Skip to main content

The Mort


“Kau belum pernah kesana ? Apa kau gila ? Bagaimana kita bisa mencapai kesana bila kau bahkan tak tau arahnya ?”, jawab Trabes sedikit panic. Mungkin sangat panic karna setelah itu Trabes tidak berbicara selama 1 hari penuh.


Melihat Trabes mulai ketakutan Kira mulai menggodanya. “Kau takut ‘bocah’ ?”
“Apa ? Siapa ? Aku ? Tentu tidak, aku bisa mengalahkan naga tanpa memegangnya.”, jawab Trabes sedikit gugup. Ia sempat tidak yakin dengan jawabannya barusan, bahkan ia tidak tau ia telah mengucapkal hal yang mustahil.


“Disana ada yang lebih menakutkan dari naga.”, goda Kira.“Aku bisa mengatasinya.”“Kau yakin ? Ada Aragog disana.”Aragog ? Trabes mulai berfikir, bukankah Aragog adalah laba laba raksasa ? Trabes mulai ketakutan, bahkan jika Trabes menemukan seekor laba laba sebesar 1 cm dia langsung mengitari desanya dan menangis.
“Cukup ! Mana ada aragog ditempat seperti itu ? Orang o
rang di desa bilang hanya ada naga.”, bantah Trabes.

“apakah orang orang di desa konyolmu itu oernah kesana ?”“terserah.”, ini pertama kalinya Trabes malas berbicara, ternyata ada yang lebih menyebalkan dari anjing.Biasanya anjing akan menggonggong setiap saat dan sukses besar membuat Trabes sebal. Dan mungkin Kira 8 kali lebih “parah” dari pada anjing.
Sepertinya sudah 2 minggu semenjak Trabes pergi dari rumahnya, dan itu berarti mereka sudah sampai di pinggiran sungai Noh, tempat dimana banyak pedagang dan pembeli berkumpul, untuk meperjual belikan ikan segar dari sungai yang lebarnya hampir 200 meter itu.Banyak kapal kapal yang berlabuh disana , yang kecil, yang sederhana maupun yang mewah. Kira tampak sedang menunggu kapal yang tepat.
Trabes mengira kapal yang “ditunggu” Kira adalah kapal mewah dengan tempat tidur dari jerami yang hangat dan makanna yang super lezat yang hanya bisa Trabes konsumsi sekitar 1 tahun sekali.Tapi tebak apa yang Trabes naiki saat ini. Sebuah kapal rusuh yang berlumut, dengan bolongan dimana mana, bahkan bendera untuk mengarahkan kapal  juga mulai kusut dan bolong.Entah apa yang dipikirkan Kira, tapi Kira memulai sesuatu yang membuat Trabes hampir pingsan.
Kira mulai berkomat kamit, dan sesekali Trabes bisa mendengar Kira mendesis, dan yang membuat Trabes terkejut adalah lumut yang tertempel di sekitar kapal mulai memudar, dan bolong bolong di bendera dan tubuh kapal mulai kembali “pulih”. Bahkan Kira membuat angin buatannya sendiri yang membuat kapal berlayar maju.Trabes merasa sedikit pusing ditengah perjalanan, kata Kira walau sungainya hanya 200 meter, tapi banyak karang karang besar yang menghalangi , apalagi  arus yang deras membuat kapal kembali bergoyang.Itulah yang membuat Trabes muntah dua kali, dan sekarang perutnya benar benar kosong, ayam yang tadi ia makan sudah keluar lagi, membuat Trabes tidur selama perjalanan, 2 jam telah berlalu dan sekarang mereka sudah sampai di desa Mort, tempat para manusia raksasa tinggal.
Kedatangan Kira ternyata disambut baik oleh orang orang disana, walau Trabes awalnya takut berjabat tangan dengan orang orang Mort, karna tangannya 2 kali lebih lebar dengannya. Tapi akhirnya ia harus melakukannya karna kata Kira jika kau tidak berjabat tangan orang orang Mort, mungkin kau akan dijadikan soup.
Juga, orang orang disana pintar memasak, walau Trabes tidak tau apa yang ia makan, ia terus menjejalkan mulutnya dengan bayak makanan di piring besarnya. 

