Skip to main content

Laskar NyonyaAgung (part 1)


Ini dia cerpen aku yang ngga tau keberapa, bentar lagi mid semester, makanya biar ngga stress aku nulis ini aja, enjoy yahhhh ^^




Laskar NyonyaAgung


Di jantung kota Tulungagung ,alun alun kota di belokan Agung, diatas jalur pejalan kaki di seberang Masjid Agung, anak lelaki kurus bernama Tody duduk di samping topi yang tergeletak dengan posisi mengadah, sambil memandang arah pejalan kaki dengan wajah murung. Di sampingnya, sahabat barunya Reta, menyanyikan lagu dengan nada yang dibuat buat.


Disinilah kita sekarang, duduk diam meratapi kehidupan, memandang langit kosong, dan berlari mengitari dunia penuh kebohongan. Menatap satu persatu orang orang berdosa, melewatiku dengan wajah yang tak ingin tau. Hari mulai siang, sobat, tikus gemuk tidak akan mengenyangkan perut mungilmu, sobat, berilah padaku, sepotong roti atau sesuap nasi.”


Tody mengalihkan perhatiannya pada Reta, tubuhnya hampir sama mengenaskan dengan dirinya, baju kusam, wajah penuh noda, dan bau yang menyengat. Hanya saja Reta lebih mungil darinya, umurnya tidak jauh beda dengannya, ia berumur 10 tahun sedang Reta 8 tahun. Tody memandang kesal sahabatnya itu, ia merasa sangat bersalah, entah apa yang membuatnya merasa bersalah, ingatannya tidak begitu tajam, tapi ia tau ia salah, hati kecilnya berkata seperti itu.


“Tod, aku lapar, apakah kita makan tikus lagi hari ini?”


Tody terperanggah, ia tidak berani memandang mata Reta, terlalu menyedihkan, lalu ia menggeleng, menggenggam kuat tangan sahabatnya itu.


“Tentu tidak, kita akan makan nasi.”, kata Tod dengan penuh semangat, dilihatnya topi penuh noda di sampingnya, masih kosong.


Reta mengetahuinya, dan segera berdiri, lalu ia mengambil topi itu dan memakainya.


“Hey, mau kemana?”, tanya Tod, melihat Reta sudah melangkahkan kaki kea rah jalan raya penuh kendaraan besar dan mewah. Tod masih memegang kuat tangan Reta, semakin kencang saat Reta beranjak pergi.


“Ayo kita berteduh, percuma disini, tidak ada orang yang peduli.”, jawab Reta. Matanya berkedip kedip, memperhatikan sekitar dan segera menarik Tody dengan sedikit kasar.


Tody mengikutinya, sambil menatap orang orang yang dilaluinya. Ia juga mendengar samar samar Reta menyanyi, menyanyikan lagu yang membuat semua orang patah hati, membuat jantung menjadi remuk, bahakn Tod tidak sanggup mendengarnya, ia melepas genggamannya dan berjalan di belakang Reta.


Tod masih tidak peduli kemana Reta pergi, sebelum ia sampai di sebuah gerbong kereta tua yang sudah mulai berkarat sana sini, penuh dengan pecahan kaca. Reta menarik tangan Tod, mendekati gerbong tua itu.


“Ini tempat apa, Ta?”, ada rasa gembira dan penasaran di dalam pikiran Tod, gembira karena sekarang ia memiliki tempat berteduh dan penasaran apa yang ada dalam gerbong tua itu.“Ini rumah kami.”, kata Reta sedikit pelan. Ia tau ia tidak bisa memberitahukannya kemarin, tidak mungkin Reta membawa orang asing ke dalam rumahnya itu.


“Kau tidak pernah memberitahuku kau punya rumah. Kau tinggal bersama orang tuamu?”


“Aku tinggal dengan teman teman lascar nyonyaagung –ku, mereka yang merawatku dari kecil, aku bahkan tidak tau siapa orang tuaku. Maafkan aku tod, aku tidak bermaksud untuk tidak membiarkanmu masuk, tapi aku takut kau tidak diterima disana.”


Tod mengangguk, menepuk pundak Reta beberapa kali, nafasnya sedikit tersengal sengal, ada perasaan khawatir didalam hati kecilnya. Beberapa saat kemudian, ia menatap Reta, begitu dekat sehingga rambut Reta yang tertiup angin menyentuh tangan Tody.


“Aku yakin aku akan diterima, mereka pasti orang yang sangat baik.”


“Memang, sangat bahkan.”, Reta tersenyum penuh kebanggaan atas teman temannya itu, mereka menolongnya tampa pamrih, mereka menjaga Reta, bahkan menyekolahkan Reta, hingga akhirnya Reta tidak bisa melanjutkan sekolahnya, masalah biaya, itu wajar.


