00.09
Halo, ini Ajeng.
Aku habis nonton AKB48 di MAMA
Jepang. Mereka nyanyi 2 lagu, KFC dan Heavy Rotation. Jelas, itu single terbaik
mereka selama 12 tahun. Mungkin Yasushi Akimoto harus benar benar mendengarkan
pendapat orang lain tentang selera musik orang kebanyakan jaman sekarang. Lol.
Aku juga sembari garuk garuk kaki
dan leher karena banyak nyamuk di kamar. Aku buka jendela kamar lebar sekali
dan pintunya juga tidak kututup. Bukan tanpa sengaja, aku ingin udara masuk ke
dalam kamar karena entah kenapa kamarnya bau. Mungkin karena jarang bebersih? Joroknya
aku ini.
Hehe.
Oh, aku lupa, aku juga sedang
mendengarkan lagu di spotify. Sekarang sedang putar lagunya BTS yang Dimple. Musiknya
b aja, tapi entah kenapa bukan itu yang utama, tapi visual mereka. Lol.
Aku selalu ingin bicara serius
tapi itu tidak sesuai dengan karakterku yang sekarang. Aku bisa saja nari nggak
jelas di depan kelas dan membuat teman temanku tertawa atau setidaknya ketawa
karna malu(?) aku suka lihat orang ketawa karena candaanku yang katanya Haris
receh. Jahat dia. Tapi ujung ujungnya dia ketawa juga.
Sudah 4 bulan lebih semenjak aku
tinggal di Tangerang Selatan, walaupun bolak balik ke rumah Mama di Buaran. Aku
mau cerita sedikit tentang 4 bulan terakhir.
Waktu itu 3 hari sebelum
Dinamika, aku bersikeras langsung pindahan ke Tangsel tanpa lebih lama
bersemayam di rumah mamaku. Bukan tanpa alasan. Aku hanya tidak nyaman berada
di sana. It’s not like my place. Ada sebuah keluarga di sana, aku hanya akan
membuatnya jadi runyam. Mama dan suaminya pasti masih mesra mesranya dan mereka
bakal canggung kalau melakukannya di depan ku, yang dimana menurutku juga (maaf)
menjijikkan. Aku bahkan sudah berkemas dan menghitung hitung. Tapi mama terus
saja menahanku agar lebih lama berada di rumahnya.
Waktu pra-dinamika, aku bolak
balik Tangsel-Buaran, semacam ngetem 4 jam tiap hari untuk mengerjakan tugas
dinamika yang sebenarnya nggak berat tapi karena melibatkan banyak orang jadi
lebih lama. Aku sering harus sempit sempitan di jalur TanahAbang-Manggarai
karena memang itu jalur terpadat. Apalagi waktu jam pulang kantor. Rasanya mau
mati kehabisan nafas.
Sampai akhirnya malam sebelum
dinamika akhirnya aku bisa pindahan walau cuman bawa 1 tas yang isinya cuman
beberapa setel baju dan dalaman. Aku bahkan gak bawa makeup atau sabun atau
handuk atau apapun itu.
Dinamika selesai, aku dapet banyak teman baru. Aku
menunjukkan karakterku yang selalu ceria semangat suka ketawa dan kelihatan
nggak pernah capek dan tanpa beban. Agak susah memang, aku selalu moody karena
pada dasarnya aku nggak suka bersosialisasi. Tapi aku sudah harus berubah dan
menurutku ini langkah awal yang bagus. Seperti kata satu temanku di SMK yang
sampai sekaran aku masih ingat, “bunuh karakter”. Dia sekarang di mana ya? Semoga
tetap sehat selalu.
Aku sadar aku nggak cantik,
gendut, nggak pinter pinter amat, segala definisi b aja kayaknya melekat di
diri aku. Tau apa yang paling parah? Aku selalu moody, cemberut, pasang muka
nge-judge. At least kalau metabolisme ku buruk jadi susah kurus, konsentrasiku
mudah terganggu karena kebanyakan baca ff m+ yang bikin aku jadi nggak pinter,
nggak punya uang untuk perawatan wajah jadinya jelek; at least aku masih bisa
ubah karakterku.
Aku sadar kalau penampilan dan
koneksi adalah yang utama. Kebanyakan orang bakal bilang inner beauty. Omong kosong.
