Skip to main content

Candi


Dari dulu aku sudah benci sekali dengan yang namanyasejarah. Kenapa kita harus mengingat ingat masa lalu?
Tapi sepertinya aku akan menyukai kegiatan yang satu ini. Biasanyakita akan pergi ke museum penuh dengan barang barang bekas yang berdebu, dantak boleh tersentuh tangan. Sedang untuk hari ini, aku akan pergi ke tempatyang konon menyimpan penuh misteri. Pak Ismi, guru sejarahku yang sukanya nakutnakutin muridnya pernah bercerita bahwa neneknya dulu tidak percaya kalau jikaArca Sri Rajapanti berubah arah, ada seseorang yang meninggal dunia.Neneknya menggoreskantanda panah di salah satu bagian wajahnya, dan beberapa hari kemudian arcanyaberbalik dan neneknya meninggal dunia. Yang anehnya lagi, neneknya meninggalkarena dia bunuh diri, menggunakan pisau.

Sepertinya ini akan sangat menarik, bagaimana kalau paramurid pada ketakutan dengan arca itu dan tak mau dekat dekat dengan arcanya? Pastiakan lucu sekali jika Olin kudorong ke dalam candinya, tempat arca itu tinggal.
Tepat pada tengah harinya, kami berangkat dengan naiksepeda. Agak jauh dari kota, tempatku tinggal. Tapi sepertinya bisa menurunkanbeberapa gram lemakku ini. Dan tak lama kemudian, aku melihat batu batuberlumut berserakan di mana mana.

Pak Ismi turun dari sepedanya dengan sangatperlahan,kemudian maju ke barisan paling depan dan naik di atas batu yang agaktinggi. Yah, dia memang pendek, tapi aku suka caranya membuat kita merasa dialebih tinggi.
“Ok, anak anak, ini adalah reruntuhan candi gayatri.”, pakismi terus mengoceh, dan aku pergi diam diam ke belakang reruntuhan, melihatlihat ke tengah reruntuhan, dimana lubang besar berisi arca Sri Rajapanti.
Ada tanda dilarang masuk yang diterjemahkan ke tiga bahasa,bahasa inggris, jawa kuno (aksara), dan bahasa Indonesia. Bukannya aku tidakbisa membaca, tapi sepertinya rasa keingintahuanku mendorongku untuk masuk kedalam lubang tersebut.

Aku mendongak ke dalam, belum berani memasukkan seluruhbadanku ke lubang tersebut. Cahaya matahari yang terang membuatku dapat melihatsamar samar. Hanya ada sebuah patung, bukan patung, Arca. Arca Sri Rajapantiyang sedang menutup mata, sambil melipat tangannya dengan apik dengan macammacam perhiasan. Arahnya ke selatan, dan aku melihat ada goresan kecil dipipinya, kurasa pak Ismi benar.
Tapi aku masih belum berani masuk ke dalam. Terlalu gelap. Apalagidengan mitos yang lainnya, kalau bukan hari manten Kucing, nggak boleh ada yangmasuk. Mungkin tak tertulis di papan tadi, tapi aku tau. Oh hebatnya diriku.

 Tapi kemudian kulihatpasir pasir di sekitarnya bergerak, terus bergerak dengan pelan. Aku hanyamelihatnya samar samar, dan aku tidak merasakan suatu getaran. Ini gempa atauapa?, pikirku.

Aku mengeluarkan kepalaku dari sana. Patung Ganesa yangsudah berlumut mengkagetkanku, karena letaknya yang persis di depanku. Kenapa akutidak menyadarinya tadi?

Aku lihat gerombolan teman temanku sudah pergi menjauh kearea patung patung. Aku mencoba mendekati mereka dan mencoba tetap tenang dantidak memberitahukan gerakan gerakan tadi. Tapi saat gerombolan kami melewatilubang tadi, aku mendongak ke bawah dan mendapati kalau arcanya berbalik arah,ke utara. Jantungku serasa akan copot!

