""Satu aja."


shane kembali lagi ke dapur meninggalkan Kian yang masih asyik membolah balikkan majalah bobo kesayangannya.


Sesampainya disitu, dibukanya pintu lemari es di dekat kompor. Kosong, tidak ada telur sebiji pun.


Shane menggeleng, dan dengan segera menggampiri Kian, "Ki, telurnya abis."


"Ya udah beli aja, dodol.", Kian mulai kesal, ditepuknya majalah bobo ke pahanya, membuat suara pukulan terdengar nyaring di kuping Shane.


"Ish, ngambekan.", batin Shane, dengan wajah kesal, pergi ke warung sebelah untuk membeli beberapa telur.


Shane mendongak, "bu, beli telur."


“eh bang Shane”, seorang anak kecil mendongak dari jendela warung menatap penuh semangat kearah Shane, “cari siapa bang?”


“Ibumu kemana? Abang mau beli telur nih.”


“Mama lagi ke pasar”


“Malem malem begini? Ngapain ke pasar?” *sementara itu


“SSSSHHHAAANNEEE!!! Fuh fuh fuh,,, aaaaHHHHH TOLOONGGG!”, Kian menjerit seraya mengguyur segayung air dari wastafel.


Panci air itu mulai gosong, sementara kompornya sendiri mengeluarkan api yang ganas, sudah tidak ada waktu lagi! Panggil pemadam kebakaran!


Kian panic, dan terus menerus menjerit, Rossie yang mendengar teriakan Kian langsung berlari ke kamarnya.


“dasar homo, ngapain teriak teriaaak!!!”, pekik Rossie, sambil melipat tanggannya dengan wajah kesal.


“Kebakaran Rossie!! Panggil pemadam kebakaran!!”


Rossie dengan tenang berjalan menuju ke kompor, diputarnya ganggang kompor hingga mati, asap dari kompor menyebar luas sehingga Rossie terbatuk, “nah apinya sudah padam, ngga perlu pemadam kebakaran.”


Kian bengong, tangannya yang masih memegang gayung mulai berhenti bergetar, “eh makasih.”


“Lagian kok bisa sampe gosong begitu, lihat tuh pancinya item banget jadinya.”


“Tau tuh si Shane, katanya lagi beli telur, nah ini pancinya ditinggal.”


“Trus Shane kemana?” “Oh, gitu, kamu ngga papa sendirian?”


“Ngga papa bang, kan ada abang ehehe”, gadis itu tertawa kecil, tanggannya memainkan rambutnya yang lurus dan panjang.


“eh iya, abang pulang dulu, udah malem, kamu bobo aja sana.”


“tapi kan seru ngobrol ama abang.”


Shane menatap iba gadis cilik dihadapannya itu, dan tiba tiba ia teringat sesuatu, “komporkuu!!!”, jeritnya.


“Eh, kenapa bang?”


“De, abang pulang dulu yah … dadaaaa”, Shane langsung berlari menuju kost kost-annya, meninggalkan gadis cilik itu sendiri.


“Baaaangggg!!! Dompetnya ketinggalaaaannn!!!”, jerit gadis itu dari kejauhan, Shane tidak mempedulikannya, ia masih berlari.


Shane sampai di kost kost-an dengan peluh keringat mengucur di pipinya, nafasnya tersengal sengal. Rossie dan Kian ada di sana, keduanya menatap tajam Shane, “ehehehe”, tawa Shane.


“Kamu ini ya, mau masak ditinggal tinggal.”, ujar Rossie kesal.“Ya sorry, aku kan lupa.”, jelas Shane singkat


“Mana telurnya?”, kata Kian cuek, tidak mempedulikan peluh yang mengucur di pipi Shane.


“Oh iya, itu warungnya tutup.”


“Trus kamu kemana aja tadi?”


“Ada deh … “

Comments

Popular posts from this blog

My Acne Story

Hai semua, langsung aja ya aku mau share ke kalian skin care aku selama ini. Fyi, semenjak SMP kelas 3 aku sudah kena masalah kulit yaitu jerawat, walaupun masih kecil-kecil jadi gak begitu ganggu makanya aku biarin aja, nah baru deh SMA baru kotar katir kebingungan hehe. Ini foto waktu awal Februari 2018, jerawat lagi parah parahnya. Jerawatnya besar, merah, meradang, lama banget kempesnya, dan waktu kempes jadi item banget. Jelek gitu ish. Sudah lumayan banyak produk yang sudah aku pakai dan hasilnya kurang memuaskan :( dan akhirnya di akhir tahun 2018 akhirnya kulitku bisa sangat jauh mendingan dan jerawat cuman muncul saat lagi menjelang haid atau lagi stress berat, itupun cuman 1 atau 2. Trus sekarang aku pakai apa aja untuk merawat wajah unyuku ini? Pagi hari, biasanya aku langsung minum air putih segelas biar bener bener bangun, trus kalau misalnya hari sabtu atau hari libur atau misalnya ga ngapa ngapain seharian, biasanya aku gak cuci muka pakai sabun, bila...

Mobil Baru, ya Pacar Baru (ending)

Hari ini harus udah bisa pegang stir, gumam Shane, mengingat pelajaran konyol yang diberikan Jodi kemarin. Kian seoerti biasa menyisir rambutnya serapi mungkin, dan hari ini kian menambahkan sejenis gel rambut di rambut pirangnya, pelan pelan sekali sampai mata shane mulai terkatup. “Ki, uda belom.??”, jerit Shane dari depan teras, tangannya sudah membawa helm kesayangannya. “Bellomm, dikit lagi … “, balas suara dari dalam kamar. Shane terus menunggu, dilihatnya jam kecil terlilit di tangannya, jam tiga lebih limapuluh Sembilan menit. Wah gawat, Mark dan adiknya akan meninggalkan mereka kalau mereka tidak segera berangkat. Shane menjerit sekali lagi, “Cepetannn kii!!!”, dan jawaban yang sama pun terdengar, “belom, dikit lagi.” Shane sudah tidak sabar lagi, diambilnya kunci sepeda motor di dekat kursi teras, dimasukkannya pada lubang kunci dan dinyalakannlah mesin motor, “jreeennggg….”, suaranya menggelegar, membuat Kian yang sedang berdandan terkejut. Kian langs...

Re-Hi!

Halo. Aku Ajeng. Sudah 4 tahun berlalu, 900 keturunan tikus berlalu, dan dunia masih belum kiamat semenjak aku terakhir kali buat entri baru di blog ini. Syukurlah masih ada orang yang mau mengunjungi, walau sedetik kemudian mereka langsung tutup tab nya. Aku maklum, sangat maklum. Maka dari itu, setelah menimbang nimbang apakah aku akan melanjutkan menulis di blog atau tidak, setelah aku bilang ke diri aku sendiri, "oke Ajeng, menulis ataupun tidak, tidak ada yang benar benar akan lihat blog kamu." Lalu suara lain berkata, "semua hal yang telah kamu tinggalkan disini, kamu lupa?" Sial, aku jadi terharu. Blog ini bisa dibilang adalah gudang dari seluruh ide dalam kepalaku yang kuubah menjadi bentuk kalimat, menjadi paragraf abstrak kemudian berkembang menjadi sebuah cerita utuh, dengan plot yang berbeda beda. Aku hampir menulis semuanya. Unek unek yang tidak berujung, cerita fiksi yang manis, dan semuanya. Apresiasi tertinggi saat menulis blog ini adalah ...