Skip to main content

Fatigue Eternal


buat, jaraknya terlalu jauh untuk dicapai. Kira hanya tertawa saat Trabes melambai lambaikan tangan kecilnya. Sepertinya dia tidak peduli sama sekali dnegan Trabes.
“Gunakan kekuatanmu, bocah !”, kata Kira sambil meletakkan tangannya di sekitar mulutnya.
“Apakah mereka akan menghilang jika kukeluarkan kabut ? Apa kau bercanda ? Cepat tolong aku !”, kata Trabes terpatah patah.
Kira langsung berdiri saat terdengar teriakan Trabes, membisikkan sesuatu yang suram kepada angin, dan muncullah cahaya putih di sekitar mereka.
 “Kira ?”“Apa ?”“Hmm,, kau marah ya ?”“Aku tidak marah, aku hanya kesal.”Trabes langsung terdiam, menampakkan wajah kekanak kanakannya, membuat Kira merasa risih berada di dekatnya. Kira langsung berjalan lebih cepat dari biasanya, tapi walaupun begitu Trabes tetap bisa mengejar Kira. Melihat Trabes masih ada di sampingnya Kira semakin cepat berjalan. Sepertinya Trabes begitu keras kepala, dia terus memelototi Kira sambil mengejarnya.
Rasanya ingin mecolok mata Trabes, pikir Kira. Melihat Trabes terus saja memelototinya, ia pun memulai pembicaraan. “Ok,, apa maumu ?”“Kau mau membawaku kemana ?”“Aku akan membawamu ketempat pelatihan. ““Kenapa tidak sekarang saja ?”“Kalau kau ingin kuajari sekarang, kau harus berkeliling bukit itu 10 kali.”, kata Kira sambil menunjuk sebuah bukit yang hijau.
“Baiklah.”Trabes pun langsung mengindahkan perkataan Kira,, ia mulai berlari mengelilingi bukit hijau itu. Satu, dua, tiga putaran sudah ditempuh, dan saat putaran ke empat Trabes mulai merasa letih, kakinya yang kecil sudah tidak kuat bergerak lagi. Trabes pun mendatangi Kira yang dari tadi hanya menghitungi putaran Trabes.“Kapan kau akan mengajariku sihir ?”, kata Trabes ngos ngosan.
“Terus saja berlari.”, jawab Kira singkat.Ini konyol, pikir Trabes, memangnya ini bagian dari sihir ? Kira hanya mempermainkanku, kata Trabes lirih.“Terus saja berlari, bocah !”, teriak Kira.“Heyy,, aku punya nama !”, balas Trabes tidak mau kalah keras dengan teriakan Kira.
Tapi apa boleh buat, Trabes terus saja berlari. Dia berfikir mungkin dengan berlari ia akan langsung menjadi penyihir hebat. Mengalahkan banyak musuh, mungkin hingga ribuan pasukan berkuda.
Sekarang sudah putaran ke tujuh dan matahari mulai tinggi. Sekarang Trabes 7 kali lebih letih dari pada yang tadi. Berlari sangat menguras tenaga, apalagi saat siang hari. Dan terus bertamabh panas ketika sudah mencapai putaran terakhir.
Selesai !, pikir Trabes.
Tapi Kira mendatanginya dan menyuruhnya mengambil 10 ember air dari sungai yang jaraknya berkilo kilo meter. Aku akan membalasmu Kira, pikir Trabes. Trabes pun mengambil 2 ember kayu yang sudah disiapkan Kira sebelumnya dan mulai berjalan menuju sungai yang jauh itu.
“Kau mau membunuhku ? Baiklah, bunuh aku sekarang, dan saat aku jadi roh nanti aku akan menghantuimu sepanjang hidupmu, bahkan jika kau sudah menjadi roh kau akan juga kuganggu !”, kata Trabes menghadap sebuah pohon besar. Sepertinya itu membuat Trabes merasa sedikit lebih tenang. Mengingat lelahnya ia saat ini. Apalagi matahari yang tepat berada di atas kepala. Dan sekarang punggung Trabes terasa mau patah, karna ember yang berisi air tidaklah enteng.