Setelah saat itu aku tak berani keluar rumah, sekalipununtuk urusan penting seperti sekolah dan yang lainnya. Aku selalu diam di kamardengan pengasuhku atau orang tuaku. Aku takut mati, aku belum siap!
“Kamu aneh tiga hari ini sayang.”, ibuku mengecup keningku, “apayang membuatmu ketakutan?”
Aku hanya menggeleng, aku tidak berani mengaku. Oh Tuhan, dilemmasekali aku saat ini, kalau aku memberitahukannya, mungkin ibunya malah jatuhpingsan dan dirawat dengan isntensif di rumah sakit, tapi bila tak diberitahu,bisa mati aku!

Lima hari berlalu dan aku masih nekad nggak mau pergi kesekolah. Suatu sore pak Ismi mendatangiku, -oh guru yang baik, perhatian sekalidengan muridnya- sambil membawa sekresek buah apel hijau.
“Saya pikir kamu sakit.”, katanya, tersenyum lebar padaku.

Ibuku menyuruhku berbincang bincang dulu di ruang tamubersama pak ismi. Beliau mengeluarkan bukunya yang tebal dan mengajarikuprivat. Wah wah, sepertinya ia tidak rela kalau seorang muridnya tidak mendapatilmu yang baik.

Tapi kemudian saat ibuku ingin membeli gula di warung depan,pak ismi berhenti mengoceh. Dirinya meletakkan semua buku bukunya.

“Mark …”, katanya, “maafkan aku … ini panggilan.”

Dirinya mengeluarkan pisau lipat dari saku jasnya, dansegera menggorok leherku yang belang.
Tidak sampai putus memang, tapi daging yang terbuka dengandarah yang bercucuran rasanya benar benar sakit. Tapi kemudian rasa sakit ituperlahan lahan menghilang, digantikan oleh rasa kaku.
Aku berbaring di rumah sakit setelah aku bangun. Aku merasasangat kaku, tak bisa menggerakkan tangan dan kakiku. Dan leherku rasanyanyeri.

“Tak ada lagi harapan untuknya, dia sekarat.”, aku mendengarsuara bisikan.
Apakah ia berbicara tentangku? Aku tidak sekarat! Aku baikbaik saja, aku hanya tidak bisa menggerakkan tubuhku! Hey kalian lihat aku!

Lalu kemudian aku melihat orang yang hampir membunuhku. Aku tidakbisa bicara ataupun menampar pipinya, aku hanya bisa menggerutu dalam hati. Dasarbajingan! Kenapa kau lakukan ini padaku? Apa salahku?
“Sudah kubilang ini panggilan.”, bisiknya.

Aku kaget, bagaimana dia bisa tau apa yang aku gumamkan? Tapiaku mencoba berfikir rasional dan terus bergumam.

“Tapi kenapa aku?”

“aku tidak tau”

“Memangnya siapa yang menyuruhmu melakukan itu?”

“Sang Rajapati yang menyuruhku.”

Aku diam sejenak. Apakah dia marah karena aku memasukkankepalaku ke dalam lubang rumahnya?
“Apakah kau yang memutar arcanya?”

Dan pak ismi hanya diam.


Candi Gayatri, adalah nama sebuah reruntuhan candi dikecamatan Boyolangu, Tulungagung Jawa Timur. Keberadaannya masih diminatibanyak orang, tapi kondisinya saat ini sudah ternodai oleh tangan tangan jailpara pencuri arca.

Arca ‘Sri Rajapanti’, beliau adalah nenek dari Hayam Wuruk. Saatini arcanya sudah dipindahkan ke museum dan dijaga ketat oleh pemerintah.

Patung Ganesa/Ganesha/Bathara gana adalah Dewa pengetahuan dan kecerdasan, Dewapelindung, Dewa penolak bala/bencana dan Dewa kebijaksanaan. Dewa yangsering dipuja oleh umat Hindu.

