Skip to main content

Force Meeting

Cerita ini dimulai dari 25 tahun yang lalu , dimana bunga masih bermekarang, dan burung burung masih bernyanyi. Saat dimana kita masih punya harapan tanpa batas.
Terdengar langkah kaki berat menuju kemari, makin dekat, semakin dekat, dan semakin dekat. Tampak jubahnya yang menyentuh tanah berkibar, dengan suara gesekan jubah hitamnya. Tampak kabur wajahnya, tetapi yang jelas dia bukanlah orang yang besar, ia tampak masih muda, sekitar 21 tahun. Sepatu bot nya yang sudah tampak sangat kotor itu dilepasnya satu persatu, tampaknya ia sudah berjalan sangat jauh, kuku kakinya sangat panjang tak terawat.
Dia bersandar di sebuah pohon besar dengan daun daun lebat tertempel di dahan dahannya. Lama sekali ia bersandar di pohon itu, sepertinya ia tertidur. Tapi, terdengar suara langkah kuda yang keras, melangkah menuju ke tempat pemuda yang tertidur tadi. Benar , penunggang kuda itu langsung menyiapkan pedangnya yang panjang. Mirip pedang samurai. Dia juga mengenakan jubah, tapi tak sepanjang yang digunakan pemuda yang tertidur tadi. Ia pun langsung turun dari kudanya, mengambil posisi, dan segera mengayunkan pedangnya.
Inilah saatnya, jatuh kedalam keramaian pasar desa yang kecil, dengan pencuri dimana mana. Tak ada seorangpun yang menyangka, bahwa disekitar manusia manusia yang menjalani hidupnya dengan nyaman, terdapat seorang bocah kecil yang tak tau apa apa yang mencoba membantu memberantas masalah di desa tersebut.
Ya, itu dia, kelompok monster keji dari kerajaan. Secara fisik mereka adalah manusia, tapi hatinya bagaikan monster yang menjadi jadi. Menakutkan, besar, dan kuat. Hanya itu yang bisa diutarakan warga desa Gorgota ini.
Mereka selalu datang untuk mengobrak abrik tempat ini, untuk mencari para tuduhan yang berbuat sesuatu yang magical , semua penyihir yang ada disana nyaris punah, semuanya diburu, dibantai, ditangkap, disiksa, bahkan dibunuh. Entah mengapa, padahal yang mengangkat pulau ini adalah seorang penyihir. Manusia manusia kerajaan sama sekali tidak ingin berterimakasih pada mereka.
Gerombolan kuda besi datang ke desa tersebut, menimbulkan suara suara bising yang membuatmu tuli, dan mereka membawa pedang yang tajamnya bisa menyakitimu bahkan dengan hanya melihatnya. Mereka gerombolan yang sadis, tak tau ampun. Semuanya akan hancur, tak ada yang bisa diperbuat.
Dan anak kecil ini, yang usianya bahkan belum siap untuk sekolah, datang sendirian di hadapan gerombolan itu, ia dan para serdadu kuda besi itu saling bertatapan satu sama lain. Terdengar suara seorang ayah yang memanggil manggil nama anak itu. Tapi anak itu tetap menatap mereka. Emosi para serdadu itupun mulai naik, salah satu dari mereka segera mengeluarkan pedangnya yang tajam. Merasa terancam, anak itupun langsung berlari, entah kemana.
Tentu saja para serdadu itupun mengikuti anak kecil yang manis itu. Setelah beberapa menit berputar putar, anak kecil itu mengucapkan sesuatu, kau bisa mendengarnya samar samar .“Tsminda” itulah yang dibisikkan anak itu.
Tiba tiba , kabut mulai turun, matamu hanya dapat melihat dalam jarak 2,5 meter. Membuat para serdadu itu bertabrakan, tapi samar samar para serdadu itu masih bisa melihat anak itu. Mereka pun tetap mengejar anak itu. Makin lama makin tampak pekat, tidak ada lagi yang bisa dilihat, kecuali warna putih kabut itu. Anak yang cerdik, ia membawa para serdadu itu pergi ke ujung jurang. Dan tentu saja, para serdadu itu berhasil ditipu olehnya untuk masuk ke dalam jurang tersebut.
Anak itupun kembali ke desanya bak seorang pahlawan. Sebagian besar orang samar samar melihat kejadian itu, tak terkecuali pemimpin desa itu. Ia langsung berlari menuju anak itu, dan segera memukulnya dengan sapu. “Mandas, kemarilah”, katanya.
Seorang wanita tua dengan baju ungu panjangnya datang dengan cepat. Ia sepertinya kaget akan hal tadi, dan wanita itu langsung membawa anak itu ke gubuk kecil nya.
“Apa yang kau lakukan tadi ?”, tanyanya memulai pembicaraan setelah menyodorkan segelas air kepada anak itu.“Aku tidak tau.”, jawabnya.
Wanita itu pun langsung mengambil sapu dan memukulnya. “Aku bilang,. Apa yang kau lakukan tadi ? Pada serdadu itu ?”, tanyanya sekali lagi.

