Skip to main content

Hantu Kuncir Tiga



                “Matanya memerah, semerah darah yang mengalir, gigi tajamnya memanjang menyobek sebagian dari bibirnya yang pucat. Pria didepannya hanya bisa berdoa, berharap ia tidak ….”

                “Berhenti!! Huaaaa…..”, Sam menutup kedua matanya, tangannya bergerak tak beraturan, seakan akan sedang menyerang sesuatu.

Bobby meringis, “tenang nak, ini hanya cerita! Mahkluk itu tidak akan memakanmu … raurrr…”, semburnya dengan tangannya diangkat ke atas, bak hantu hantu seram di cerita cerita horror.
Seseorang menepuk pundak Sam dengan cukup keras, “hoi, lagi ngapain nih?”

“Paman Bobby menceritakan cerita seram! Aku takut … “, kata Sam sedikit terisak, “dan tadi ada namaku di cerita, aku akan dibunuh! Huaaaaa…..”

Dean menyerngit, “umm … Sam?”

“Kau ingin tau ceritanya Dean? Aku yang membuatnya loh. Ada namamu juga disana. ”, sembur Bobby, tanggannya terlipat di depan dadanya.

Dean mengangguk, melirik Sam yang sudah gemetar tak karuan, “mungkin sedikit …”
Bobby mengangguk senang, dibukanya sebuah buku besar, dengan sampul merah menyala, dan titik titik hitam di pinggir buku, terkesan sangat seram jika dilihat lebih dekat.

***

                Jauh dari sini, di puncak gunung penuh kabut, berdirilah sebuah kastil megah, dengan seorang putri cantik tinggal didalamnya, serta tiga orang pengawal. Putri cantik bernama Maria, dan tiga orang pengawal; Dean si kekar yang siap mengalahkan semua kejahatan, Sam si pemikir yang siap dengan ide ide kreatif nya yang beberapa agak gila, dan Cas si koki.

 “Caaaassss!!!!”, jerit Maria, sambil memukul mukulkan tangannya kemeja.

“Iyaaaa Tuan Putri?”

“Aku sedikit lapar, buatkan aku sesuatu!”

Cas mengangguk tak berani melihat ke atas. Dipercepatnya langkah kakinya, menuju dapur kastil.
Diambilnya bahan bahan terbaik dari lumbung, menaruhnya ke atas meja.

“Roti, babi, tepung, telur, ayam, sosis panggang, daging sapi, sawi, ini tidak cukup … pengawaaaall!!!”, kata Cas, memanggil manggil para pengawal.

Dean datang dengan sigapnya, membawa serta binatang peliharaannya, Gudly, si tupai. Sedangkan Sam, dengan mata lembamnya, menyeret kedua kakinya menuju dapur. Dengan cepat Cas menaruh setumpuk karung besar yang terlipat rapi ke tangan Dean dan Sam.

“Pergi ke kota, belilah bahan bahan makanan, cepat!”, perintah Cas.
Sam menyerngit, dilihatnya bahan makanan di atas meja, “itu .. belum cukup?”

“Ayo Sam, jangan membuang buang waktu.”, kata Dean, menarik tangan Sam dengan cepat.

Setelah kedua pria itu pergi, Cas membalikkan badannya, menggeleng gelengkan kepalanya, dan beberapa detik kemudian, pisau tajam telah berada di tangannya. Dipotongnya rempah rempah, daging, semua bahan menjadi sangat halus, kemudian ia mulai merebus semuanya. Kuali hitam raksasa telah menunjukkan gelembung gelembung air, tanda air sudah mendidih, dan baha yang direbus tadi sudah matang. Cas menggambil bahan rebusan tadi dan mulai mengolahnya, bahan demi bahan, dengan sangat teliti.

“Aku benci jalan jalan …”, sahut Sam, dengan dua kantong tepung di pundaknya, mencoba menyeimbangkan beban agar ia tidak terjatuh.

Dean terkikik, “jalan jalan membuatmu sehat, Sam!”

Sam hanya bisa mengerlingkan matanya, ia tau Dean adalah sosok yang ‘terlalu’ bersemangat, tapi tak pernah seperti saat ini, mungkin karena pasar kota sekarang sudah dipenuhi oleh tupai tupai betina yang berkeliaran kesana kemari.

“Menurutmu kenapa Cas menyuruh kita membeli semua bahan bahan ini? Bukankah putri itu kurus …”, tanya Sam, mengembalikan posisi karung yang miring.

“itu artinya putri bertumbuh dengan sehat!”, seru Dean, tak peduli karung karung tepung dan sayuran memenuhi pundak dan kepalanya. “Sebaiknya kita cepat, Cas dan tuan putri Maria sudah menunggu kita.”


“Kemana saja kalian ini..??? Kenapa lama sekali?? Kau tau putri Maria kelaparan di luar sana …”, Sam menaruh mukanya ke mangkok berisi penuh gula, baru kali ini ia melihat Cas semarah ini.