Comments

Popular posts from this blog

Tragedi Duaratus Rupiah

Minggu, 25 November 2012 Kalau bukan karena Fani yang ajak aku ke bioskop satu satunya di kotaku, mungkin aku ngga bakal jantungan cuman gara gara uang koin. Waktu itu musim hujan, walau tidak hujan, awan hitam bagai atap rumah dunia, pekat sekali. Dan bikin aku sukses mandi keringat, belum lagi aku harus mengayuh sepedah beserta beban seorang Fani di belakang, sudah begitu jarak antara rumah dan bioskop kurang lebih, hhmm... yah sekitar dua kilometer.  Sampai ditengah jalan, atau lebih tepatnya seperempat perjalanan, aku baru ingat sesuatu, ini hari Minggu kan?? Nah, masalahnya jalan raya persis depan gedung bioskop ditutup, karena seperti biasa H**da mengadakan event balap motor di area tersebut. Ngga mau nyerah, aku masih lanjut kesana, walau sambil mikir sih.  Ta daaa!! Sampailah kami pada ujung jalan yang tertutup banner idiot yang kebalik tulisannya. Kurang lebih isinya adalah tiket masuk nonton balapan. Setelah (akhirnya) Fani turun dari sepedaku, kam...

My Acne Story

Hai semua, langsung aja ya aku mau share ke kalian skin care aku selama ini. Fyi, semenjak SMP kelas 3 aku sudah kena masalah kulit yaitu jerawat, walaupun masih kecil-kecil jadi gak begitu ganggu makanya aku biarin aja, nah baru deh SMA baru kotar katir kebingungan hehe. Ini foto waktu awal Februari 2018, jerawat lagi parah parahnya. Jerawatnya besar, merah, meradang, lama banget kempesnya, dan waktu kempes jadi item banget. Jelek gitu ish. Sudah lumayan banyak produk yang sudah aku pakai dan hasilnya kurang memuaskan :( dan akhirnya di akhir tahun 2018 akhirnya kulitku bisa sangat jauh mendingan dan jerawat cuman muncul saat lagi menjelang haid atau lagi stress berat, itupun cuman 1 atau 2. Trus sekarang aku pakai apa aja untuk merawat wajah unyuku ini? Pagi hari, biasanya aku langsung minum air putih segelas biar bener bener bangun, trus kalau misalnya hari sabtu atau hari libur atau misalnya ga ngapa ngapain seharian, biasanya aku gak cuci muka pakai sabun, bila...

Hujan Bintang

Suatu hari yang dingin, seorang gadis kecil berjalan sendirian, sambil makan sepotong roti. Seorang wanita tua mendekatinya dan memninta sedikit makanannya. Tanpa ragu, gadis kecil itu memberikan semua sisa rotinya. "Ambil saja.", katanya dan terus pergi. Tidak lama kemudian, gadis itu bertemu anak lelaki kecil yang memegangi kepalanya dan menangis. "Ada apa?", tanyanya. "Aku kedinginan, sangat kedinginan," tangis anak lelaki itu. "Aku tidak punya penutup kepala." Jadi gadis itu emmberinya selendang untuk membungkus kepalanya. Sedikit lebih jauh lagi, ia bertemu gadis kecil alinnya bahkan tidak memakai jaket, jadi ia memberikan jaket yang dipakainya,  Lalu ia memberi gaunnya pada gadis lain yang tidak punya, dan ia terus berjalan tanpa bagju.  Akhirnya ia hanya memakai pakaian dalamnya. Tapi kemudian gadis miskin lain datang padanya  dan berkata: "kau selalu bisa pulang kerumah yang hangat.  Aku tidak punya apa apa untuk menghangatkan...