Skip to main content

Friendship and Alliance Part 1


BY : MARIA TRIWIYANI


Bismillah, okey, kita coba, chpter pertama sudah jadi, tinggal kalian lanjutnya .... :)

Friendship and Alliance
(judul boleh diganti kalau tidak enak terdengar heheheh)


Kerajaan Eoghan  (abad pertengahan)
Derap sepasang kaki kecil berlari di sepanjang koridor kastil yang panjang. Kepala berwarna pirang itu melesat bak peluru. Ia berlari seperti sedang mengejar sesuatu. Tujuan hanya satu, ia harus mencapai menara tertinggi di kastilnya ini, secepatnya.

   “Kian…., jangan berlari di koridor !!!” seruan ibunya langsung terdengar saat melewati pintu ruang kereasi yang terbuka .
    “Iya, ibu!!!!!” sahut sang pemilik kaki namun tak mengehentikan larinya menuju pintu menara tertinggi di sayap kiri kastilnya.

BRUK ! ADAW !!!! ia sukses menabrak Bryan dengan yang tiba-tiba keluar dari pintu dapur yang membawa mangkok berisi salad yang akan disajikan untuk makan siang.

   “PANGERAAANNN!!!!!” wajah Bryan sudah merah karena kesal.
   “MAA… MAAAAAAFFFFFFFF!!!!” Kian hanya bisa berucap dengan wajah hanya beberapa senti dari wajah Bryan yang sudah di lantai dan tubuhnya menimpa tubuh Bryan yang besar. Usia Bryan sebaya dengannya, tapi dengan tubuh jauh lebih besar dari Kian. Salad segar sudah berserakan di lantai.
Tapi Kian langsung berdiri tanpa ada rasa bersalah dan melanjutkan larinya .
    “Pangeran Kianleaghly!!!!!!” kali ini suara terdengar dari Bibi Pengasuh yang tak lain adalah ibunda Bryan.
 Tapi tak dihiraukan karena Kian sudah berlari naik tangga ke menara tertinggi.

Hosh hosh hosh ….
Kian terengah engah menampaki tangga menara ini, setelah ditambah tadi berlari dan sempat jatuh.

Dan kian hampir kehabisan nafas saat berhasil mencapai anak tangga terakhir dan keluar menuju teras menara.  Di sana sudah ada adiknya Putri Mariellendly  yang berusia 8 tahun, serta sepupunya yang juga seusia dengannya, Pangeran Markeaghly, berdiri menghadap tanah Kerajaan Eioghan yang luas mengarah ke lautan.

   “Bagaimana Mark, apa mereka sudah terlihat ??? tanya Kian langung mensejajari adiknya yang berdiri di pijakan batu akan dapat ikut melihat, dan melepaskan pandanganya jauh mengarah ke depan, mencari sosok yang ia tunggu.
   “Belum Kian ….,” Mark memberikan teropong panjang jarak jauh pada sepepunya. Sejak menunggu hampir setengah jam di sini dan menggunakan teropong itu, belum terlihat rombongan itu.
Kian menerimanya dan meneropong ke arah lautan. Nihil. Belum terlihat apa-apa.
    “Tapi seharusnya mereka sudah terlihat, kan …?”
    “Seharusnya, Kian….” Masih belum lepas dari pandangan jauhnya.
Kian kembali mengintip teropongnya. Mereka tengah menunggu rombongan dua kakaknya, Pangeran Gavinaugh, Pangeran Thomasleagh, dan Caddaugh, orang kepercayaan, kembali dari pantai. Satu hari kemarin, mereka mendapat laporan dari seorang nelayan yang mengabarkan ada perahu kecil terdapampar di pantai. Kapal dengan ambang kerajaan lain. Ayahnya, Raja Kevinaughley Eoghan, merasa harus memeriksanya, apakah kapal itu adalah kapal kerajaan lawan atau kawan. Maka ia mengirim putra sulung dan tengahnya, bersama orang kepercayannya untuk memeriksanya. Dan sekarang Kian sudah tidak sabar menunggu hasilnya. Dengar kabar yang berhembus, ada sesosok anak di dalam kapal tersebut. Anak yang berwujud dan berpakaian aneh. Itu yang membuat Kian mati penasaran.

   “ITU MEREKA!!!!!!” pekik Kian mengagetkan adiknya saat melihat tiga kuda berlari mendekati kastil. “Ayo kita turun!!!” dan kembali melesat masuk menuju tangga turun.

Mark hanya geleng-geleng kepala melihat sepupunya yang begitu bersemangat, dengan menolong Putri Mariellendly turun dari batu pijakannya, lalu menyusul Kian turun.