Dan yang pasti, mitos diatas ituhanya palsu. Kesamaan nama dan tempat hanyalah fiktif belaka. Judul sama akhirannya gaje kan? --"

Comments

Popular posts from this blog

My Acne Story

Hai semua, langsung aja ya aku mau share ke kalian skin care aku selama ini. Fyi, semenjak SMP kelas 3 aku sudah kena masalah kulit yaitu jerawat, walaupun masih kecil-kecil jadi gak begitu ganggu makanya aku biarin aja, nah baru deh SMA baru kotar katir kebingungan hehe. Ini foto waktu awal Februari 2018, jerawat lagi parah parahnya. Jerawatnya besar, merah, meradang, lama banget kempesnya, dan waktu kempes jadi item banget. Jelek gitu ish. Sudah lumayan banyak produk yang sudah aku pakai dan hasilnya kurang memuaskan :( dan akhirnya di akhir tahun 2018 akhirnya kulitku bisa sangat jauh mendingan dan jerawat cuman muncul saat lagi menjelang haid atau lagi stress berat, itupun cuman 1 atau 2. Trus sekarang aku pakai apa aja untuk merawat wajah unyuku ini? Pagi hari, biasanya aku langsung minum air putih segelas biar bener bener bangun, trus kalau misalnya hari sabtu atau hari libur atau misalnya ga ngapa ngapain seharian, biasanya aku gak cuci muka pakai sabun, bila...

Mobil Baru, ya Pacar Baru (ending)

Hari ini harus udah bisa pegang stir, gumam Shane, mengingat pelajaran konyol yang diberikan Jodi kemarin. Kian seoerti biasa menyisir rambutnya serapi mungkin, dan hari ini kian menambahkan sejenis gel rambut di rambut pirangnya, pelan pelan sekali sampai mata shane mulai terkatup. “Ki, uda belom.??”, jerit Shane dari depan teras, tangannya sudah membawa helm kesayangannya. “Bellomm, dikit lagi … “, balas suara dari dalam kamar. Shane terus menunggu, dilihatnya jam kecil terlilit di tangannya, jam tiga lebih limapuluh Sembilan menit. Wah gawat, Mark dan adiknya akan meninggalkan mereka kalau mereka tidak segera berangkat. Shane menjerit sekali lagi, “Cepetannn kii!!!”, dan jawaban yang sama pun terdengar, “belom, dikit lagi.” Shane sudah tidak sabar lagi, diambilnya kunci sepeda motor di dekat kursi teras, dimasukkannya pada lubang kunci dan dinyalakannlah mesin motor, “jreeennggg….”, suaranya menggelegar, membuat Kian yang sedang berdandan terkejut. Kian langs...

Re-Hi!

Halo. Aku Ajeng. Sudah 4 tahun berlalu, 900 keturunan tikus berlalu, dan dunia masih belum kiamat semenjak aku terakhir kali buat entri baru di blog ini. Syukurlah masih ada orang yang mau mengunjungi, walau sedetik kemudian mereka langsung tutup tab nya. Aku maklum, sangat maklum. Maka dari itu, setelah menimbang nimbang apakah aku akan melanjutkan menulis di blog atau tidak, setelah aku bilang ke diri aku sendiri, "oke Ajeng, menulis ataupun tidak, tidak ada yang benar benar akan lihat blog kamu." Lalu suara lain berkata, "semua hal yang telah kamu tinggalkan disini, kamu lupa?" Sial, aku jadi terharu. Blog ini bisa dibilang adalah gudang dari seluruh ide dalam kepalaku yang kuubah menjadi bentuk kalimat, menjadi paragraf abstrak kemudian berkembang menjadi sebuah cerita utuh, dengan plot yang berbeda beda. Aku hampir menulis semuanya. Unek unek yang tidak berujung, cerita fiksi yang manis, dan semuanya. Apresiasi tertinggi saat menulis blog ini adalah ...