Comments

Popular posts from this blog

Tragedi Duaratus Rupiah

Minggu, 25 November 2012 Kalau bukan karena Fani yang ajak aku ke bioskop satu satunya di kotaku, mungkin aku ngga bakal jantungan cuman gara gara uang koin. Waktu itu musim hujan, walau tidak hujan, awan hitam bagai atap rumah dunia, pekat sekali. Dan bikin aku sukses mandi keringat, belum lagi aku harus mengayuh sepedah beserta beban seorang Fani di belakang, sudah begitu jarak antara rumah dan bioskop kurang lebih, hhmm... yah sekitar dua kilometer.  Sampai ditengah jalan, atau lebih tepatnya seperempat perjalanan, aku baru ingat sesuatu, ini hari Minggu kan?? Nah, masalahnya jalan raya persis depan gedung bioskop ditutup, karena seperti biasa H**da mengadakan event balap motor di area tersebut. Ngga mau nyerah, aku masih lanjut kesana, walau sambil mikir sih.  Ta daaa!! Sampailah kami pada ujung jalan yang tertutup banner idiot yang kebalik tulisannya. Kurang lebih isinya adalah tiket masuk nonton balapan. Setelah (akhirnya) Fani turun dari sepedaku, kam...

My Acne Story

Hai semua, langsung aja ya aku mau share ke kalian skin care aku selama ini. Fyi, semenjak SMP kelas 3 aku sudah kena masalah kulit yaitu jerawat, walaupun masih kecil-kecil jadi gak begitu ganggu makanya aku biarin aja, nah baru deh SMA baru kotar katir kebingungan hehe. Ini foto waktu awal Februari 2018, jerawat lagi parah parahnya. Jerawatnya besar, merah, meradang, lama banget kempesnya, dan waktu kempes jadi item banget. Jelek gitu ish. Sudah lumayan banyak produk yang sudah aku pakai dan hasilnya kurang memuaskan :( dan akhirnya di akhir tahun 2018 akhirnya kulitku bisa sangat jauh mendingan dan jerawat cuman muncul saat lagi menjelang haid atau lagi stress berat, itupun cuman 1 atau 2. Trus sekarang aku pakai apa aja untuk merawat wajah unyuku ini? Pagi hari, biasanya aku langsung minum air putih segelas biar bener bener bangun, trus kalau misalnya hari sabtu atau hari libur atau misalnya ga ngapa ngapain seharian, biasanya aku gak cuci muka pakai sabun, bila...

Hujan Bintang

Suatu hari yang dingin, seorang gadis kecil berjalan sendirian, sambil makan sepotong roti. Seorang wanita tua mendekatinya dan memninta sedikit makanannya. Tanpa ragu, gadis kecil itu memberikan semua sisa rotinya. "Ambil saja.", katanya dan terus pergi. Tidak lama kemudian, gadis itu bertemu anak lelaki kecil yang memegangi kepalanya dan menangis. "Ada apa?", tanyanya. "Aku kedinginan, sangat kedinginan," tangis anak lelaki itu. "Aku tidak punya penutup kepala." Jadi gadis itu emmberinya selendang untuk membungkus kepalanya. Sedikit lebih jauh lagi, ia bertemu gadis kecil alinnya bahkan tidak memakai jaket, jadi ia memberikan jaket yang dipakainya,  Lalu ia memberi gaunnya pada gadis lain yang tidak punya, dan ia terus berjalan tanpa bagju.  Akhirnya ia hanya memakai pakaian dalamnya. Tapi kemudian gadis miskin lain datang padanya  dan berkata: "kau selalu bisa pulang kerumah yang hangat.  Aku tidak punya apa apa untuk menghangatkan...