Skip to main content

KERUPUK NISSA


“Kiri kiri, eh kekanan, eh dodol ke kiri oi!”, seru Mark, yang sedang asik mendekorasi ka,ar kost barunya bersawa kawan sehatinya Shane.


“Lu megang yang berat dong, kok malah gue..?? Lu kan gendut..”

“Lu kan yang kuat Shane, lu yang paling ngganteng yang paling hebat, pantes dong …”

Shane hanya bisa pasrah, seraya mendorong kursi sofa besar berwarna abu-abu.

“Nah, udah selesai, yuk makan … “

Ini sudah jam 1 malam, Shane dan Mark pasti sudah kewalahan berbenah, jadi mereka mengendap endap ke kulkas sang pemilik kost, Jodi.

“Lu yakin aman Mark?”

“Udah, diem aja, aku yang liatin dari sini lu yang ambil yah …”

Shane diam sebentar, kemudian menampar pipi Mark yang tembam, “gue balik aja, lu yang ambil”, kata Shane lalu meninggalkan Mark dan kembali ke kamar nya yang sempit dan masih berantakan.

Mark juga ngga bisa ngeyel, Jodi punya indra keenam, bisa mendengar suara orang sampai 600 meter, ok nol nya dikurangin satu …

Dan terpaksa mark harus pergi sendirian ke kulkas itu, satu satu satu aku sayang ibu, ehh…
Satu satu langkah dijejakkannya dengan hati ahti, takut kalau indra keenam Jodi kambuh lagi. 

Dari ruang yang setengah terbuka itu, mark bisa melihat kulkas berpintu dua berwarna putih dengan hiasan gambar kupu kupu yang beraneka macam warna.

Semakin dekat, Mark mendengar suara aneh, bunyi gemerisik di belakang kulkas. Dengan sifat alamiahnya sebagai seorang penakut, mark langsung terbang ke kamarnya –ok bagian terbang itu diganti lari-

Dengan megap megap Mark berkata pada Shane, “Kaya ada yang sedang makan, makan krupuk kayaknya, saolnya bunyinya kreyes kreyes gitu”

“Ya udah yah say? Aku mau pergi dulu daa… ”, Shane mencoba menutup telepon genggamnya tergesa gesa.

“Lu ganggu gue aja, ada apa sih..??”, Shane tampak kesal, dibanting tubuhnya sendiri ke sofa besar tadi, mengambil majalah Bobo edisi anak anak berisi gambar kelinci putih yang lucu.

“Itu .. itu lu barusan telpon si Rosie yah ? Anak SMA sebelah itu, yang cantik itu..??”, Mark tampak kaget, melihat ke isi telepon genggam murahan yang tergeletak di mejadekat sofa Shane.

“Oi, dia puny ague …  “, seraya mengambil alih telepon genggam yang berada di tangan Mark, sebuah sura terdengar lagi.


“Tuh kan kaya ada yang makan kerupuk.”, Mark mulai panik, menggenggam erat tangan Shane.
“Ah, jangan ngaco itu paling si Nick, dia kan suka makan krupuk.”


“Tapi kan Nick kalo makan gaduh banget … ngga kaya gini,ini mah termasuk anteng atuh …”


“Lu pake logat mana sih..??”


“Campuran broo …”


Shane diam lagi, kali ini lebih lama, diambilnya majalah Bobo edisi anak anak tadi, dan dipukulnya kepala Mark.


“Lu udah 2 kali mukul gue.”, Mark juga tidak bergerak, hanya berkomentar.


“Masalah?”, Shane mulai kesal, diambilnya posisi memukul ala nya.


“Sabar bro, bulan puasa bro …”, mark mulai berlagak, tangannya menghalangi kontak matanya dengan Shane, takut serpihan kertas berdebu itu mengenai matanya.


“Udah lewat, dodol.”


Mark diam, mencoba membalas Shane, tapi Shane sudah ambil posisi, jadi Mark diam saja.
Mereka melihat lagi keluar lewat jendela, memastikan apakah ada orang yang sedang makan kerupuk disana. Ngga ada, ngga ada siapa siapa.


“Shane gua atut nih, tadi siapa yang makan kerupuk? Shane gua laper, ambilin makanan itu dungs, di kulkas itu, plisss.”, Mark mulai meronta, tangannya menggenggam erat lengan atas Shane, membuat Shane merasa risih.


“Penakut! Ama gituan kok takut sih … ?!!?”, seru Shane, memukul kepala Mark sekali lagi dengan majalah bobo tadi.


“Ketimbang lu, ama laler aja takut.”


“Laler ya beda lagi, itu kan hewannya jijik tau dari tempat sampah, kalo lu makan makanan yang dihinggapi laler, lu bisa mati tau ngga sih lu.”


“Ye, kecuali kalo makanannya enak sih gua mau.”


Suara itu terdengar kembali, makin kencang sekarang, makin dekat, tapi tanpa ada suara langkah kaki, atau lainnya. Mark mulai masuk ke ranjang, menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut bergambar princess.