Reta mulai berjalan maju, diikuti Tod yang berjalan dengan kaki diseret, membuat pasir pasir halus di sekitar tempat itu menari nari di udara. Semakin lama semakin kelihatan, sebuah gerbong besar tua yang sudah mulai berkarat, disertai coretan coretan kapur dan spidol dimana mana, membuat kesan unik tersendiri.


Mereka hampir sampai, tinggal beberapa langkah kaki, sebelum mereka dikejutkan oleh seorang pemuda kumuh yang besar, ia memakai topi bundar dan tas bekas yang sudah ditambal beberapa kali.


“Reta sudah pulang, dari mana saja kamu? Semua orang menunggumu.”, kata pemuda itu, pandangannya dipusatkan pada Reta, membelakangi Tod yang masih bingung siapakah orang tersebut.


“Iya bang, Reta habis pergi ke situ, ke alun alun, trus ketemu sama teman baruku, Tody.”, jelas Reta, menarik tangan Tod mendekat kearahnya, seraya menunjukkan wajah kusut Tod pada abangnya. “Tod, ini abang aku, namanya Kai.”


“Bang Kai? Bangkai?”, Tod bergumam sendiri, ia menggigit bibir bawahnya menahan tawa, nama orang orang disini memang agak aneh.


“ … dan begitulah aku bisa bertemu dengan Tod.”, Reta mengakhiri cerita pengalamannya saat bersama Tod, semua orang memandang Reta, mendengarkan ceritanya dengan saksama.

“Ceritakan tentang dirimu Tod!”, seseorang menjerit dari belakang gerbong, seseorang yang sama tinggi dengannya, agak sedikit lebih putih, mungkin karena ia keturunan Chinese, matanya sipit, dan sedikit keatas, mirip sekali dengan boneka.


“Uh emm, sebenarnya aku belum tau apa nama tempat ini, tapi pertama tama aku ingin berterimakasih pada Reta, yang sudah membawaku kemari, bertemu dengan kalian, orang orang yang penuh kasih. Sebelum aku memperkenalkan diriku, boleh aku tau informasi tentang kalian semua?”


Semua orang terdiam, larut dengan pikiran mereka masing masing, seseorangpun berdiri, begitu tegaknya sambil mengangkat tangan kirinya.


“Aku Eriawan, panggil saja Eri, aku tinggal di dekat toko Merah, tepat di belakangnya, rumah sederhana dengan cat hijau, umurku duabelas tahun, hobiku bercerita dan aku ingin jadi temanmu, salam kenal Tod!”, orang itu mirip dengan Rowan Atkinson, hidungnya mancung dan kulitnya berwarna coklat terang, rambutnya keatas dengan mata besar.


Tody tersenyum, melihat kini ia sudah mempunyai satu teman lagi, setelah eri, seseorang menyahut dari depan, seorang gadis yang duduk anteng di kursinya.


“Aku Asa, aku tinggal sendiri disini, umurku enambelas tahun, aku pemimpin disini, setidaknya sampai saat ini, Nyonya Agung akan kemari minggu ini, entah hari apa, yang pasti minggu ini. Eh, iya, hobiku membaca, dan aku juga ingin jadi temanmu, salam kenal Tod!”


Tod sedikit tersentak, disini ternyata ada pemimpin, “Nyonya Agung?”, jantung Tod terasa berdetak, terengar namanya saja pikirannya sudah mulai kacau, apakah dia akan menerimanya?Mendengar jeritan Tod, Asa langsung berdiri, “Iya, dialah yang bertanggung jawab atas semua yang ada disini, dan aku yang mewakilinya.”


“Tod, kau tidak tau tentang gerbong ini, bukankah Reta yang mengajakmu, seharusnya kau tau.”, Eri terperanggah, ia melirik Reta yang masih duduk diam tak berkutik.


Tod menggeleng, melirik Reta juga, sekarang Reta sudah hampir terjatuh karena kepalanya sudah hampir menyentuh lantai.


“Baiklah, ini adalah gerbong NyonyaAgung, gerbong ini sementara diisi oleh para anak anak yang suka petualangan, Nyonya selalu memperhatikan jalan, ia selalu menampung anak anak yang sudah hilang harapan, sepertiku.”, sekarang asa yang menunduk, seseorang menghampirinya, menepuk pundaknya.


“Kau tidak perlu mengingatnya, asa.”, katanya pelan.


“Iya Kai, aku tau.”


Semua kembali seperti semula, angin sore berhembus masuk lewat celah celah jendela gerbong, membuat rambut Tod bergoyang. Semua orang disana mengenalkan dirinya satu persatu, ada Eri, Asa, Kai, Reta, Riza, Ivan, Bagus, dan Tasya. Mereka tampak baik, beberapa diantaranya dari jalanan, dan tidak sedikit pula yang ingin berpetualang, walau mereka sudah memiliki kehidupan di rumah mereka.


