“Matanya
memerah, semerah darah yang mengalir, gigi tajamnya memanjang menyobek sebagian
dari bibirnya yang pucat. Pria didepannya hanya bisa berdoa, berharap ia tidak
….”
“Berhenti!!
Huaaaa…..”, Sam menutup kedua matanya, tangannya bergerak tak beraturan, seakan
akan sedang menyerang sesuatu.
Bobby meringis, “tenang nak, ini hanya cerita! Mahkluk
itu tidak akan memakanmu … raurrr…”, semburnya dengan tangannya diangkat ke
atas, bak hantu hantu seram di cerita cerita horror.
Seseorang menepuk pundak Sam dengan cukup keras, “hoi,
lagi ngapain nih?”
“Paman Bobby menceritakan cerita seram! Aku takut … “,
kata Sam sedikit terisak, “dan tadi ada namaku di cerita, aku akan dibunuh!
Huaaaaa…..”
Dean menyerngit, “umm … Sam?”
“Kau ingin tau ceritanya Dean? Aku yang membuatnya loh. Ada
namamu juga disana. ”, sembur Bobby, tanggannya terlipat di depan dadanya.
Dean mengangguk, melirik Sam yang sudah gemetar tak
karuan, “mungkin sedikit …”
Bobby mengangguk senang, dibukanya sebuah buku besar,
dengan sampul merah menyala, dan titik titik hitam di pinggir buku, terkesan
sangat seram jika dilihat lebih dekat.
***
Jauh
dari sini, di puncak gunung penuh kabut, berdirilah sebuah kastil megah, dengan
seorang putri cantik tinggal didalamnya, serta tiga orang pengawal. Putri
cantik bernama Maria, dan tiga orang pengawal; Dean si kekar yang siap
mengalahkan semua kejahatan, Sam si pemikir yang siap dengan ide ide kreatif
nya yang beberapa agak gila, dan Cas si koki.
“Caaaassss!!!!”,
jerit Maria, sambil memukul mukulkan tangannya kemeja.
“Iyaaaa Tuan Putri?”
“Aku sedikit lapar, buatkan aku sesuatu!”
Cas mengangguk tak berani melihat ke atas. Dipercepatnya
langkah kakinya, menuju dapur kastil.
Diambilnya bahan bahan terbaik dari lumbung, menaruhnya
ke atas meja.
“Roti, babi, tepung, telur, ayam, sosis panggang, daging
sapi, sawi, ini tidak cukup … pengawaaaall!!!”, kata Cas, memanggil manggil
para pengawal.
Dean datang dengan sigapnya, membawa serta binatang peliharaannya,
Gudly, si tupai. Sedangkan Sam, dengan mata lembamnya, menyeret kedua kakinya
menuju dapur. Dengan cepat Cas menaruh setumpuk karung besar yang terlipat rapi
ke tangan Dean dan Sam.
“Pergi ke kota, belilah bahan bahan makanan, cepat!”,
perintah Cas.
Sam menyerngit, dilihatnya bahan makanan di atas meja,
“itu .. belum cukup?”
“Ayo Sam, jangan membuang buang waktu.”, kata Dean,
menarik tangan Sam dengan cepat.
Setelah kedua pria itu pergi, Cas membalikkan badannya,
menggeleng gelengkan kepalanya, dan beberapa detik kemudian, pisau tajam telah
berada di tangannya. Dipotongnya rempah rempah, daging, semua bahan menjadi
sangat halus, kemudian ia mulai merebus semuanya. Kuali hitam raksasa telah
menunjukkan gelembung gelembung air, tanda air sudah mendidih, dan baha yang
direbus tadi sudah matang. Cas menggambil bahan rebusan tadi dan mulai
mengolahnya, bahan demi bahan, dengan sangat teliti.
“Aku benci jalan jalan …”, sahut Sam, dengan dua kantong
tepung di pundaknya, mencoba menyeimbangkan beban agar ia tidak terjatuh.
Dean terkikik, “jalan jalan membuatmu sehat, Sam!”
Sam hanya bisa mengerlingkan matanya, ia tau Dean adalah
sosok yang ‘terlalu’ bersemangat, tapi tak pernah seperti saat ini, mungkin
karena pasar kota sekarang sudah dipenuhi oleh tupai tupai betina yang
berkeliaran kesana kemari.
“Menurutmu kenapa Cas menyuruh kita membeli semua bahan
bahan ini? Bukankah putri itu kurus …”, tanya Sam, mengembalikan posisi karung
yang miring.
“itu artinya putri bertumbuh dengan sehat!”, seru Dean,
tak peduli karung karung tepung dan sayuran memenuhi pundak dan kepalanya.
“Sebaiknya kita cepat, Cas dan tuan putri Maria sudah menunggu kita.”
…
“Kemana saja kalian ini..??? Kenapa lama sekali?? Kau tau
putri Maria kelaparan di luar sana …”, Sam menaruh mukanya ke mangkok berisi
penuh gula, baru kali ini ia melihat Cas semarah ini.
Dean memberi hormat dan segera berkata, “Maafkan kami
chef! Sam berjalan terlalu lambat, aku tidak bisa menunggunya…”
Cepat cepat Sam mengangkat kepalanya, “hey, memangnya ada
apa denganmu? Putri Maria akan baik baik saja disana…”
“Shhh… Jangan terlalu keras berbicara sobat, kau tau apa
yang ada di kepalanya itu?”, bisik Cas, menundukkan kepalanya sedekat mungkin
ke lantai.
Dean menggeleng, begitu pula Sam, “di kepalanya? Rambut
..??”