“Hahahah hahahah hahahahahahhahaah hahahahaha …. “, shane tidak bisa berhenti tertawa, seakan melihat sesuatu yang lucu sekali.”


Mark mulai khawatir, jangan jangan hantunya udah masuk ke tubuhnya Shane, wah gawat!
Mark langsung mengambil ember di kamar mandi, mengisikan banyak air. Dengan hati hati Mark mendekati Shane yang masih tertawa.


BYUURRR…. Air segar mengucur dari rambut Shane ke seluruh tubuhnya. Dan akhirnya tawa itu berhenti.


“Mark, lo ngga punya otak ya…??”


“eh shane lu ngga kerasukan ya? Gue pikir lu.. lu…”


“apa apa..?? cari alesan apa lu..??”


“Lagian sih lu ketawa ketawa ngga jelas.”


“Eh, lu tau suara krupuk tadi ?”


“Kenapa? Siapa yang makan…??”


“Noh, kucingnya si Jodi, si Nissa …. Hahahahahahah”, sahne mulai tertawa lagi, mendesak Mark untuk tertawa pula.
 Tamat

Comments

Popular posts from this blog

My Acne Story

Hai semua, langsung aja ya aku mau share ke kalian skin care aku selama ini. Fyi, semenjak SMP kelas 3 aku sudah kena masalah kulit yaitu jerawat, walaupun masih kecil-kecil jadi gak begitu ganggu makanya aku biarin aja, nah baru deh SMA baru kotar katir kebingungan hehe. Ini foto waktu awal Februari 2018, jerawat lagi parah parahnya. Jerawatnya besar, merah, meradang, lama banget kempesnya, dan waktu kempes jadi item banget. Jelek gitu ish. Sudah lumayan banyak produk yang sudah aku pakai dan hasilnya kurang memuaskan :( dan akhirnya di akhir tahun 2018 akhirnya kulitku bisa sangat jauh mendingan dan jerawat cuman muncul saat lagi menjelang haid atau lagi stress berat, itupun cuman 1 atau 2. Trus sekarang aku pakai apa aja untuk merawat wajah unyuku ini? Pagi hari, biasanya aku langsung minum air putih segelas biar bener bener bangun, trus kalau misalnya hari sabtu atau hari libur atau misalnya ga ngapa ngapain seharian, biasanya aku gak cuci muka pakai sabun, bila...

Mobil Baru, ya Pacar Baru (ending)

Hari ini harus udah bisa pegang stir, gumam Shane, mengingat pelajaran konyol yang diberikan Jodi kemarin. Kian seoerti biasa menyisir rambutnya serapi mungkin, dan hari ini kian menambahkan sejenis gel rambut di rambut pirangnya, pelan pelan sekali sampai mata shane mulai terkatup. “Ki, uda belom.??”, jerit Shane dari depan teras, tangannya sudah membawa helm kesayangannya. “Bellomm, dikit lagi … “, balas suara dari dalam kamar. Shane terus menunggu, dilihatnya jam kecil terlilit di tangannya, jam tiga lebih limapuluh Sembilan menit. Wah gawat, Mark dan adiknya akan meninggalkan mereka kalau mereka tidak segera berangkat. Shane menjerit sekali lagi, “Cepetannn kii!!!”, dan jawaban yang sama pun terdengar, “belom, dikit lagi.” Shane sudah tidak sabar lagi, diambilnya kunci sepeda motor di dekat kursi teras, dimasukkannya pada lubang kunci dan dinyalakannlah mesin motor, “jreeennggg….”, suaranya menggelegar, membuat Kian yang sedang berdandan terkejut. Kian langs...

Re-Hi!

Halo. Aku Ajeng. Sudah 4 tahun berlalu, 900 keturunan tikus berlalu, dan dunia masih belum kiamat semenjak aku terakhir kali buat entri baru di blog ini. Syukurlah masih ada orang yang mau mengunjungi, walau sedetik kemudian mereka langsung tutup tab nya. Aku maklum, sangat maklum. Maka dari itu, setelah menimbang nimbang apakah aku akan melanjutkan menulis di blog atau tidak, setelah aku bilang ke diri aku sendiri, "oke Ajeng, menulis ataupun tidak, tidak ada yang benar benar akan lihat blog kamu." Lalu suara lain berkata, "semua hal yang telah kamu tinggalkan disini, kamu lupa?" Sial, aku jadi terharu. Blog ini bisa dibilang adalah gudang dari seluruh ide dalam kepalaku yang kuubah menjadi bentuk kalimat, menjadi paragraf abstrak kemudian berkembang menjadi sebuah cerita utuh, dengan plot yang berbeda beda. Aku hampir menulis semuanya. Unek unek yang tidak berujung, cerita fiksi yang manis, dan semuanya. Apresiasi tertinggi saat menulis blog ini adalah ...