Dean memberi hormat dan segera berkata, “Maafkan kami chef! Sam berjalan terlalu lambat, aku tidak bisa menunggunya…”

Cepat cepat Sam mengangkat kepalanya, “hey, memangnya ada apa denganmu? Putri Maria akan baik baik saja disana…”

“Shhh… Jangan terlalu keras berbicara sobat, kau tau apa yang ada di kepalanya itu?”, bisik Cas, menundukkan kepalanya sedekat mungkin ke lantai.

Dean menggeleng, begitu pula Sam, “di kepalanya? Rambut ..??”
“Ya … rambut, rambutnya memunculkan sesuatu, seperti tongkat… ah aku lupa namanya …”
“Kuncir..??”
“Ya Sam, kuncir! Ia punya satu kuncir!!”

Dean terbelalak, melongo beberapa saat dan segera berlari ketakutan kea rah tumpukan kentang, “putri punya kuncir…putri punya kuncir…putri punya kuncir …. “

Sam melipat tangannya cepat cepat, “tunggu, putri punya kuncir, lalu …. Kenapa?”

“Aku menyesal putri memilihmu untuk menjadi sang pemikir … apa kau tak tau? Setiap anggota bangsawan yang tinggal di kastil ini, memiliki masa masa hiperaktifnya, saat kuncirnya berjumlah tiga … matilah kita!”, jelas Cas dengan wajah ketakutan. “Dengan kata lain, jangan pernah… sekali kali … membuat marah putri.”

Sam mengangguk cepat, segera melangkah mundur beberapa langkah, “apakah kalian pernah melihat ia atau keluarganya marah sebelumnya?”

Cas segera mendekat ke tungku api, “tidak, tapi aku tidak ingin ambil resiko, jangan ganggu aku dan segera antarkan makanan itu ke kamar tuan putri”

“Kami mengerti!”, dean segera bangkit dari tumpukan kentang, mengambil sepiring penuh steak panggang, dan semangkuk sup panas, sedangkan Sam mengambil ayam panggang raksasa.

Dean mengetuk pintu perlahan, dan segera suara hentakan terdengar dari dalam, “masuk kalian pengawal pengawal malas!”

“Selamat makan tuan putri.”, Dean berkata, dan untuk Sam ia berbisik, “jangan buat ia marah, selalu tersenyum, dan jangan lihat kuncirnya.”

“Memangnya kenapa ia akan marah? Dia hanya seorang putri dan usianya baru 16 tahun! Orang kekar sepertimu tak mudah dikalahkan olehnya.”, kata Sam dengan lantang, melirik piring yang baru saja ia letakkan, “makanannya kemana?”

“Pengawal Sam!”, putri berkata. “Kurasa kau harus benar benar memperhatikan ucapanmu.”

Putri kali ini memandang tajam kea rah Sam, dan kali ini, kuncir keduanya berdiri.

“Tuan putri maafkan kami, kami akan segera mengantarkan makanan lainnya, jika anda berminat.”, sahut Dean cepat cepat. Dan segera keluar dari ruangan itu, menarik tangan Sam dengan sangat keras.

Dean menarik kerah baju Sam, membuat Sam melayang beberapa cm dari lantai. “Lihat apa yang telah kau perbuat!”

“Aku tidak tau, maafkan aku! Hey, dia masih baik baik saja kan?”, kata Sam mengalihkan pembicaraan.

“Pengawal…. Mana makananku??!! Aku lapar! ”, jeritan terdengar dari dalam ruangan.

“Awas kau nanti …”, bisik dean.

Putri bertambah aneh tiap detik, permintaan yang aneh aneh terlontarkan dari mulutnya, untung saja ketiga pengawalnya masih bisa bertahan dalam keadaan itu, tanpa mengeluh. Tapi pada suatu saat, dimana putri sedang tertidur lelap, datanglah sesosok mahkluk aneh masuk lewat jendela. Dan mahkluk itu adalah ….. vampire.

“Darah putri … pasti akan sangat manis di mulut.”, ucap vampire, mendekati kasur puti yang empuk dengan kuku yang terus memanjang. “Halo, manis …”

Mata putri terbuka, kuncir ketiganya terangkat, dan ia langsung emlompat kea rah vampire itu, “beraninya kau ….”

Putri maria membanting penuh tenaga vampire itu, membuat mahkluk menjijikkan itu berteriak kesakita, gigi gigi tajamnya patah, dan ia langsung pergi melesat dari tempat itu.

“Toloongg!!”, teriak vampire, saar mahkluk itu melihat sebuah bayangan, ia langsung menunduk sambil berdoa, semoga neraka menerimanya lagi. “Jangan bunuh aku!!”

Sam menyerngit, “woohoo, tenang, kau siapa?”