“Ya … rambut, rambutnya memunculkan sesuatu, seperti
tongkat… ah aku lupa namanya …”
“Kuncir..??”
“Ya Sam, kuncir! Ia punya satu kuncir!!”
Dean terbelalak, melongo beberapa saat dan segera berlari
ketakutan kea rah tumpukan kentang, “putri punya kuncir…putri punya
kuncir…putri punya kuncir …. “
Sam melipat tangannya cepat cepat, “tunggu, putri punya
kuncir, lalu …. Kenapa?”
“Aku menyesal putri memilihmu untuk menjadi sang pemikir
… apa kau tak tau? Setiap anggota bangsawan yang tinggal di kastil ini,
memiliki masa masa hiperaktifnya, saat kuncirnya berjumlah tiga … matilah
kita!”, jelas Cas dengan wajah ketakutan. “Dengan kata lain, jangan pernah…
sekali kali … membuat marah putri.”
Sam mengangguk cepat, segera melangkah mundur beberapa
langkah, “apakah kalian pernah melihat ia atau keluarganya marah sebelumnya?”
Cas segera mendekat ke tungku api, “tidak, tapi aku tidak
ingin ambil resiko, jangan ganggu aku dan segera antarkan makanan itu ke kamar
tuan putri”
“Kami mengerti!”, dean segera bangkit dari tumpukan
kentang, mengambil sepiring penuh steak panggang, dan semangkuk sup panas,
sedangkan Sam mengambil ayam panggang raksasa.
Dean mengetuk pintu perlahan, dan segera suara hentakan
terdengar dari dalam, “masuk kalian pengawal pengawal malas!”
“Selamat makan tuan putri.”, Dean berkata, dan untuk Sam
ia berbisik, “jangan buat ia marah, selalu tersenyum, dan jangan lihat
kuncirnya.”
“Memangnya kenapa ia akan marah? Dia hanya seorang putri
dan usianya baru 16 tahun! Orang kekar sepertimu tak mudah dikalahkan
olehnya.”, kata Sam dengan lantang, melirik piring yang baru saja ia letakkan,
“makanannya kemana?”
“Pengawal Sam!”, putri berkata. “Kurasa kau harus benar
benar memperhatikan ucapanmu.”
Putri kali ini memandang tajam kea rah Sam, dan kali ini,
kuncir keduanya berdiri.
“Tuan putri maafkan kami, kami akan segera mengantarkan
makanan lainnya, jika anda berminat.”, sahut Dean cepat cepat. Dan segera
keluar dari ruangan itu, menarik tangan Sam dengan sangat keras.
Dean menarik kerah baju Sam, membuat Sam melayang
beberapa cm dari lantai. “Lihat apa yang telah kau perbuat!”
“Aku tidak tau, maafkan aku! Hey, dia masih baik baik
saja kan?”, kata Sam mengalihkan pembicaraan.
“Pengawal…. Mana makananku??!! Aku lapar! ”, jeritan
terdengar dari dalam ruangan.
“Awas kau nanti …”, bisik dean.
Putri bertambah aneh tiap detik, permintaan yang aneh
aneh terlontarkan dari mulutnya, untung saja ketiga pengawalnya masih bisa
bertahan dalam keadaan itu, tanpa mengeluh. Tapi pada suatu saat, dimana putri
sedang tertidur lelap, datanglah sesosok mahkluk aneh masuk lewat jendela. Dan
mahkluk itu adalah ….. vampire.
“Darah putri … pasti akan sangat manis di mulut.”, ucap
vampire, mendekati kasur puti yang empuk dengan kuku yang terus memanjang.
“Halo, manis …”
Mata putri terbuka, kuncir ketiganya terangkat, dan ia
langsung emlompat kea rah vampire itu, “beraninya kau ….”
Putri maria membanting penuh tenaga vampire itu, membuat
mahkluk menjijikkan itu berteriak kesakita, gigi gigi tajamnya patah, dan ia
langsung pergi melesat dari tempat itu.
“Toloongg!!”, teriak vampire, saar mahkluk itu melihat
sebuah bayangan, ia langsung menunduk sambil berdoa, semoga neraka menerimanya
lagi. “Jangan bunuh aku!!”
Sam menyerngit, “woohoo, tenang, kau siapa?”
“Kau tak perlu tau, keluarkan aku dari sini!!”, jerit
vampire itu. Sebelum Sam tau semuanya, putri Maria sudah berada disana, ia
berubah, matanya memerah, semerah darah yang mengalir, gigi tajamnya memanjang
menyobek sebagian dari bibirnya yang pucat. Pria didepannya hanya bisa berdoa,
berharap ia tidak akan dibunuh.
Sam memeluk erat vampire di depannya tersebut,
“hannnttuuu….!!!”
Putri Maria membunuh mereka dengan tragis, ia menyobek
wajah Sam dan vampire itu sampai wajahnya tak terbentuk, darah mengalir kemana
mana. Dan semenjak saat itu, tak ada yang berani masuk ke kastil itu, sampai
saat ini.
Dan putri itu biasa dipanggil dengan Hantu Berkuncir Tiga
***
“Uhh.. cerita yang lumayan seram.”, kata Dean dengan
tenangnya.
Sam menepuk pipinya yang cekung, “lumayan?, itu luar
biasa seram dean!”
Dean dan Bobby tertawa bersama, sampai dean berfikir
suatu hal, “oh, iya bagaimana dengan cas?”
“Aku disini!”, suara berat seseorang datang dari balik
Dean, itu Cas.
Bobby menghentikan tawanya sebentar, “mungkin aku harus
atur ulang ceritanya …”
TAMAT
Comments
Post a Comment
Komentar anda adalah suatu yang berharga ...