Hari bertambah gelap, semua orang mulai bersiap siap untuk tidur, selimut selimut putih tipis berserakan di lantai, dengan bantal super besar yang empuk. Awalnya Tod ragu, akankah ia tinggal disini, bersama orang orang lainnya? Ia masih bingung, ia mulai berbaring, dan memejamkan matanya.


“Tapi gebong akan semakin penuh, aku tidak bisa berguling guling lagi!”,  sebuah suara terdengar samar samar di luar gerbong, sepertinya suara laki laki. Mata Tod tertutup, tapi ia masih bisa mendengarnya.


“Kau tidak punya rasa kasihan? Dia anak yang baik!”, kali ini perempuan, nadanya terdengar tinggi, tampaknya mereka sedang bertengkar.


“Dia baru sehari disini, bagaimana kau tau dia anak yang baik?”


“Aku telah bersamanya sekitar tiga hari, mungkin dia tidak berbuat hal yang menyenangkan untukku, tapi dia tidak melakukan hal aneh padaku! Ia memberiku makan, dia yang menolongku saat aku tertabrak mobil sialan itu.”


Kali ini suara terdengar sangat sunyi, hanya ada suara jangkrik dan gesekan ranting ranting pohon yang tertiup angin dan menyentuh jendela  luar gerbong kereta.


To be continued :)

Comments

Popular posts from this blog

Suck Bagung!

     Rintik rintik air hujan masih menetes deras di atas atap rumahku, dengan beralaskan kasur empuk dan KTT ku bersama Mark. Jam di dinding masih menunjukkan hari masih siang, tapi langit di luar sangat gelap gulita. Dengan rasa malas sedunia aku bangkit dan duduk di depan komputer.      Awalnya sih aku ingin mengerjakan tugas dari guru TIK-ku Pak Chabib. Editing Blog! Fyuh, blog-ku memang rada error, entah mengapa koneksinya lambat sekali. Aku jadi bingung mana yang harus disalahkan, blognya, atau modemnya?      Kubuka blog yang kubuat lebih dari setahun yang lalu, masih hancur hancuran, seperti dulu.       Dan tiba tiba ....      Tingting! Pesan dari sahabat terbaikku sepanjang masa, Fani.       "Cut, besok sore kamu apa ada acara?"      Dan karena pulsa yang tinggal Rp.8, akhirnya dengan terpaksa aku ngga bales sms-nya. I'm sorry Fani!!      Tapi sepertinya cewek satu ini ngga menyerah, dan dia kirim pesan lagi      "Ngga punya pulsa ya?

Lirik Lagu Westlife - En Ti De Je Mi Amor

Cuando ries veo salir el sol es algo increible yeah! Hay un angel que esta junto a mi por mi corazon Cuando ries ya no hay marcha atras es algo increible yeah! hoy tengo un angel frente a mi  por mi corazon (Hoy se) que estoy bien a tu lado tu amor es mio En ti deje mi amor y todo lo que soy te di mi corazon sin saber llegaste a mi interior y yo en ti deje mi amor Me salve cuando te encontre  es algo increible yeah! ya no vivo en el ayer hoy tengo amor (Hoy se) que estoy bien a tu lado tu amor es mio En ti deje mi amor  y todo lo que soy te entregaste a mi sin condicion te di mi corazon  si saber llegaste a mi interior y yo en ti deje mi amor Mi gran amor soñe que fueras tu cuando entraste en mi vida todo cambio En ti deje mi amor (Hoy) un hombre nuevo soy por fin estas en mi interior oh yeah! y yo en ti deje mi amor.

Jalan jalan

Ola Mishamigos! Biasanya kalo hari Sabtu pulang sekolah orang orang pada bobo siang, ntar malemnya sama pacar jalan jalan ke alun alun kota, atau yang paling parah ke kuburan mau .... oke jangan dibahas. Ini nih kerjaanku, abis pulang sekolah, kita (aku dan para serdadu Troll ku) pergi ke Nail Art deeket sekolah ... Nah, udah tau kan fungsinya Nail Art? Aku mau jadi feminim dikit, siapa bilang cewe ban Kuning Taekwondo kaya aku ini ngga feminim hehe ... Dan tadda! hasilnya kaya gini .... Alay dikit lah heheh .... Tangan kanan aku kasih motif Hitam Putih, Hitam buat backgroundnya dan ada huruf W yang artinya westlife ... kalo yang kanan aku kasi motif bunga perak, backgroundnya hitam tua ... Oke, setelah selesai di Nail Art, langsung deh bablas pulang nonton Supernatural yang season 6 ... Lompat lompat sih hehe ... Disini Cas (malaikat tanpa sayap yang selalu pake jas hujan dan suka makan burger) berhasil mengalahkan Rafael si malaikat 'Pure From God', buka