Skip to main content

From Flores to Mountain


“Kira, sampai kapan kita disini ? Bisakah kita tinggal lebih lama ?”“Ohh,, lihat apa yang barusan aku temukan. Kau jatuh cinta dengan orang orang disini ?”“Mmm mm.”, gumam Trabes sambil menganggukkan kepalanya.“Kau yakin ? Aku tidak suka disini.”“Tapi aku suka.”“baik, begini saja kau ingin nama atau makanan ?”
Trabes hanya bisa diam memandangi bebek bakar yang dipajang di atas meja besar, berharap seseorang yang punya lengan yang panjang menyuapinya bebek itu.
Dan akhirnya dengan berat hati Trabes dan Kira berangkat ke kota selanjutnya, orang Mort  bilang kota yang akan mereka tuju bernama kota Perak, Trabes spontan bersemangat untuk mencapai kota itu. Mungkin saat pulang nanti Trabes akan menjadi orang yang sangat kaya.
Perjalanan kali ini tidak kalah menegangkan dari yang kemarin. Tapi Trabes masih bersyukur karna bukan arus deras yang dilewatinya, tapi hutan penuh buah buahan segar dan babi yang gemuk, juga makanan lainnya. Dan itulah yang membuat perjalanan mereka jadi amat panjang, Trabes menghabiskan waktu sekitar 9 jam lebih hanya untuk mengolah babi gemuk dan buah buahan yang kaya disana. Tapi saying Trabes tidak bisa bersenang senang terlalu lama, setelah 3 hari mengembara di hutan yang “luar biasa” itu, mereka harus menaiki bukit besar, bahkan bisa disebut gunung, karna puncaknya sulit dilihat dari bawah sana.
Ini sudah biasa kan, pikir Trabes mengingat dulu Kira pernah menyuruhnya mengitari bukit beberapa kali.

“Uh oh”, erangnya saat menaiki gunung tersebut.“Aku lelah Kira, bisa kita berhenti ?”
“Berhenti ? Diketinggian hampir 4ooo kaki ini kau mau berhenti ?!”, kata Kira sambil memegang dahi Trabes, seraya memeriksa apakah Trabes sedang “demam”.
Kira langsung melanjutkan pendakiannya, meninggalkan Trabes. Tidak ada 4 menit kemudian Trabes berteriak dari bawah, “Oi, kenapa kau tidak memakai sihir konyolmu ?!”Trabes sebenarnya ingin mengatakan hal itu sedari tadi, tapi yahh bagaimana lagi, sulit sekali berteriak di saat kau sedang lelah, aku benar kan ?
“Aku sedang tidak ingin “bocah”, jangan malas ! Ini adalah langkah awal seorang penyihir hebat !”, jawab Kira.
Ok, bagian awal sudah selesai, pikir Trabes. Ia dan Kira seang berada di puncak gunung tersebut, dan kau pasti berfikir pasti disana adalah tempat yang sangat dingin, karna tingginya hapir mencapai 6000 kaki dari hutan dibawah. Tapi siapa sangka ? Disana sangatlah kering, tidak ada salju sedikitpun, yang ada hanyalah lumpur yang menggenang di beberapa tempat, sekalian sebagai tempat bermain para babi babi gemuk disana.
“Kita sudah sampai di kota perak, ‘bocah’.”, kata Kira mantap. Dipandangnya seluruh penjuru kota tersebut, sepi, tapi teranya aman dan nyaman jika berada disana.
Sedangkan Trabes, yang berfikir semua benda disana terbuat dari perak, terkejut karna yang ada hanyalah rumah dari tanah liat dan kayu biasa, tak ada yang mewah, bahkan jarang sekali ada kuda disana.

Comments

Popular posts from this blog

Tragedi Duaratus Rupiah

Minggu, 25 November 2012 Kalau bukan karena Fani yang ajak aku ke bioskop satu satunya di kotaku, mungkin aku ngga bakal jantungan cuman gara gara uang koin. Waktu itu musim hujan, walau tidak hujan, awan hitam bagai atap rumah dunia, pekat sekali. Dan bikin aku sukses mandi keringat, belum lagi aku harus mengayuh sepedah beserta beban seorang Fani di belakang, sudah begitu jarak antara rumah dan bioskop kurang lebih, hhmm... yah sekitar dua kilometer.  Sampai ditengah jalan, atau lebih tepatnya seperempat perjalanan, aku baru ingat sesuatu, ini hari Minggu kan?? Nah, masalahnya jalan raya persis depan gedung bioskop ditutup, karena seperti biasa H**da mengadakan event balap motor di area tersebut. Ngga mau nyerah, aku masih lanjut kesana, walau sambil mikir sih.  Ta daaa!! Sampailah kami pada ujung jalan yang tertutup banner idiot yang kebalik tulisannya. Kurang lebih isinya adalah tiket masuk nonton balapan. Setelah (akhirnya) Fani turun dari sepedaku, kam...

My Acne Story

Hai semua, langsung aja ya aku mau share ke kalian skin care aku selama ini. Fyi, semenjak SMP kelas 3 aku sudah kena masalah kulit yaitu jerawat, walaupun masih kecil-kecil jadi gak begitu ganggu makanya aku biarin aja, nah baru deh SMA baru kotar katir kebingungan hehe. Ini foto waktu awal Februari 2018, jerawat lagi parah parahnya. Jerawatnya besar, merah, meradang, lama banget kempesnya, dan waktu kempes jadi item banget. Jelek gitu ish. Sudah lumayan banyak produk yang sudah aku pakai dan hasilnya kurang memuaskan :( dan akhirnya di akhir tahun 2018 akhirnya kulitku bisa sangat jauh mendingan dan jerawat cuman muncul saat lagi menjelang haid atau lagi stress berat, itupun cuman 1 atau 2. Trus sekarang aku pakai apa aja untuk merawat wajah unyuku ini? Pagi hari, biasanya aku langsung minum air putih segelas biar bener bener bangun, trus kalau misalnya hari sabtu atau hari libur atau misalnya ga ngapa ngapain seharian, biasanya aku gak cuci muka pakai sabun, bila...

Hujan Bintang

Suatu hari yang dingin, seorang gadis kecil berjalan sendirian, sambil makan sepotong roti. Seorang wanita tua mendekatinya dan memninta sedikit makanannya. Tanpa ragu, gadis kecil itu memberikan semua sisa rotinya. "Ambil saja.", katanya dan terus pergi. Tidak lama kemudian, gadis itu bertemu anak lelaki kecil yang memegangi kepalanya dan menangis. "Ada apa?", tanyanya. "Aku kedinginan, sangat kedinginan," tangis anak lelaki itu. "Aku tidak punya penutup kepala." Jadi gadis itu emmberinya selendang untuk membungkus kepalanya. Sedikit lebih jauh lagi, ia bertemu gadis kecil alinnya bahkan tidak memakai jaket, jadi ia memberikan jaket yang dipakainya,  Lalu ia memberi gaunnya pada gadis lain yang tidak punya, dan ia terus berjalan tanpa bagju.  Akhirnya ia hanya memakai pakaian dalamnya. Tapi kemudian gadis miskin lain datang padanya  dan berkata: "kau selalu bisa pulang kerumah yang hangat.  Aku tidak punya apa apa untuk menghangatkan...