Itu hanya akan terlihat saat kamu sudah beberapa waktu bersama seseorang itu. Tapi
saat kamu berjalan jalan di mall atau sekedar jalan kaki di taman dan bertemu
orang baru, apa yang kamu lihat pertama kali? Penampilannya. Kemudian kamu ajak
dia ngobrol, bagaimana dia berbicara dan ekspresi wajahnya. Kemudian setelah
sebulan gini gitu akhirnya kamu bisa nilai dia dengan lebih baik.
Atau kamu Mario Teguh jadi bisa
nilai karakter orang hanya dalam 3 menit. Hmm, itu kasus lain.
Pengumuman kelas dan teman teman
baru lagi. Aku senang dan makin semangat. Di kelas, orang yang pertamakali aku
kenal kalau tidak salah Yusuf, Dinda, Mira, Rifki (yang kemudian ganti nama
jadi Jati karena ada 2 orang yang namanya Rifki). Aku sudah berkomitmen akan
selalu ceria dan jadi moodmaker kelas ini. Titik. Nggak ada moody moody an.
Well, itu nggak berlangsung lama.
Aku sadar kalau itu fake dan aku
capek pasang topeng ini. Aku hanya berfikir kalau misalnya aku melakukan ini
terus, karakterku akan berubah. Tapi ternyata yang ada malah rasa capeknya
nambah.
Aku coba bicara se-ramah mungkin
dan sedikit sksd. Aku tunjukkan semua minatku. Aku menyukai kpop, jpop,
american songs, aku suka drama korea, thailand, aku suka lagu lagu lawas, aku
suka film, aku suka drama di netflix; agar setidaknya saat kenalan sama orang
baru, aku bisa ngobrol tentang beberapa hal di atas. Seperti saat bertemu
seseorang yang di tasnya ada gantungan kunci EXO aku langsung “hey, biasku
Xiumin, kamu EXO-L kan?” dan kemudian jadilah sebuah pertemanan. Atau saat ada
seseorang yang nyanyi lagunya Westlife aku bakal “duh lagu mereka nggak pernah
ngebosenin ya, aku suka Love Songsnya nggak pernah gagal.” Dan kita karaoke
bareng. Seperti itulah.
Aku yang introvert ini, mencoba
jadi extrovert. Kata mas Cahoy, jadi kayak bitrovert(?)
Minggu pertama aku sudah dekat
dengan hampir semua orang, apalagi yang cowoknya. Karena dekati cowok lebih
mudah daripada dekatin cewek. Kenapa ya? Apa cuman aku aja?
I think I can do it.
Kemudian minggu minggu berlalu,
aku mulai menemukan kesulitan lain. Kuliah di STAN.
77x lebih sulit daripada jaman
SMK. Ada 2 mata pelajaran yang sumber bukunya memakai bahasa Inggris. Aku selama
ini selalu pede dengan bahasa inggrisku, apalagi kalau kamu lihat nilai UN ku.
*sombong*
Tapi bahasa inggris di sini
sangat berbeda. Banyak vocab baru dan banyak teman temanku yang punya skill
jauh diatasku. Aku harus selalu bertanya dan kadang buat orang agak risih. Aku merasakannya
juga sambil meminta maaf. Aku coba pelajari sendiri, ujung ujungnya aku
menangis karena tidak paham juga.
Aku sadar daya tangkapku rendah
dibandingkan teman temanku, aku juga tidak serajin mereka yang tahan ngereview
pelajaran di luar jam pelajaran. Mereka buat rangkuman sendiri dan terus curious
tentang keilmuan. Sedangkan aku? Aku sudah puas hanya dengan mendengarkan
dosen. Aku berfikir “ah, aku sudah melakukan yang terbaik dari diriku sendiri,
kalau memang cuman bisa segini, ya emangnya kenapa”
Kesalahanku.
