Skip to main content

Kisah Gadis Penjual Korek Api

Disebuah desa kecil di kota London, dimana hari mulai gelap dan salju mulai turun, hiduplah seorang anak bernama Lisa.
Ibunya telah meninggal saat ia masih sangat kecil, dan sekarang ia tinggal bersama ayahnya yang kerjanya hanya mabuk saja.
Saat ini salju turun dengan derasnya, dengan terpaksa Lisa harus menjual korek apinya kepada orang orang, karna ayahnya mengancam akan membunuhnya jika ia tidak diberi uang.
Satu persatu toko ia kunjungi, tapi sayang, tak ada satupun yang mau membeli korek apinya.
Akhirnya ia berhenti sejenak, dan duduk di hamparan salju putih, tetapi Lisa terkejut ada sebuah mobil yang hampir menabraknya, Lisa terjatuh dan sepatu yang membuatnya tetap hangat sekarang telah lepas.
Dan parahnya lagi seorang anak laki-laki mengambil sepatu Lisa dan membawanya pergi.
Salju mulai bertambah banyak, Lisa sekarang sudah sangat kedinginan. Tetapi ia masih ingat ia punya banyak korek api di sakunya. Mungkin jika aku menyalakan sebatang korek aku akan merasa hangat, pikirnya.
Korek itu pun dinyalakannya dengan hati hati, dan wusshh.. tiba tiba berbagai macam makanan tersedia disana, banyak ayam panggang, sosis, roti, dan banyak lagi.
Tapi hanya beberapa saat makanan itu telah hilang, bersama korek api yang telah redup.
Mungkin jik aku menyalakan banyak korek makanan itu kembali lagi, pikir Lisa.
Dan wusshh... tiba tiba sesosok bayangan mendekatinya.
"Ini aku, nenekmu" ,katanya
"Ikutlah denganku"
"Kemana ?", jawab Lisa.
"Kita akan bertemu ibumu.", jelas nenek itu.
Merekapun mulai bergandengan tanggan dan pergi menuju cahaya putih, dimana ibu Lisa menunggu disana.

Comments

Popular posts from this blog

Tragedi Duaratus Rupiah

Minggu, 25 November 2012 Kalau bukan karena Fani yang ajak aku ke bioskop satu satunya di kotaku, mungkin aku ngga bakal jantungan cuman gara gara uang koin. Waktu itu musim hujan, walau tidak hujan, awan hitam bagai atap rumah dunia, pekat sekali. Dan bikin aku sukses mandi keringat, belum lagi aku harus mengayuh sepedah beserta beban seorang Fani di belakang, sudah begitu jarak antara rumah dan bioskop kurang lebih, hhmm... yah sekitar dua kilometer.  Sampai ditengah jalan, atau lebih tepatnya seperempat perjalanan, aku baru ingat sesuatu, ini hari Minggu kan?? Nah, masalahnya jalan raya persis depan gedung bioskop ditutup, karena seperti biasa H**da mengadakan event balap motor di area tersebut. Ngga mau nyerah, aku masih lanjut kesana, walau sambil mikir sih.  Ta daaa!! Sampailah kami pada ujung jalan yang tertutup banner idiot yang kebalik tulisannya. Kurang lebih isinya adalah tiket masuk nonton balapan. Setelah (akhirnya) Fani turun dari sepedaku, kam...

My Acne Story

Hai semua, langsung aja ya aku mau share ke kalian skin care aku selama ini. Fyi, semenjak SMP kelas 3 aku sudah kena masalah kulit yaitu jerawat, walaupun masih kecil-kecil jadi gak begitu ganggu makanya aku biarin aja, nah baru deh SMA baru kotar katir kebingungan hehe. Ini foto waktu awal Februari 2018, jerawat lagi parah parahnya. Jerawatnya besar, merah, meradang, lama banget kempesnya, dan waktu kempes jadi item banget. Jelek gitu ish. Sudah lumayan banyak produk yang sudah aku pakai dan hasilnya kurang memuaskan :( dan akhirnya di akhir tahun 2018 akhirnya kulitku bisa sangat jauh mendingan dan jerawat cuman muncul saat lagi menjelang haid atau lagi stress berat, itupun cuman 1 atau 2. Trus sekarang aku pakai apa aja untuk merawat wajah unyuku ini? Pagi hari, biasanya aku langsung minum air putih segelas biar bener bener bangun, trus kalau misalnya hari sabtu atau hari libur atau misalnya ga ngapa ngapain seharian, biasanya aku gak cuci muka pakai sabun, bila...

Hujan Bintang

Suatu hari yang dingin, seorang gadis kecil berjalan sendirian, sambil makan sepotong roti. Seorang wanita tua mendekatinya dan memninta sedikit makanannya. Tanpa ragu, gadis kecil itu memberikan semua sisa rotinya. "Ambil saja.", katanya dan terus pergi. Tidak lama kemudian, gadis itu bertemu anak lelaki kecil yang memegangi kepalanya dan menangis. "Ada apa?", tanyanya. "Aku kedinginan, sangat kedinginan," tangis anak lelaki itu. "Aku tidak punya penutup kepala." Jadi gadis itu emmberinya selendang untuk membungkus kepalanya. Sedikit lebih jauh lagi, ia bertemu gadis kecil alinnya bahkan tidak memakai jaket, jadi ia memberikan jaket yang dipakainya,  Lalu ia memberi gaunnya pada gadis lain yang tidak punya, dan ia terus berjalan tanpa bagju.  Akhirnya ia hanya memakai pakaian dalamnya. Tapi kemudian gadis miskin lain datang padanya  dan berkata: "kau selalu bisa pulang kerumah yang hangat.  Aku tidak punya apa apa untuk menghangatkan...