Comments

Popular posts from this blog

Tragedi Duaratus Rupiah

Minggu, 25 November 2012 Kalau bukan karena Fani yang ajak aku ke bioskop satu satunya di kotaku, mungkin aku ngga bakal jantungan cuman gara gara uang koin. Waktu itu musim hujan, walau tidak hujan, awan hitam bagai atap rumah dunia, pekat sekali. Dan bikin aku sukses mandi keringat, belum lagi aku harus mengayuh sepedah beserta beban seorang Fani di belakang, sudah begitu jarak antara rumah dan bioskop kurang lebih, hhmm... yah sekitar dua kilometer.  Sampai ditengah jalan, atau lebih tepatnya seperempat perjalanan, aku baru ingat sesuatu, ini hari Minggu kan?? Nah, masalahnya jalan raya persis depan gedung bioskop ditutup, karena seperti biasa H**da mengadakan event balap motor di area tersebut. Ngga mau nyerah, aku masih lanjut kesana, walau sambil mikir sih.  Ta daaa!! Sampailah kami pada ujung jalan yang tertutup banner idiot yang kebalik tulisannya. Kurang lebih isinya adalah tiket masuk nonton balapan. Setelah (akhirnya) Fani turun dari sepedaku, kam...

My Acne Story

Hai semua, langsung aja ya aku mau share ke kalian skin care aku selama ini. Fyi, semenjak SMP kelas 3 aku sudah kena masalah kulit yaitu jerawat, walaupun masih kecil-kecil jadi gak begitu ganggu makanya aku biarin aja, nah baru deh SMA baru kotar katir kebingungan hehe. Ini foto waktu awal Februari 2018, jerawat lagi parah parahnya. Jerawatnya besar, merah, meradang, lama banget kempesnya, dan waktu kempes jadi item banget. Jelek gitu ish. Sudah lumayan banyak produk yang sudah aku pakai dan hasilnya kurang memuaskan :( dan akhirnya di akhir tahun 2018 akhirnya kulitku bisa sangat jauh mendingan dan jerawat cuman muncul saat lagi menjelang haid atau lagi stress berat, itupun cuman 1 atau 2. Trus sekarang aku pakai apa aja untuk merawat wajah unyuku ini? Pagi hari, biasanya aku langsung minum air putih segelas biar bener bener bangun, trus kalau misalnya hari sabtu atau hari libur atau misalnya ga ngapa ngapain seharian, biasanya aku gak cuci muka pakai sabun, bila...

Hujan Bintang

Suatu hari yang dingin, seorang gadis kecil berjalan sendirian, sambil makan sepotong roti. Seorang wanita tua mendekatinya dan memninta sedikit makanannya. Tanpa ragu, gadis kecil itu memberikan semua sisa rotinya. "Ambil saja.", katanya dan terus pergi. Tidak lama kemudian, gadis itu bertemu anak lelaki kecil yang memegangi kepalanya dan menangis. "Ada apa?", tanyanya. "Aku kedinginan, sangat kedinginan," tangis anak lelaki itu. "Aku tidak punya penutup kepala." Jadi gadis itu emmberinya selendang untuk membungkus kepalanya. Sedikit lebih jauh lagi, ia bertemu gadis kecil alinnya bahkan tidak memakai jaket, jadi ia memberikan jaket yang dipakainya,  Lalu ia memberi gaunnya pada gadis lain yang tidak punya, dan ia terus berjalan tanpa bagju.  Akhirnya ia hanya memakai pakaian dalamnya. Tapi kemudian gadis miskin lain datang padanya  dan berkata: "kau selalu bisa pulang kerumah yang hangat.  Aku tidak punya apa apa untuk menghangatkan...