Aku tidak tau sudah berapa lama aku menangis. Detik demi detik kulalui di kantorku yang sempit, bersama beberapa teman sekantorku yang lainnya. Sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing, tanpa mempedulikan diriku. Tapi, benar juga, siapasih yang mau mempedulikan gadis muda jelek, gendut, dan tak berbakat sepertiku? Kulihat lagi agendaku. Tepat tengah hari aku harus pergi ke suatu tempat. Dulu tempat itu adalah idamanku, sejak pertama kali aku kerja disini. Tapi sekarang, tempat itu bagaikan neraka bagiku. Aku tidak berani membayangkan apa reaksi boss nanti. Aku hanya bisa pasrah, dan mulai melangkah ke tempat itu. “Tok tok”, aku mulai mengetuk pintu ragu ragu, menunggu jawaban sang pemilik tempat. “Masuk.”, terdengar suara dari dalam. Langkahku terasa berat saat itu, aku menunduk menatap lantai putih yang mengkilat, menampakkan mataku yang lebam karna terlalu banyak menangis. Kulihat dua kursi berhadapan satu sama lain, seseorang duduk di salah satu kursi tersebut. Te...