Deni yang sangat bersemangat langsung mengambil banyak
peralatan yang sebenarnya tidak perlu dibawa, seperti lup superbesar dan topi
bundar lebar yang biasa digunakan di pantai.“Ayo kita pecahkan kasus ini.”, kata Deni semangat.“Oi oi, kita disini kan mau neliti gua, kok malah neliti
kasus sih? Biarkan polisi yang bertindak.”, jelas Olin yang beberapa kali ini
menepukkan tangan lebarnya ke dahinya.
“Yaaahhh….”, desis Deni, dan dengan bisikan maki Deni
meletakkan topi dan lup superbesarnya.“Udahlah, lagian kita kan ngga bakal dikasih apa pa akalo
mecahin kasus itu.”, sembur Nicky.
Dan dengan terbengong bengong Alen berteriak gaje, “HELOOOOOOO!!!!”Semua mendadak terbisu, mendengar suara nyaring Alen yang ‘wow’
membuat gendang telinga Kian sedikit sakit.
“Saya just confuse sama apa yang kalian talking about!”,
katanya awur awuran.“Alen, we just want to get break.”, kata Olin dingin.“Ow”, kata Alen singkat, mulutnya sampai berbentuk ‘o’
sempurna karna mengucapkan kata terakhirnya tadi.“Aku lebih suka kalo Alen pake bahasa inggris.”, kata Shane
tenang, dengan tangan dilipat dan wajah datar.“He’d like if you …”“Tolong jangan diterjemahin, terimakasih.”, kata Shane
mengingatkan Olin yang sudah hampir menerjemahkan apa kata Shane.“Ya uda deh, aku balik dulu yah, yuk Lin.”, kata Jodi yang
barusan saja nongol dari balik Kian.“He-eh aku juga capek, yuk semua balik balik…” Setelah sampai di tenda Nicky, seperti biasanya memulai
pembicaraan.“Kira kira apa yah itu yang dicuri..??”“Mungkin patung, atau tongkat elder, hmm..”, jawab Kian awut
awutan.“Elder..??? It’s Dumbledor’s wand, it’s so adorable, but
Harry Potter broke it. Hmm,, I love this movie.”, sembur Alen.“Dia ngomong apa?”, tanya Kian, seperti biasanya, sambil
berbisik.“Pokoknya sesuatu tentang Harry Potter.”, jawab Nicky.“Yang penting itu pasti benda yang bagus.”, kata Deni.Semua hanya menggangguk, kecuali Alen yang terus melongo.
Sebenarnya Kian sangat kasihan melihat Alen, mungkin jika ada yang bilang dia
gila, pasti saat penelitian ini berakhir dia akan lebih gila lagi.
“Krriikkk kriikk”, suara jangkrik bernyanyi membuat suasana
malam menjadi lebih menakutkan dari pada malam malam biasanya.
Kian mulai mencoba untuk memejamkan mata, pejam, buka, penjam
buka. CUKUP!! Kian mulai kesal, mungkin hari ini tidak usah tidur dulu, pikir
Kian. Kian pun pergi ke luar tenda. Berjalan jalan di gua malam hari sangat
menakutkan, tapi terasa sangat nyaman.
Gelang kayu yang diberi Jodi waktu ‘itu’ masih dipakainya
saat ini, rasanya nyaman dipakai, walau kayu tapi rasanya gelang ini enteng
sekali. Tapi Kian masih punya banyak pertanyaan untuk Jodi. Dimana ia
mendapatkan benda ini ?, pikirnya.
Kian yakin 100 % Jodi tak pernah menunjukkan aksesoris apapun
pada Kian, bahkan sebenarnya Jodi sama sekali tidak suka aksesoris murahan,
apalagi yang terbuat dari kayu seperti ini.Tapi tiba tiba saat Kian tenggelam di lautan pikirannya, ia
mendengar sebuah suara palu yang di pukul keras keras pada sebuah batu. Semakin
lama semakin kencang. Dengan gemetar ia langsung kembali ke tenda dan
membangunkan Deni yang dianggapnya paling ‘pemberani’ diantara semua orang yang
ia kenal.
“Deni! Deni!! Bangun!”, teriak Kian.Suara desahan Deni membuat Kian kesal, “bangun, ya ampun
tolong! Ada perampokan!”, desis Kian pada Deni.
Dan tebak apa yang terjadi, Deni langsung lompat dari
kasurnya seperti singa kelaparan, “Haaahh diamana !!??”, katanya panic, sambil
membawa lup superbesarnya dan senter 2 kilometernya, ia langsung mendorong Kian
untuk menunjukkan dimana kejadian tersebut terjadi.Kian berjalan duluan, ke tempat dimana dia mendengar suara
suara aneh tadi.“Disini, aku denger suara aneh, kaya ada orang lagi pakai
palu.”, kata Kian pelan, takut perampok itu mendengar mereka dan memukul mereka
dengan palu itu.
‘Duk duk’, suara yang sama tadi terdengar lagi.“Deni, matiin senternya.”, perintah Kian pelan.“iya iya.”
Lampu senter Deni sudah padam, tak ada penerangan apapun saat
ini, gelap gulita.‘duk duk’, suara palu itu kembali terdengar.
“Kian, aku takut.”, bisik Deni yang sedari tadi tak mau lepas
dari tangan Kian.Kian tidak berani berkomentar, didalam hatinya ia juga takut.
Tapi tidak ada yang bisa menghentikan niatnya untuk mencari tau suara apa itu.
Kian berjalan mendekat. Suara palu itu tiba tiba berhenti,
sekarang diganti bunyi gemerisik yang tak asing. Itu suara Jodi kan?, kata Kian
dalam batinnya. Kian mendengar beberapa kata makian.“Sial, harunya aku harus cepat cepat ngambil barang jelek
ini, huh, aku pengen cepat pulang ke Jakarta, jadi jutawan baru dan punya rumah
besar dengan puluhan budak disana, selama KIan dan teman bodohnya tak
menggangguku.”
“Teman bo…”“Shhhh…”, desis Kian, jari telunjuknya tepat berada di bibir
tebalnya. Malam itu adalah malam yang sangat panjang bagi mereka
berdua. Tapi Kian masih susah mengatur pikirannya, kejadian semalam sangat
sulit tercena oleh otaknya. Kenapa harus Jodi? Mungkinkah….
Kian langsung cepat cepat melihat ukiran kayu yang melingkar
di lengannya. Inikah benda curian itu?, batin Kian
Tepat pagi esoknya, Kian sudah digrebek banyak orang, bahkan Shane juga salah satu dari mereka.
Ia langsung dilempari pertanyaan pertanyaan seputar gelang yang sedang dipakainya.
"Aku kecewa padamu Kian, kupikir kau adalah orang yang baik, ternyata kau mencuri benda paling berharga, lusa kau mencuri gelang, dan sekarang kau mencuri patung... sebenarnya apa maumu??!!", ini pertama kalinya Shane menjadi sangat benar benar marah.
Kian hanya bisa melihat teman temannya menggeleng geleng kepala, terkecuali Deni, yang diam seribu bahasa.
*Fyuuhh,,, sekarang udah tau nih pelakunya, trus gimana tentang gelang curian itu? berarti Kian ditipu! mau tau lanjutannya ? ditunggu yah, sebelumnya maaf kalau ada salah kat kata dan makasih banyak udah mau baca ff seorang junior kaya aku :D
.jpg)
Comments
Post a Comment
Komentar anda adalah suatu yang berharga ...