Kian kembali berlari dengan cepat menuju pintu gerbang untuk menyambut kakak-kakaknya, dan berharap ia yang pertama sampai duluan di pintu gerbang.

Tapi ternyata sudah menunggu di luar sana Raja Kevinaughley bersama beberapa prajurit. Bryan sahabatnya pun sudah ikut menunggu bersama para pelayan lainnya yang tak kalah penasarannya dengan kabar kebenaran yang dibawa kedua pangeran mereka .

    “Bryan ….?” Kian tak sabar.
    “Ssstt…..,” Bryan lansung mengingatkan untuk tidak bersuara dulu, ia juga sangat penasaran.

Pangeran Gavinaughley, Pangeran Thomasleaghley, dan Caddaugh menghentikan kuda mereka tepat beberapa meter di hadapan raja. Pangeran pertama kerajaan Eoghan itupun turun dan kudanya , diikuti adiknya.

    “Ayah…” hormat Pangeran Gavinaughley
    “Gavin, bagaimana ?”
    “Ya, seperti yang dilaporkan nelayan itu,Ayah, sebuah kapal dengan lambang kerajaan asing dengan seseorang di dalamnya. Gavin menyerahkan potong kayu yang bergambar lambang kerajaan itu.
Raja Kevinaugley melihatnya, mengingatkan, lambang kerajaan mana sekiranya ini. Tapi tak ada satupun yang terlintas di ingatannya.
   “Lalu sosok itu …?”
   “Ada di sana…,” saraya menunjukk kuda Caddaugh yang ternyata di punggung belakang tertelungkup sosok kecil, seperti seorang anak kecil dengan terikat dan mata tertutup.
    “Turunkan hati-hati,” perintah Gavin.

Caddaugh menurunkannya hati-hati dan menghadapannya ke hadapan sang Raja.

Semua yang berkumpul di halaman depan itu menahan nafas. Sosok itu tak lebih dari sosok anak kecil dengan tinggi tak lebih dari Kian. Usianya pun terlihat sama dengan Kian 12 tahun dengan rambut mencuat ke atas  berwarna hijau.

Karena dengan mata tertutup dan terikat, anak itu terlihat gugup, tak tahu apa yang sedang terjadi dan sedang berhadapan dengan siapa dia. Kasihan Kian melihatnya.

Raja Kevinaughley masih mengamati sosok kecil asing di hadapannya ini.   “Apa dia berbahaya ?”
Gavin menggeleng, “Sejauh ini tidak, Ayah, ia tampak ketakutan dan menurut saat kami mengambil dari kapal itu. Mungkin ia terpisah dari rombongannya,”
Raja Kevinaughley mengangguk.
   “Baiklah bawa dia ke penjara bawah tanah, biarkan dia istirahat dulu. Beri makanan yang layak. Bagiamanapun juga dia tetap seorang anak,” perintah Raja Kevinaughley.
Caddaugh mengangguk, dan langsung menggiring anak itu.

Penjara bawah tanah??  Kian terkaget. Apa yang akan ayahnya lakukan pada anak itu di penjara bawah tanah. Toh penjara itu sudah lama tidak digunakan, karena ayahnya tidak pernah menahan siapapun, ayahnya adalah Raja yang paling baik hati dan bijaksana. Tingkat criminal di Kerajaan Eoghan dapat dikatakan nol, karena itulah semua rakyatnya hidup makmur dan bahagia.
Kian melihatnya dengan simpati. Mudah-mudahan ayahnya pun tetap bijaksana dengan makhluk asing ini. Sepertinya anak itu sebaya dengannya  sama-sama berusia 12 tahun.

     “Tolong aku !!”Kian terkesiap dengan suara tiba-tiba masuk di telinganya. Ia langsung menoleh pada Bryan dan Mark yang berdiri di sampingnya. Tak ada reaksi dari mereka berdua. Bibir tertutup rapat, dan mata tak lepas dari anak malang itu.
     “Aku tidak berbahaya,” terdengar lagi membuat Kian merinding, suara dari mana, dan siapa yang berbicara. Tidak mungkin sepunya Mark, karena meski sepupunya itu memiliki suara terbaik di seluruh kerajaan Eoghan, tidak mungkin Mark bisa berucap tanpa membuka mulut. Perhatian Kian langsung pada sosok yang dibawa Caddaugh.
   “Kamu….?” tanya Kian hati-hati terarah pada sosok terbelenggu dan tertutup mata itu.
   “Iya, aku …., tolong aku …,”  sahutnya membuat Kian terkaget. Makhkluk aneh itu berucap, dia bisa bicara. Tapi kenapa bibirnya tidak bergerak.
    “Eh, tunggu !!” sergah Kian mengejar mereka, tapi sebuah tangan menahannya.
    “Mau kemana, Kian,” tahan Mark.
    “Aku mau ikut mereka.”
    “Tidak bisa, kamu tidak bisa melewatkan kelas Sir Simonley lagi. Kemarin kamu melewatkan karena sibuk bermain lumpur. Nanti aku yang kena marah.”
    “Tapi ….” Kian sempat akan memprotes, tapi tangan besar Bryan sudah menarik menuju kelas Sir Simon. “Jangan buat kita dalam masalah lagi, Pangeran….” sengan suara sangarnya.
Kian terkatup, dan dengan terpaksa mengikuti Bryan dan Mark masuk ke dalam kelas musik Sir Simonely. Sepertinya, rasa penasarannya harus ia simpan hingga kelas berakhir. Dan setelah itu, ia akan langsung menuju penjara bawah tanah, untuk melihat keadaannya. Anak itu memiliki kelebihan, anak itu bisa berbicara tanpa menggerakkan bibir! Itu aneh !! Kian harus bertemu lagi dengan dia.