“Kau tak perlu tau, keluarkan aku dari sini!!”, jerit vampire itu. Sebelum Sam tau semuanya, putri Maria sudah berada disana, ia berubah, matanya memerah, semerah darah yang mengalir, gigi tajamnya memanjang menyobek sebagian dari bibirnya yang pucat. Pria didepannya hanya bisa berdoa, berharap ia tidak akan dibunuh.

Sam memeluk erat vampire di depannya tersebut, “hannnttuuu….!!!”

Putri Maria membunuh mereka dengan tragis, ia menyobek wajah Sam dan vampire itu sampai wajahnya tak terbentuk, darah mengalir kemana mana. Dan semenjak saat itu, tak ada yang berani masuk ke kastil itu, sampai saat ini.

Dan putri itu biasa dipanggil dengan Hantu Berkuncir Tiga

***

“Uhh.. cerita yang lumayan seram.”, kata Dean dengan tenangnya.

Sam menepuk pipinya yang cekung, “lumayan?, itu luar biasa seram dean!”

Dean dan Bobby tertawa bersama, sampai dean berfikir suatu hal, “oh, iya bagaimana dengan cas?”

“Aku disini!”, suara berat seseorang datang dari balik Dean, itu Cas.

Bobby menghentikan tawanya sebentar, “mungkin aku harus atur ulang ceritanya …”

TAMAT

Comments

Popular posts from this blog

My Acne Story

Hai semua, langsung aja ya aku mau share ke kalian skin care aku selama ini. Fyi, semenjak SMP kelas 3 aku sudah kena masalah kulit yaitu jerawat, walaupun masih kecil-kecil jadi gak begitu ganggu makanya aku biarin aja, nah baru deh SMA baru kotar katir kebingungan hehe. Ini foto waktu awal Februari 2018, jerawat lagi parah parahnya. Jerawatnya besar, merah, meradang, lama banget kempesnya, dan waktu kempes jadi item banget. Jelek gitu ish. Sudah lumayan banyak produk yang sudah aku pakai dan hasilnya kurang memuaskan :( dan akhirnya di akhir tahun 2018 akhirnya kulitku bisa sangat jauh mendingan dan jerawat cuman muncul saat lagi menjelang haid atau lagi stress berat, itupun cuman 1 atau 2. Trus sekarang aku pakai apa aja untuk merawat wajah unyuku ini? Pagi hari, biasanya aku langsung minum air putih segelas biar bener bener bangun, trus kalau misalnya hari sabtu atau hari libur atau misalnya ga ngapa ngapain seharian, biasanya aku gak cuci muka pakai sabun, bila...

Mobil Baru, ya Pacar Baru (ending)

Hari ini harus udah bisa pegang stir, gumam Shane, mengingat pelajaran konyol yang diberikan Jodi kemarin. Kian seoerti biasa menyisir rambutnya serapi mungkin, dan hari ini kian menambahkan sejenis gel rambut di rambut pirangnya, pelan pelan sekali sampai mata shane mulai terkatup. “Ki, uda belom.??”, jerit Shane dari depan teras, tangannya sudah membawa helm kesayangannya. “Bellomm, dikit lagi … “, balas suara dari dalam kamar. Shane terus menunggu, dilihatnya jam kecil terlilit di tangannya, jam tiga lebih limapuluh Sembilan menit. Wah gawat, Mark dan adiknya akan meninggalkan mereka kalau mereka tidak segera berangkat. Shane menjerit sekali lagi, “Cepetannn kii!!!”, dan jawaban yang sama pun terdengar, “belom, dikit lagi.” Shane sudah tidak sabar lagi, diambilnya kunci sepeda motor di dekat kursi teras, dimasukkannya pada lubang kunci dan dinyalakannlah mesin motor, “jreeennggg….”, suaranya menggelegar, membuat Kian yang sedang berdandan terkejut. Kian langs...

Re-Hi!

Halo. Aku Ajeng. Sudah 4 tahun berlalu, 900 keturunan tikus berlalu, dan dunia masih belum kiamat semenjak aku terakhir kali buat entri baru di blog ini. Syukurlah masih ada orang yang mau mengunjungi, walau sedetik kemudian mereka langsung tutup tab nya. Aku maklum, sangat maklum. Maka dari itu, setelah menimbang nimbang apakah aku akan melanjutkan menulis di blog atau tidak, setelah aku bilang ke diri aku sendiri, "oke Ajeng, menulis ataupun tidak, tidak ada yang benar benar akan lihat blog kamu." Lalu suara lain berkata, "semua hal yang telah kamu tinggalkan disini, kamu lupa?" Sial, aku jadi terharu. Blog ini bisa dibilang adalah gudang dari seluruh ide dalam kepalaku yang kuubah menjadi bentuk kalimat, menjadi paragraf abstrak kemudian berkembang menjadi sebuah cerita utuh, dengan plot yang berbeda beda. Aku hampir menulis semuanya. Unek unek yang tidak berujung, cerita fiksi yang manis, dan semuanya. Apresiasi tertinggi saat menulis blog ini adalah ...