Aku terus melakukan ini sampai
akhirnya UTS tiba. Shock? Sangat. Setiap habis uts, tanganku selalu gemetaran
dan malam harinya aku pasti menangis. Belajarku kurang, tapi aku tidak kuat
belajar selama itu. Aku capek juga malas. Aku terus aja senyum sehabis ngerjain
soal dan keluar kelas seperti tidak ada apapun. Saat ditanya “gimana tadi
soalnya?” aku memukul lengannya pelan sambil bercanda “merem aja selesai 5
menit aku”
Saat aku belajar, aku tidak benar
benar belajar, aku sering melihat keluar jendela yang selambunya sudah berdebu,
takut tidak lulus namun tidak bekerja keras untuk lulus. Saat aku makan aku
selalu takut gemuk jadi aku selalu makan pakai sendok kecil, saat perutku sudah
tidak keroncongan aku berhenti makan dan buang sisa makanannya karena aku takut
aku bakal makan itu lagi. Saat jerawatan aku kesal dan mati matian oleskan
pakai obat jerawat.
Aku selalu takut.
Selalu takut bahkan saat tidak
ada apapun yang harus dikhawatirkan.
Saat masa itu aku selalu mencari
pelampiasan. Aku gunakan tarian untuk mengisi ruang kosong dalam hatiku,
sembari melemaskan otot otot yang jarang digunakan karena hanya makan duduk
tidur. Nge-dance itu capek tapi juga bikin lupa sama kekhawatiranku. Tapi aku
tidak bisa terus terusan ngedance karna akhirnya aku akan terlalu lelah untuk
melakukan hal lainnya. Aku mulai nonton BTS Trash, singkatnya, itu adalah
sebutan untuk video video nya boyband korea, BTS, isinya bermacam macam, bisa
MV mereka, acara variety shownya, atau sekedar video mereka sehari hari. Aku menyadari
kalau mereka keren dan cantik. Mereka selalu terlihat flawless dan musik mereka
bagus.
Sampai saat ini aku bertahan
dengan semua itu.
Aku jarang curhat ke orang lain. Karena
kebanyakan orang yang sudah aku curhati selama ini hanya akan mendengarkanku,
tidak terlalu paham apa yang hendak aku sampaikan (karena aku juga nggak pintar
menyampaikan perasaanku), kemudian berbicara hal yang tidak aku suka. Pada akhirnya
aku juga tambah sakit hati. Kata Bila, “menyakiti diri sendiri”. Itu benar. Jadi
aku sudah sangat jarang curhat ke orang.
Bahkan aku juga tidak cerita ke
mama, ke papa, mungkin ke mas, cuman sedikit. Dia juga jarang mengatakan hal
hal yang sesuai keinginanku, tapi aku tau maksud dia baik.
Aku sadar pemikiranku sangat
berbeda dengan orang lain, karena itulah aku introvert(?)
Aku mencoba memahami sudut
pandang orang lain dengan mendekati setiap orang, kau tidak mau pandang bulu,
dan aku akan pakai topeng ini sambil berharap aku bisa benar benar menjadi
orang yang tidak anti-sosial.
Ah, aku jadi ingat dulu waktu
SMK, sehabis pulang sekolah aku selalu ... pulang. Maksudku, saat teman temanku
yang lain masih stay di kelas sambil ngobrol dengan teman yang lain, aku ...
pulang. Aku tidak bicara banyak dan aku juga tidak mendengarkan cerita orang. I
find it boring. Ceritaku lebih menarik. Aku selalu berfikir begitu. Aku ingin
selalu mengeluh tentang latar belakang keluargaku yang berantakan. Dan bagaimana
keimananku sangat rendah.
Aku mau menutupinya dan
menceritakannya hanya pada saat ada orang yang bertanya. Selebihnya aku adalah
anak yang ceria dan semangat, walau nilai UTSnya jelek. Hehe.
Aku berharap aku bisa survived di
kampus STAN. Amin.
Jadi kesimpulannya, mungkin aku
harus lebih terbuka lagi kepada orang lain. Aku harus menceritakan
kegelisahanku dan mendengarkan nasehat mereka. Eh, tapi nanti aku kecewa dengan
pernyataan mereka? Jadi aku harus gimana dong. Haha. Aku bingung.
Ah, aku nangis lagi.
Sudah ah, aku mau nonton BTS
Trash lagi, semoga mood ku jadi bagus lagi.
Tangerang Selatan, 30 Nov 2017
00:57
Comments
Post a Comment
Komentar anda adalah suatu yang berharga ...