Comments

Popular posts from this blog

Tragedi Duaratus Rupiah

Minggu, 25 November 2012 Kalau bukan karena Fani yang ajak aku ke bioskop satu satunya di kotaku, mungkin aku ngga bakal jantungan cuman gara gara uang koin. Waktu itu musim hujan, walau tidak hujan, awan hitam bagai atap rumah dunia, pekat sekali. Dan bikin aku sukses mandi keringat, belum lagi aku harus mengayuh sepedah beserta beban seorang Fani di belakang, sudah begitu jarak antara rumah dan bioskop kurang lebih, hhmm... yah sekitar dua kilometer.  Sampai ditengah jalan, atau lebih tepatnya seperempat perjalanan, aku baru ingat sesuatu, ini hari Minggu kan?? Nah, masalahnya jalan raya persis depan gedung bioskop ditutup, karena seperti biasa H**da mengadakan event balap motor di area tersebut. Ngga mau nyerah, aku masih lanjut kesana, walau sambil mikir sih.  Ta daaa!! Sampailah kami pada ujung jalan yang tertutup banner idiot yang kebalik tulisannya. Kurang lebih isinya adalah tiket masuk nonton balapan. Setelah (akhirnya) Fani turun dari sepedaku, kam...

My Acne Story

Hai semua, langsung aja ya aku mau share ke kalian skin care aku selama ini. Fyi, semenjak SMP kelas 3 aku sudah kena masalah kulit yaitu jerawat, walaupun masih kecil-kecil jadi gak begitu ganggu makanya aku biarin aja, nah baru deh SMA baru kotar katir kebingungan hehe. Ini foto waktu awal Februari 2018, jerawat lagi parah parahnya. Jerawatnya besar, merah, meradang, lama banget kempesnya, dan waktu kempes jadi item banget. Jelek gitu ish. Sudah lumayan banyak produk yang sudah aku pakai dan hasilnya kurang memuaskan :( dan akhirnya di akhir tahun 2018 akhirnya kulitku bisa sangat jauh mendingan dan jerawat cuman muncul saat lagi menjelang haid atau lagi stress berat, itupun cuman 1 atau 2. Trus sekarang aku pakai apa aja untuk merawat wajah unyuku ini? Pagi hari, biasanya aku langsung minum air putih segelas biar bener bener bangun, trus kalau misalnya hari sabtu atau hari libur atau misalnya ga ngapa ngapain seharian, biasanya aku gak cuci muka pakai sabun, bila...

Hujan Bintang

Suatu hari yang dingin, seorang gadis kecil berjalan sendirian, sambil makan sepotong roti. Seorang wanita tua mendekatinya dan memninta sedikit makanannya. Tanpa ragu, gadis kecil itu memberikan semua sisa rotinya. "Ambil saja.", katanya dan terus pergi. Tidak lama kemudian, gadis itu bertemu anak lelaki kecil yang memegangi kepalanya dan menangis. "Ada apa?", tanyanya. "Aku kedinginan, sangat kedinginan," tangis anak lelaki itu. "Aku tidak punya penutup kepala." Jadi gadis itu emmberinya selendang untuk membungkus kepalanya. Sedikit lebih jauh lagi, ia bertemu gadis kecil alinnya bahkan tidak memakai jaket, jadi ia memberikan jaket yang dipakainya,  Lalu ia memberi gaunnya pada gadis lain yang tidak punya, dan ia terus berjalan tanpa bagju.  Akhirnya ia hanya memakai pakaian dalamnya. Tapi kemudian gadis miskin lain datang padanya  dan berkata: "kau selalu bisa pulang kerumah yang hangat.  Aku tidak punya apa apa untuk menghangatkan...